=Ami POV=
"Kamu juga menginginkannya?" ucapku lirih. Aku merasakan nyeri di bagian jantung, ini terasa lebih menyakitkan daripada mendengar pengakuan Laya yang teah mengkianatiku.
Apakah mereka semua sedang mencari untung dari diriku? Kekuatanku, kekuatan leluhurku, apakah mereka menjaganya karena keuntungan pribadi?
"Ami, aku tidak akan memaksamu. Aku hanya ingin kamu menengok kebelakang bagaimana mereka memperlakukan kita sebagai warga sipil. Dengan atau tanpa kegelapan, mereka tetap tidak adil. Sebuah kejahatan, sebuah ketidak adilan itu bukan hanya berasal dari energi luar, namun dari dalam jiwa masing-masing. Aku hanya ingin kamu mempertimbangkan itu," tambah Ge lagi.
"Tapi kalian tahu, semua kekuatan pasti ada kelemahannya. Sekaragn yang jadi masalah, kita belum mengetahui kelemahan dari kekuatan leluhurku."
Bang Arlan meraih kertas dan pena lalu menerahkannya padaku. "Tulislah apapun yang kamu minta, termasuk kekuatan yang tak terkalahkan oleh apapun."