Baiklah, aku bodoh dan nggak peka. Aku hanya bersikap realistis, itu saja. Tapi aku cukup menghargai usaha Satria saat ini. Tidak ada acara lamar melamar di pernikahan kami waktu itu. Aku tahu, Satria hanya ingin membuatku sama dengan wanita lain pada umumnya. Dia berusaha membuatku merasa diinginkan. Dan lihat, aku sudah berdandan cantik begini, demi siapa kalau bukan demi dia?
Aku mengangguk dan berkata, "yes, I will."
Senyum yang sempat raib tadi, terbit seketika. Dan tiba-tiba lampu menyala. Aku menatap takjup ke sekitar. Awalnya satu lampu, lantas terus bersusulan lampu lain ikut menyala dengan cepat. Seketika pemandangan di sekitarku tampak meriah. Ternyata aku berdiri di tengah-tengah taman bermain dan tepat di depan mataku adalah sebuah komedi putar yang sedang bergerak perlahan.
"Wah, kamu kayak anak muda aja, Bang. Membawaku kencan ke tempat bermain."
"Aku masih muda ya, Rea."
"Iya, deh. Asal Om senang."