'Dirayu'
--*--
Perumahan yg kami tingali terbilang cukup sepi, meskipun beberapa bangunan terlihat memenuhi kawasannya tapi masih tetap terbilang sepi apa lagi kurangnya orang yg melintas melewati jalan didaerah ini. Aku sendiri masih merasa bingung dng tujuan suamiku pindah ketempat sepi seperti ini, bukankah masih banyak tempat yg lebih baik dari ini. Tapi begitulah suami ku, dia tidak selalu memberikan alasan jelas pada ku terkait ini. Akupun tidak sesering ini menanyakan padanya aku takut dia tersinggung dan marah. Itu jauh lebih menakutkn.
Bagiku semua ini sudah cukup tidak perlu lagi ada pertanyaan yg tidak perlu. Suamiku adalah lelaki yg gampang tersinggung dng hal hal yg menurutnya tidak penting jadi hanya akan membuat suasana menjadi kacau jika aku ngotot untuk bertanya.
Meskipun demikian dia dalah sosok lelaki yg sempurna dimata ku, kami pertama kali bertemu saat masa kuliah di malang. Dia dalah mahasiswa jurusan manajemen dan aku kebetulan jurusan yg sama dngnnya. Disitulah kami mulai saling mengenal lebih dekat dan tidak selang waktu lama sesudah wisuda verdi langsung datang kerumah dng orang tuanya melamar ku.
Sebelumnya kami memang sudah menjalin hubungan cinta sebelum selesai wisuda dan verdi memang berniat menikahiku dan benar saja dia menepati kata katanya.
Sampai saat ini, dia sudah menjadi Manager tertinggi diperusahaan papanya.
Dalam rumah tangga kami selama satu tahu ini lancar lancar saja, namun sejak pindah ketempat ini aku melihat kelainan pada suami ku. Dia mulai sering datang tengah malam dan sering pulang dng baju yg berantakan.
Aku sih tidak pernah berpikir yg tidak tidak karna aku sangat yakin kalau suamiku adalah lelaki yg setia. Tapi ivan kakak ipar ku selalu menemuiku dng kabar jelek tentang Verdi. Sampai aku benar benar penasaran dengan kejelasannya. Akhirnya kuputuskan untuk mencaritahu yg sebenarnya.
Selama beberapa hari aku menyelidiki perkara yg sebenarnya namun tidak ada bukti yg menjelaskan bahwa kabar yg ivan katakan itu benar, yg aku temukan hanya beberapa pekerjaan suami ku yg banyak tertunda dan aku berpikir itulah penyebab dia pulang tengah malam, mungkin pikirannya sedang kawacau akibat banyaknya pekerjaannya.
Beberapa hari berikutnya ivan datang lagi kerumah kami, kali ini dia tidak membawa kabar apapun. Meskipun dia membawa sebuah kabar tetap saja aku anggap Hoax karna tidak ada buktinya.
Hari dimana dia datang bertepatan saat suamiku sedang tidak berada dirumah. Dia pergi ke luar kota karna urusan mendadak. Suamiku bilang dia akan tinggal selama dua pekan. Dan tinggallah aku sendiri dirumah.
Sebelumnya aku masih tidak tau tujuan ivan datang berkunjung dia sama sekali tidak memberiku kabar terlebih dahulu seperti biasanya. Karna biasanya jika ingin datang dia pasti akan mengabari terlebih dahulu. Untungnya saat dia datang aku ketepatan sedang mengenakan baju karna biasanya jika sedang berdua dng suamiku aku sering hanya menggunakan kemeja putih transparan dan tidak memakai pakaian dalam yg mungkin orang lain yg melihat ku saat itu juga akan langsung melotot.
Bukan aku membanggakan diri, tapi suamiku sering bilang dia paling suka melihat ku dng pakaian yg tembus pandang, karna itu dapat membuat gairahnya naik. Aku sih suka suka saja jika itu bisa membuatnya senang malahan aku sangat menikamatinya.
Lain halnya jika itu adalah ivan justru aku harus menutupi diriku darinya, aku takut dia berpikir hal yg aneh saat melihat ku sepertu itu.
Memang sih kalau dipikir tubuhnya lebih terlihat atletis dibanding suamiku yg mulai menggendut, tapi selaku istri yg baik aku harus mensyukurinya. Iya kan? Meskipun begitu aku ada juga sih rasa suka melihat lelaki yg berbadan kekar dan berotot, yah mungkin karna tubuh suamiku gendut jadi penasaran sama lelaki yg berotot. Hehe...
-
Beberapa menit ivan berdiri di depan pintu menunggu aku membukakan pintu. Tampaknya pemikiran ku tidak perlu terlalu buruk tentang dirinya, buktinya saja dia tidak langsung masuk sebelum aku membuka pintu padahal jika orang yg ingin berbuat jahat sudah sangat mudah menerobos masuk.
Bahkan saat didalam ivan masih saja biasa saja dan terlihat sopan.
Hingga beberapa menit berlalu, akupun mengajaknya duduk diruang tamu sambil menonton sebuah acara TV.
"aku dengar verdi lumayan lama ya diluar kota?"
Ivan memulai pembicaraan. Masih tidak ada tanda tanda yg aneh dari pertanyaannya tersebut.
"sepertinya memang begitu" jawab ku ketus, aku sedikit terganggu oleh pertanyaan itu.
"kamu gak bakal kesepian sendirian begini?"
