下載應用程式
4.94% PORTAL: terhubungnya dua dunia yang berbeda / Chapter 9: Chapter 8 - Perjalanan menuju Ibukota Loriene

章節 9: Chapter 8 - Perjalanan menuju Ibukota Loriene

"Kalau begitu, aku serahkan mansion ini kepada kalian. Ingat tugas kalian masing-masing, Tiara, kau yang bertanggung jawab atas tugas mereka, Mengerti!" ucap Celica dengan tegas kepada para pelayannya.

"Baik, Nona Celica." ucap Mereka sambil berlutut dihadapan Celica.

Celica mengingatkan kembali kepada mereka tugas apa saja yang harus mereka lakukan, termasuk tugas untuk mengurus rumah panti itu. Karena, Ia dan Cattalina akan pergi untuk meneruskan pendidikan sihir mereka di ibukota.

"Hei, Zack." panggil Teo

"Apa?"

"Seberapa jauh jarak dari kota ini ke ibukota?"

"Sore nanti pun kita akan tiba di Ibukota, Apa kau belum pernah kesana?"

Teo menggelengkan kepalanya "Belum, kota ini adalah kota pertama yang ku kunjungi di kerajaan ini."

"Oh begitu."

Setelah percakapan singkat itu, akhirnya Celica berhenti mengingatkan tugas-tugas kepada pelayannya itu dan mereka pun bisa berangkat menuju Ibukota. Sebelum pergi dari kota Elbraun, Celica pun meminta Zack untuk berhenti di toko senjata yang sebelumnya Teo dan Celica kunjungi "Ada apa?" tanya Cattalina.

"Karena rakyat jelata itu, kemarin aku kurang membayarnya." ucapnya lalu turun dari kereta kuda. Setelah mendengar itu, Zack terus melirik ke arah pedang sihir milik Teo, ia terlihat tidak begitu menyukai Teo yang memiliki pedang sihir itu "Tolong jangan tatap aku seperti itu." ucap Teo.

Setelah itu, Celica pun kembali masuk kedalam kereta kuda dan meminta Zack untuk menjalankan kereta kudanya lagi, Mereka pergi ke arah utara menuju Ibukota Loriene. Sepanjang perjalanan, Teo hanya terdiam sambil mendengar percakapan kedua gadis keluarga Blouse di dalam kereta kuda itu.

Sudah sampai tengah hari, mereka pun berhenti sebentar di tepi sungai dan beristirahat. Teo meregangkan tubuhnya dan menarik nafas panjang "Udara di dunia lain memang menyegarkan, ya." ucapnya pelan.

"Teo, setelah ini kau yang menjadi kusir ya." ucao Zack.

"Ah baiklah."

Cattalina pun memanggil Teo dan Zack untuk makan siang bersamanya, sementara Cellica tetap di dalam kereta kuda, ia berkata ia tidak mau makan siang bersama dengan rakyat jelata.

Mendengar itu, Teo pun mengetuk pintu kereta dengan keras lalu duduk di samping kereta kuda bersama yang lain "Hei! Siapa yang mengetuk tadi!? Kau ya, rakyat jelata!"

Teo menggelengkan kepalanya "Bukan aku, tadi ada seekor burung yang menabrak kereta kuda, ia terluka dan sudah di obati oleh Cattalina, dan ia pun terbang, kan Cattalina?" ucap Teo yang berkata bohong dengan santainya.

Cattalina yang ingin di libatkan oleh Teo pun hanya tertawa kecil dan tersenyum mendengar Teo berkata seperti itu. Meskipun Cattalina tidak berkata apa-apa, tapi Celica terlihat percaya jika Kakaknya melakukan itu, ia memalingkan wajahnya dan menutup kembali jendela kaca kereta kudanya.

"Kau itu benar-benar berani dengan bangsawan ya? Aku masih tidak habis pikir dengamu."

"Yah, bagian itulah yang mambuatku ingin menjadikannya pengawal." ucap Cattalina lalu membuka keranjang makanan yang ia bawa.

