Panggilan itu Ghirel putuskan secara sepihak. Gadis itu merasa sangat kecewa. Memangnya sesibuk apa Afka sampai tidak bisa pulang bahkan saat Bunda Raila meninggal dunia? Ghirel membenci Afka sekarang.
Dia tidak sudi menerima permintaan maaf Afka. Dia tidak memerlukannya. Yang dia inginkan adalah kehadiran sosok sang suami, persetan dengan hubungan mereka yang harus di umbar pada publik. Yang jelas Ghirel sedang membutuhkan sosok Afka.
Suara tahlil terdengar. Lantunan doa untuk sang ibu membuat Ghirel kembali tersadar. Ini bukan waktunya untuk memikirkan pria brengsek yang egois. Ini saatnya untuk Ghirel menangisi kepergian bunda. Menyadari fakta itu saja berhasil menyulut rasa sakit dalam diri gadis itu.
Suara ketukan pintu kamar membuat Ghirel mendongak dan membuka pintu itu dengan segera. Dia mendapati Junco yang berurai air mata tak kalah menyedihkan darinya.