Kali ini pertanyaannya membuat darah ku mendesir.
"kenapa harus kesepian? Aku masih bisa menghubunginya kapan pun aku mau. Lagi pula kenapa kamu menanyakan hal itu?"
"aku tau kamu pasti mengerti dengan maksud ku barusan, didunia ini tidak ada seorang istri yg tidak akan kesepian ditinggal suaminya, apa lagi ditinggal ke luar kota. Apa kamu tidak pernah berpikir kalau diluar sana Verdi memiliki seorang wanita sim..."
"EVAN!!!"
Sebelum ivan menyelesaikan ucapannya aku langsung menyelanya.
"aku tau kamu merasa tidak terima karna warisan ayah dijatuhkan ketangan Verdi, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya mau menghancurkan rumah tangga kami dng menuduh suami ku seperti ini"
Aku sungguh sudah tidak bisa menahan emosiku, kali ini mata ku menatap tajam penuh amarah pada lelaki itu. Namun bukannya ketakutan ivan malah tertawa terbahak.
"kenapa kamu tertawa, apanya yg lucu?.."
"yg lucu itu wajah mu."
Apa maksudnya lucu dng wajah ku? Dasar aneh. Lebih baik aku menjauh saja dari orang ini daripada lama lama aku terhipnotis oleh kata kata palsunya.
Saat aku berdiri membelakanginya hendak pergi, tiba tiba dia langsung meraih tangan kiri ku dan menarik ku hingga terjatuh dipangkuannya.
Aku yg terkejut oleh perbuatannya itu sonta memberontak dan berusaha berdiri kembali, namun dia langsung merangkul tubuh ku.
"kamu mau kemana Gina? Bukannya kamu tadi ingin menemani ku disini?" ucapnya semakin memperkuat rangkulannya.
"jng kurang ajar ya," perintah ku.
"aku bisa membuat mu menyesal karna telah berbuat tidak sopan pada ku"
Mendengar kalimat itu ivan malah tertawa lagi, kali ini dia tertawa lebih keras dari sebelumnya. Akupun terus berusaha melepaskan diri darinya hingga kaos hijau yg aku gunakan sedikit tersingkap hingga titik pusar ku terlihat jelas olehnya.
"kalau kamu tidak berhenti bergerak aku bisa melihat semua tubuh mu loh?" ucapnya seraya tersenyum penuh kemenangan.
Saat melihat senyumannya itu aku tidak pernah merasa setakut ini, semua bulu kuduk ku meremang.
"aku mohon pada mu ivan, tolong lepaskan Aku. Aku mohon" ucapku memelas berharap dia segera melepaskan aku.
"ada apa dngan mu, bukankah tadi kamu mengancam ku? Kamu bilang aku akan menyesal karna telah berbuat tidak sopan pada mu, kenapa sekarang malah kamu yg memohon pada ku? Apa ini penyesalan yg kau katakan tadi,,,?"
Si ivan itu semakin memperkuat rangkulannya. Matanya terus menatap bagian perut ku yg terbuka sedari tadi. Benar benar tatapan yg membuat ku ketakutan sekali. Aku tidak pernah berpikir hal ini akan terjadi. Air mata ku mengalir membasahi piki ku saking takutnya. Sekali lagi aku memohon tapi sedikitpun dia tidak mengendorkan pelukannya. Bahkan dia mengatakn sesuatu yg membuat ku semakin takut dan berusaha memberontak.
"Gina. Dalam sebuah pemburuan, jika seekor burung sudah berada dlm genggaman mu maka kau harus terus menggenggamnya agar burung itu tidak sampi terlepas dari genggaman mu. Aku sendiri sudah lama mencari kesempatan untuk bisa memeluk mu, kesempatan seperti ini mana mungkin akan aku sia siakan begitu saja?"
Apa?? Jadi selama ini ivan terus mendekati ku karna ada sesuatu yg dia inginkan. Kenapa aku bodoh sekali tidak menyadari hal ini. Sepertinya sudah terlamabat menyesal dia tidak mungkin melepsakan aku secara cuma cuma. Maka itu aku harus lebih pintar darinya.
"baiklah ivan, jika kamu memang menginginkan sesuatu dari ku. Aku bisa memberikannya. Tapi aku tidak bisa melakukan apa apa jika kamu memelukku sperti ini, ruang gerak ku jadi terbatas." ucapku memancingnya. Tapi tak kusangka dia begitu bodoh dan langsung merenggangkan pelukannya. Saat itu juga aku langsung berdiri dan berlari menuju pintu untuk melarikan diri.
Sebelum sampai dipintu aku langsung berhenti karna dua orang berjubah hitam telah berdiri menghadap kearah ku. Sepertinya mereka adalah bawahan ivan. Dan benar saja saat menoleh ke arahnya ku lihat dia tersenyum sinis.
"kurangajar!!!" timpalku dlm hati.
Aku beralih menuju pintu belakang tapi lagi lagi seorang lelaki berjubah sudah berada diluar menghalangi jalan keluar ku. Pantas ivan sangat santai melepaskan aku begitu saja jadi karna dia sudah merencanakan semua ini.
Sekarang aku seperti katak dlm tempurung. Aku sudah tidak tau mau kemana. Ditengah kebingungan ku tiba tiba aku merasa sebuah tangan menghantam kepala belakang ku hingga aku tak sadarkan diri.
____________________________________ ,,