"Sebenarnya kau itu siapa? Tidak memiliki sopan santun kepada bangsawan, bisa mengalahkan Tuan Wales dengan mudah, aku punya firasat kalau kau bukanlah seorang rakyat jelata biasa." ucap Zack yang tidak percaya dengan status Teo sebenarnya.

Teo menarik nafas "Baiklah, jika kau memang penasaran, aku akan katakan siapa diriku sebenarnya." ucap Teo yang terdengar serius.

"Eh, Kamu yakin ingin memberitahunya tentang itu?" tanya Cattalina.

Teo mengangguk, ia pun menarik nafas panjang sebelum memberitahu siapa dia yang sebenarnya kepada Zack. Ia menghembuskan nafasnya dan membuka mulutnya "Apa anda yakin tidak ingin keluar? Nona Celica?" tanya Teo sambil tersenyum jahil saat melihat Celica membuka sedikit jendela kereta kudanya.

Celica pun langsung membuka jendelanya "A-A-Apa yang kau ka-katakan!? A-Aku tidak ingin mendengarmu atau apapun itu! A-Aku hanya merasa gerah saja di dalam, j-jadi aku buka sedikit jendelanya! Hmph!" ucap Celica lalu memalingkan wajahnya.

"Tapi aku tidak berkata kalau anda ingin mendengar saya loh. Ah, jadi anda memang ingin mendengar saya ya, yaaah ternyata anda itu memang ingin ta–. Waaaaai! Hampir saja."

Saat sedang berbicara, satu sengatan petir pun hampir mengenai Teo. Celica pun menendang pintu kereta kudanya dan berjalan perlahan keluar sambil membawa tongkat yang sudah di aliri oleh listrik. Teo langsung merinding melihat itu dan berjalan menjauhi Celica "K-Kau, semakin k-kurang ajar ya, rakyat jelata. S-S-Sepertinya ka-kau memang ingin di hukum!"

*Bzzzzzzzt!* sebuah sengatan listrik pun nyaris mengenai kepalanya "Selanjutnya, pasti tidak akan meleset!"

"Yaaaaaa! Ampuni aku, aku mohon jangan lagi! Aku mohon Celica! Ampuni aku!" teriak Teo sambil berlari menjauh dari Celica.

"Tidak akan! Kali ini kau tidak akan ku ampuni!"

"Waaaaaaaaaaaaa!"

***

Setelah makan siang, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan, Teo hanya bisa menghela nafas saat di perjalanan karena pakaiannya yang kembali berwarna hitam dan nyaris hancur karena sengatan listrik dari sihir Celica "Apa kau baik-baik saja? Bagaimana jika aku saja yang menjadi kusir?" tanya Zack

"T-Tidak apa-apa, aku sudah mulai terbiasa."

Zack menghela nafas berat "Untungnya Nona Cattalina berhasil menyembuhkanmu, kalau tidak mungkin kau akan tidak sadar selama berbulan-bulan karena serangan sihir itu."

"Benar, mulai saat ini aku akan sering bersyukur kepada tuhan." ucap Teo dan suasana pun hening seketika, Teo kembali berbicara "Memang tidak salah, aku memanglah seorang rakyat sih."

"Eh sungguh?"

Teo mengangguk pelan "Tapi, pekerjaanku adalah menjadi seorang prajurit."

"Kau seroang prajurit!?" Zack terdengar terkejut saat mendengar Teo ada seorang prajurit di negaranya "Memang sih sebelumnya aku mendengarmu berkata sesuatu tentang prajurit… dan juga tentang pasukan… apalah itu aku lupa. Aku pikir kau hanya membual."

Teo menggelengkan kepalanya dan berkata kalau itu bukanlah sebuah kebohongan. Ia juga berkata kalau alasannya untuk menjadi pengawal kedua putri keluarga Blouse itu juga bukan sebuah kebohongan.

Zack terkejut mendengar alasan Teo itu, ia pun terdiam sesaat saat mendengarnya, lalu ia bertanya "Maaf, apakah yang menghilang itu, keluargamu?"

