Rehna tak henti-hentinya mengamuk sejak tiga puluh menit yang lalu. Dia terus meminta untuk bertemu Afka, Rehna merasa tidak terima karena tidak diberitahu bahwa anaknya sudah sadar. Bahkan Zyan bersekongkol untuk menyembunyikan fakta tersebut.
Pintu ruangan terbuka, perjuangannya selama hampir setengah jam terbayarkan saat melihat anaknya berdiri di ambang pintu dengan tatapan angkuh. Saat ini Afka nyaris tak tersentuh, berbeda dengan beberapa tahun yang lalu. Dulu saat mengetahui Rehna yang pelakunya, Afka menangis kecewa. Dia berusaha melindungi Rehna atas dasar kemauannya dan Zyan.
"Kenapa kamu berubah pikiran sayang, apa kamu tidak kasihan melihat Mama dengan kondisi seperti ini?" Rehna mulai melancarkan aksinya. Air mata buaya betina itu keluar dari matanya, sangat ketara itu hanya dibuat-buat untuk menarik perhatian. Afka merasa sangat bodoh karena pernah tertipu. Sekarang dia menyesali itu.