=Author POV=
"Lalu ceritakan padaku, dari mana kamu berasal." Laya membenarkan posisi duduknya, dia sambil memijat tubuh Ami, sambil memandangi Jarel dan sedang berusaha untuk menyimak.
"Entahlah. Aku tidak yakin darimana asalku. Aku hanya ingat selalu dikelilingi orang baru karena hampir setiap tahun aku berada di 'masa' yang berbeda." Jarel menggulung celana panjangnya, agak meringis kesakitan dia segera membersihkannya. Sesekali dia menatap kucing hitam yang sejak tadi nampak tertarik padanya.
"Setiap tahun? Sejak kapan?"
Jarel menggeleng pelan. "Aku tidak mengingatnya."
Laya mengernyitkan dahi. "Namamu? Apa sungguh 'Jarel Porte'? atau kamu juga tidak mengingat yang sebenarnya?"
"Itu adalah nama yang orang-orang berikan padaku." Jarel mengeluarkan sepasang belatinya. "Ini. Karena ukiran inilah mereka memanggilku Jarel, padahal ini bukan milikku. Aku menemukannya di masa awal pembangunan negeri oleh para tokoh di masa lalu," sambungnya lagi.