Pertanyaan itu, membuat Teo tersenyum, ia hanya mengangguk pelan sebagai jawabannya itu. Melihat jawabannya, Zack memalingkan wajahnya dan meminta maaf kepadanya karena terlalu ingin tahu tentang masalah keluarganya.

"Tidak apa-apa, Nona Cattalina sudah membantu ku, jadi masalah ku sedikit berkurang." ucap Teo

Celica di dalam hanya terdiam mendengar cerita dari Teo itu, ia sesekali mengepalkan tangannya dan mengeratkan giginya ketika mendengarkan cerita Teo. Cattalina di sampingnya hanya tersenyum, ia pun memegang tangan Celica dan tersenyum kepadanya. Melihat senyumnya itu membuat Celica salah tingkah "A-Apa? Kenapa Kakak tersenyum seperti itu?" tanya Celica

"Tenang saja, dia akan baik-baik saja." bisik Cattalina lalu tertawa kecil.

Wajah Celica menjadi sedikit memerah karena bisikannya itu "A-Aku tidak peduli! Hmph!" ucapnya lalu memalingkan wajahnya. Celica membuka jendela keretanya lalu berteriak "Kalian berdua jangan berbicara terus! Percepat kereta kuda ini, jika tidak kita akan sampai ke ibu kota saat malam hari!" lalu menutup jendela keretanya.

Teo yang mendengar teriakkannya itu hanya bisa menghela nafas dan menuruti permintaan Celica dan Zack hanya tertawa kecil melihatnya. Zack pun memegang pundak Teo "Tenang saja, aku akan membantumu. Aku mempunyai kenalan, y-yah pekerjaanya memang tidak benad sih, tapi dia sering berkeliling dan singgah di berbagai kerajaan. Aku akan menanyakannya tentang keluargamu itu." ucapnya

Teo mengerutkan keningnya sambil tersenyu "Memangnya kau tahu keluarga ku?"

Zack tersenyum dan berbisik kepada Teo, mendengarnya membuat Teo tidak percaya dan mengerutkan keningnya "Disini ada yang seperti itu!?" tanya nya yang tidak percaya.

Zack mengangguk pelan, ia berkata memperdagang 'mereka' adalah pekerjaannya "Meskipun ada beberapa keluarga bangsawan di kerajaan Lumenia yang melarang itu, tapi itu adalah hal yang biasa. Ah keluarga Blouse juga menentang hal itu, Apakah di tempatmu tidak ada?"

Teo menggelengkan kepalanya dengan cepat "Tentu saja tidak ada, itu adalah hal yang dilarang!" ucap Teo.

"Hee begitu ya." ucap Zack yang terdengar kecewa. Setelah itu Teo pun terus kepikiran tentang apa yang Zack beritahu kepadanya, tapi ia juga berfikir kalau itu bisa saja mungkin kalau oranh-orang yang menghilang itu di jual dan dijadikan budak oleh orang lain. Saat sedang berfikir seperti itu, Teo pun terfikir sesuatu, ia pun bertanya kepada Zack "Hei, kau bilang kalau teman mu itu seorang pedagang bud–. Hmmph!"

"Jangan keras-keras! Bodoh!" ucapnya setelah menutup mulut Teo dengan tangannya "Kalau Nona Cattalina dan Nona Celica tau, bisa-bisa aku dimarahi habis-habisan!" ucapnya lagi, setelah itu ia pun menarik tangannya dari mulut Teo.

Setelah mendengar itu, Teo pun tersenyum jahil kepada Zack. Melihat senyumnya, Zack langsung menggelengkan kepalanya dan memberi isyarat untuk jangan melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya.

Akan tetapi, Teo tetap melakukannya "Nona Cattalina, boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Teo sambip berteriak.

Mendengar pertanyaanya, Zack menarik-narik tangan Teo dan berusaha untuk membuat Teo tidak berbicara lebih lanjut lagi. Meski begitu, Teo… "Nona Cattalina, apakah anda tahu sesuatu tentang perbudakan?"

"Kenapa kamu bertanya tentang itu?"

"Ah, tidak. Aku hanya penasaran."

