=Author POV=
Namun hal diluar dugaan terjadi, kabut gelap menyelimuti diiringi dengan angin kecang juga petir yang menyambar.
Jantung Ami nyeri, namun dia tidak menghentikan darahnya yang masih mengalir.
Ami memejamkan matanya, dia mencoba untk mengumpulkan energinya namun selalu gagal. Jantungnya berdegup semakin kencamg seiring badai yang juga semakin kencang mengacaukan keadaan di sekitar.
"Ami hentikan!" teriak Ge, namun suaranya itu teredam suara angin ribut dan petir yang menyambar. Dia hendak bangun dan menghentikan Ami, namun dia dijegal tuan Hadiyaksa yang telah terlebihdahulu bangun untuk mendekati tubuh Ami.
Tuan Hadiyaksa tersnyum samar, "Ini sempurna," ujarnya lirih.
Beliau melafalkan kalimat pemujaan, beliau juga memerintahkan kepada seluruh anak buahnya untuk melafalkan kalimat itu lebih cepat lagi agar kegelapan semakin kuat.