Gabby melihat mata hitam Michael lalu melangkahkan kakinya ke dalam ruang musik. Perempuan itu melihat hanya ada satu lampu yang menyala yang dimana lampu itu hanya untuk menerangi piano yang dari tadi Michael mainkan.
Laki-laki itu mendahului Gabby dan kembali duduk di kursi piano, tangannya di taruh kembali di atas tuts piano dan bunyi merdu nan menakutkan itu kembali memenuhi ruangan. Kali pertama Gabby melihat Michael bermain piano, dia merasa kagum tapi sekarang entah kenapa perempuan itu merasa takut saat melihat Michael bermain piano.
Gabby menelan ludahnya lalu memanggil nama laki-laki itu dengan pelan, "Michael..."
"Mendekatlah." perempuan itu mendengar suara berat dari belakangnya. Saat Gabby menoleh dia melihat mata sedih Adam sedang mengintip ke dalam ruangan, pria itu tidak melihatnya tetapi matanya sedang melihat punggung Michael.
Gabby menganggukan kepalanya lalu berjalan mendekati Michael yang masih sibuk bermain piano, "Michael..." bisik perempuan itu.
"Aku kesini untuk meminta maaf. Maafkan aku, seharusnya aku tidak mengatakan itu kepadamu." Gabby menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap wajah dingin laki-laki itu.
"Aku janji aku nggak akan ngomong lagi ke Billy."
"Michael, kamu mau maafin aku nggak?"
"Kalau kamu maafin aku, besok aku akan membelikanmu makanan di kantin sekolah."
"Kamu masih marah ya sama aku? Michael, aku benar-benar minta maaf."
Saat Gabby tidak menerima jawaban dia menengadahkan wajahnya dan mendapati Michael masih sibuk dengan dunianya sendiri, tangannya yang lentik itu masih bergerak dengan lincah di atas tuts piano.
Perempuan itu mengalihkan pandangannya ke jari-jari tangan Michael dan melihat kalau tangan putihnya berubah menjadi merah karena terlalu lama bermain piano, tapi laki-laki itu seakan-akan tidak merasakan sakit dan tetap bermain dengan cepat.
Mata Gabby terasa panas lalu dia kembali menundukkan wajahnya, dia berusaha mengedipkan matanya agar tidak ada air mata yang keluar, tapi lama kelamaan perempuan itu tidak dapat menahannya lalu air mata pertama keluar dari mata kirinya.
Lama kelamaan isak tangis Gabby memenuhi ruang musik itu, sampai-sampai perempuan itu tidak menyadari kalau bunyi piano sudah berhenti dari tadi.
Gabby merasa ada tangan di bahunya lalu dia mengangkat wajahnya dan mendapati Michael sedang duduk menghadapnya, tangan kanannya memegang sapu tangan. Sapu tangan itu terasa dingin di kulit Gabby yang terasa panas, laki-laki itu mengusap air matanya dengan pelan.
Bulu mata Gabby basah dipenuhi oleh air mata, bibirnya bergetar, dan suaranya terdengar seperti sedang kesakitan saat memanggil nama anak laki-laki itu, "Michael..."
Mata hitam Michael melihat perempuan itu lalu membuka kedua tangannya lebar-lebar, tanpa berpikir panjang Gabby langsung melangkahkan kakinya dan menabrak badan laki-laki itu dengan keras yang mengakibatkan Michael terjatuh dari kursi pianonya lalu badannya terjatuh ke lantai.
Michael meringis kesakitan dan berusaha untuk melepaskan pelukan maut Gabby, namun perempuan itu semakin memeluknya dengan erat dan kembali meneteskan air mata, "Michael, aku benar-benar minta maaf..." mengelap air matanya di baju Michael, "...Tolong jangan tinggalkan aku, aku janji aku nggak akan bikin kamu marah lagi."
Tidak tahu harus berbuat apa, setelah berpikir lama akhirnya dia menepuk-nepuk punggung Gabby dengan canggung, "Sudah... Jangan nangis lagi ya."
Air mata Gabby semakin keluar dengan deras saat merasakan laki-laki itu menepuk punggungnya, "T-tolong jangan abaikan aku lagi" kali ini suara perempuan itu semakin keras.
Adam yang sedari tadi menyaksikan mereka dari jauh mengambil sapu tangannya dari saku lalu mengelap air mata yang hampir keluar dari matanya, tidak lama kemudian dia menutup telinganya saat mendengar isak tangis Gabby yang semakin lama terdengar semakin keras.
Setelah memastikan keduanya baik-baik saja Adam menutup pintu ruang musik lalu menuju ke dapur untuk membuatkan mereka teh hangat.
Michael menutup matanya dan berpikir bagaimana caranya agar dia bisa melepas pelukan Gabby karena dia harus benar-benar duduk sekarang, kepalanya terasa sangat sakit.
Akhirnya setelah beberapa saat dia mendorong pelan tubuh perempuan itu dan kembali menghapus air mata yang bercucuran di wajahnya dengan sapu tangannya.
Bulu mata Gabby masih terlihat basah tapi wajahnya sudah di hiasi oleh senyuman lebarnya, "Makasih ya, kamu memang yang terbaik buatku.". Saat Michael ingin kembali menghapus air mata perempuan itu, dia mengambil sapu tangan dari tangan Michael dan membuang ingusnya disana.
Melihat aksi perempuan itu, Michael menjauhkan dirinya dari Gabby dan tersenyum tipis.
Ya ampun perempuan ini benar-benar menjijikan, pikir Michael.