"(Teoooo! Terkutuklah kau Teo!)" ucap Zack dalam hati.

"Perbudakan ya, perbuatan yang tidak manusiawi, aku sangat menentang itu. Meskipun, ada beberapa orang yang benar-benar merawat budak mereka, tapi tidak sedikit juga yang menggunakannya untuk bersenang-senang, karena itu aku menolak adanya perbudakan." ucap Cattalina yang mengutarakan pendapatnya tentang perbudakan.

"Kalau Nona Celica?"

"Hmph! Aku sependapat dengan Kakak. Aku akan membuat orang yang menjual budak itu jera dengan perbuatannya."

"Oh, contohnya?"

"Menyengatnya dengan listrik sampai dia tidak bisa berbuat hal itu lagi."

Zack seketika merinding setelah mendengar ucapannya, ketika Teo ingin bicara lagi, ia pun momotong perkataanya "N-Nah a-aku bilang juga apa? K-Keluarga Blouse itu sangat tidak suka dengan perbudakan, kau sih tidak percaya, hahaha." ucapnya lalu tertawa dengan terpaksa, ia memegangi Teo sambil memasang wajah memelas agar Teo tidak membahas soao perbudakan lagi.

Teo hanya tertawa melihat Zack yang wajahnya memelas begitu "Sialan kau Teo." ucap Zack pelan sambil menatap tajam ke arah Teo.

Akhirnya, mereka pun sampai di sebuah hutan. Teo menghentikan kereta kudanya tiba-tiba sampai membuat Zack hampir terjatuh "Hei! Jangan berhenti tiba-tiba seperti itu!"

"M-Maaf, tapi apa benar kita lewat sini?"

"Tentu saja."

"Oy rakyat jelata, ada apa denganmu! Cepat jalan!" teriak Celica dari dalam kereta.

Teo pun menarik nafas panjang dan mengeluarkannya, lalu ia pun menjalankan kereta kudanya lagi sambil berkata "Aku bencir hutan."

Sepanjang jalan, Teo terus melihat ke arah sekeliling sampai-sampai Zack menegurnya "Ada apa?"

Teo menggelengkan kepalanya, ia berkata kalau dirinya tidak menyukai hutan, karena itu membuat dirinya menjadi lebih waspada. Zack memaklumi hal itu, ia pun berkata hutan biasanya di jadikan tempat tinggal oleh binatang buas dan lainnya. Teo setuju dengan perkataanya itu, meskipun ketakutannya itu bukan kepada binatang buas, namun kepada hal yang lain.

Saat sampai di tengah hutan, Cattalina meminta Teo untuk berhenti, Celica bertanya kepadanya "Ada apa?"

Cattalina menjawabnya sambil tersenyum "Aku ada urusan dengan guru sebentar, jadi kamu duluan saja ya." ucapnya lalu turun dari Kereta kuda.

Celica meminta untuk ikut, akan tetapi Cattalina tidak mengizinkannya karena ia akan cukup lama dengan gurunya itu. Cattalina beralasan, jika Celica ikut terlambat, maka keluarga Blouse akan di cap sebagai keluarga yang tidak disiplin, karena itu ia meminta Celica lebih dulu sebagai perwakilan dari keluargannya.

Mendengar alasan yang masuk akal itu membuat Celica hanya bisa menuruti perkataan Kakaknya, lalu, Cattalina pun mengajak Teo untuk ikut dengannya. Lagi-lagi, Celica protes dengan keputusan Kakaknya itu, karena ia mengajak Teo untuk ikut dengannya.

Cattalina pun memberi alasan lagi kepada Celica, ia berkata "Zack adalah pengawal yang sudah berpengalaman, dia pasti akan bisa melindungimu. Di tambah, apa kamu mau bersama dengan rakyat jelata?" perkataanya membuat Celica menyerah lagi dan menuruti perkataan Kakaknya.

