Ghirel membuka matanya, memperhatikan sang suami dengan mata berkaca-kaca. Dia tidak bisa tidur karena perbincangannya dengan Afka semalam. Pikirannya sedang cukup kacau. Dia merasa ingin menuruti Afka. Tetapi, di sisi lain dirinya menolak dan merasa takut.
Jari lentik Ghirel mengusap matanya yang basah. Dia beranjak turun dari ranjang, berlajan menuju kamar mandinya. Di dalam kamar mandi, lagi-lagi dia menangis. Air matanya kembali luruh tanpa di perintah.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu membuat Ghirel tersentak. Dia mendongak, menatap pantulan dirinya di cermin wastafel.
"Ada apa Afka?" Tanya Ghirel setengah berteriak.
"Kau menangis sayang?" Suara Afka terdengar khawatir. Ghirel menghela nafasnya, membasuh muka dengan air kemudian berjalan menuju pintu.
Tangan Ghirel ragu membuka pintu kamar mandi. Setelah memantapkan hatinya, dia baru berani membuka pintu yang menjadi penghalang dirinya dengan Afka.