Libur telah usai. Aksa harus memenuhi tanggung jawabnya kembali. Dengan pakaian kemeja yang dibalut oleh jas hitam, serta dasi dengan warna senada yang terikat di lehernya.
Langkah kaki Aksa sudah dikenal oleh seluruh karyawannya. Entah apa yang menjadi ciri khas, apa itu suara? Nada berjalan, atau memang ada hal lain?
Saat langkah pertama menginjak teras perusahaan, seluruh karyawan segera berdiri dengan posisi berjejer untuk memberi penghormatan kepada Aksa.
"Selamat pagi, Pak" ucap mereka sangat serempak. Seperti anggota paduan suara.
Aksa tidak menjawab atau melirik para karyawan yang sudah berdiri di sisi kanan dsn kirinya. Pandangannya tetap lurus kedepan, menampilkan wajah maskulin seorang Aksa yang menjadi godaan bagi para kaum hawa.
"Enak banget ya, yang jadi istrinya"
"Iya. Andaikan pak Aksa suka sama gue, gue rela malaupun dijadiin yang kedua"