"Baiklah. Hei rakyat jelata! Kalau terjadi sesuatu dengan Kakak ku, akan ku habisi kau!" ancam Celica kepada Teo. Celica pun menutup pintu kereta kudanya dan meminta Zack untuk cepat menjalankan kereta kudanya

Setelah mereka pergi, Celica juga mengajak Teo pergi "Kemana?" tanya Teo. Celica tersenyum, ia pun mengeluarkan tongkat sihirnya, ia mengucapkan sebuah mantra dan tongkatnya bersinar. Tiba-tiba, pepohonan yang ada di samping mereka pun bergeser dan membentuk sebuah jalan kecil "Eh? Ada jalan disini?"

Celica tertawa kecil "Guru ku yang membuat jalan ini, hanya aku dan Celica yang di beritahu olehnya. Ayo, ikuti aku." ucapnya lalu berjalan mendahului Teo.

Saat berjalan melalui hutan itu, Teo semakin menjadi waspada, karena cahaya mataharipun hanya sedikit yang menyinari jalan mereka. Merasakan Teo yang menjadi waspada seperti itu, Cattalina berkata kepadanya "Kamu tidak perlu khawatir, saat melalu jalan ini, kita sudah masuk kedalam pelindung sihir milik guru. Jadi tidak akan ada bahaya apapun disini."

"A-Ah maaf." ucapnya, lalu menurunkan kewaspadaanya itu.

"Oh ya, saat pertama kita bertemu, kamu juga kelihatan ragu saat masuk hutan menuju Desa. Apakah seburuk itu ketakutanmu pada hutan?"

"Ah itu…" Teo terdiam sesaat, ia pun menarik nafas panjang dan berkata "Tidak apa-apa… Aku memang tidak terlalu suka dengan hutan." jawabnya lalu menghembuskan nafasnya. Mendengarnya, Celica tersenyum dan hanya berkata "Begitu."

Setelah cukup jauh berjalan, mereka pun melihat akhir dari jalan kecil itu "Kita sampai." ucap Cattalina, terlihat sebuah rumah sederhana yang terbuat dari kayu dan juga halaman yang begitu luas di depannya.

Cattalina pun mengetuk pintu rumah itu dan memanggil gurunya, akan tetapi tidak ada yang menjawab panggilan Cattalina "Apa guru sedang pergi ya?" Cattalina terdiam sesaat sambil memegangi dagunya, ia mengangkat pundaknya dan mengetuk pintunya semakin keras dari pada sebelumnya

*Brak! Brak! Brak!*

"Guru! Bangunlah!"

"H-Hei! Apa tidak apa-apa mengetuk pintu seperti itu!?"

"Tidak apa-apa, ini sudah biasa." ucapnya sambil terus mengetuk pintunya.

"Hoi! Beris–. Ugh!" wajah seseorang wanita pun berhasil di pukul oleh Cattalina karena terus mengetuk pintu dengan keras.

"Oh, ah guru, sudah kuduga kalau guru tertidur." ucap Cattalina dengan menunjukan wajah tanpa dosa.

"Cattalina! Apa kau tidak bisa mengetuk pintu dengan perlahan!?" bentak Wanita itu. Seorang wanita yang terlihat lebih dewasa dari Cattalina dengan rambut hitam panjang dan poni yang menutupi sebelah matanya. Ia terlihat seperti orang yang kurang tidur, terlihat kantung mata di bawah kelopak matanya "Guru sepertinya kurang tidur ya?" tanya Cattalina.

"Eh… Ya benar, aku kurang tidur, akhir-akhir ini temanku meminta bantuan ku sampai membuatku kurang tidur." ucapnya, ia memejamkan matanya dan tertidur dengan bersandari di pintu. Cattalina pun ranpa ragu menampar gurunya dan membuat gurunya terbangun lagi "Cattalina! Kau tidak ada sopan-sopannya ya? Masuk lah, lalu beritahu apa tujuanmu kemari." ucapnya, lalu ia masuk kedalam rumahnya di ikuti oleh Cattalina dan Teo.

"Katakan apa yang membuatmu kemari, jika bukan hal yang pentkng, aku akan membuatmu pergi ke tempat yang jauh." ucapnya lalu duduk di sofa. Cattalina pun memunculkan buku kuno yang sebelumnya di tunjukan kepada Teo dengan sihirnya, ia pun melempar buku itu ke meja di depan wanita itu dan suaranya benturannya membuatnya terkejut "Oh, buku ini. Apa kamu sudah mempelajarinya?"

