=Ami POV=
Ge mengajakku dan Ten untuk ke toilet tuan Hadiyaksa. Aku dan Ten sempat saling pandang untuk beberapa saat, namun wajah Ge sangat menyakinkan sehingga kami berkenan untuk mengikuti langkahnya.
"Ruangan ini sempit, tuan. Anda tidak sedang berpikir untuk menghabisi kami disini, 'kan?" untuk yang kesekian kalinya, Ten mengatakan hal yang membuatku kesal. Namun sebenarnya juga, masuk akal.
Ge tidak menjawab.
Tuan Presiden mendekati salah satu dinding dan menekan sebuah tombol yang tersamarkan oleh sesuatu seperti gantungan di bagian atas dinding itu.
Sedetik kemudian dinding itu terbuka dan menampakkan sebuah ruangan rahasia yang berukuran sedang.
Aku hampir tidak menutup mulutku, sangat tidak menduga dengan apa yang kulihat. Begitu juga dengan Ten yang menjadi sangat antusias, dia bahkan mendahului langkah tuan Presiden saat memasukinya.
"Berhati-hatilah. Ini ruangan penting bagi tuan Hadiyaksa," ujar Ge.