Cattalina mengangguk "Ya, beberapa sihir di dalam buku sudah ku pelajari dan mengerti arti dari kalimat-kalimatnya." ucapnya dengan wajah yang terlihat bangga.

"Hoo… Kau lebih cerdas dari yang aku kira, tapi aku memintamu untuk mempelajari semua di buku ini, kenapa kau mengembalikannya?" tanya wanita itu.

"Aku tidak bereniat mengembalikannya."

"Lalu kenapa?"

"Ada yang ingin aku tanyakan, apakah guru tahu tentang sihiri kuno portal."

Wajahnya seketika berubah, ia menatap Cattalina sambil terdiam, lalu ia pun berdiri "Aku akan membasuh wajahku dulu." ucapnya.

Setelah ia kembali, wanita itu membuka buku itu dan mencari halaman tentang sihir portal itu "Kenapa? Bukankah sebelumnya kau bilang tidak tertaruk dengan sihir itu?" tanya Wanita ini.

Cattalina pun menunjuk ke arah Teo "Pria ini." Cattalina pun mulai menceritakan semua tentang Teo yang berkaitan dengan portal itu, ia juga menceritakan tentang orang yang menculik penduduk kota tempat tinggal. Wanita itu hanya mengerutkan keningnya ketika mendengar itu, ia pun meminta Cattalina untuk meneruskan ceritanya lagi.

Setelah mendengar seluruh cerita dari Cattalina, wanita itu pun bertanya kepada Cattalina "Apa ada buktinya." Cattalina tersenyum lalu meminta Teo untuk mengeluarkan pistolnya "Teo keluarkan senjatamu itu."

Teo mengeluarkannya dan menaruh ya di atas meja, ia juga mengeluarkan surat yang di berikan oleh pelaku penculikan penduduknya itu. Wanita itu mengambil surat itu dan berkata "Tulisan apa ini? Aku tidak pernah melihatnya."

"Itu adalah tulisan dari dunianya. Teo bilang kalau itu adalah surat dari orang yang menculik penduduk dari dunianya."

"Apa artinya?"

"Orang itu bilang, Dia akan selalu mengawasiku, dimana pun aku berada dan berkata kalau aku tidak akan bisa menemukan orang-orang itu." ucap Teo yang terdengar marah ketika mengingat isi surat itu lagi.

Wanita itu terdiam sambil menatap Teo, ia tiba-tiba tersenyum lalu ia pun menarik kerah baju Teo dan menatapi wajahnya dengan sangat dekat "Siapa namamu?"

"A-Aku Teo."

Wanita itu pun tersenyum kepadanya "Untuk orang yang datang dari dunia lain, Kau cukup tampan juga." ucap Wanita itu lalu tertawa kecil. Itu pun membuat Teo sedikit merasa malu, karena tindakannya sudah kelewatan, kepala wanita itu pun di pukul oleh Cattalina dengan buku kuno "Hentikan, guru. Itu tidak sopan!"

"Eeeh… Tidak apa-apa kan? Jarang-jarang ada pria tampan datang ke tempat ini, kan?" ucapnya sambil menoleh ke arah Teo dan tersenyum menggoda ke arahnya. Ia pun duduk kembali di sofa "Namaku Theresa, aku… bisa dibilang guru kedua putri bangsawan Blouse."

"Jangan tambahkan kata 'bisa dibilang'. Anda itu memang guru kami!" ucap Cattalina.

"Iya iya."

"Jadi, apa guru sudah percaya."

"Yah anggap saja begitu." lalu ia pun memegang pistol milik Teo "Aku juga belum pernah melihat senjata ini, bagaimana cara menggunakannya? Bisa kau tunjukan?"

"Ah itu, aku tidak bisa menunjukannya, karena amunisi yang kumiliki terbatas, jadi aku tidak bisa sembarang menggunakannya." ucap Teo

"Amunisi? Apa itu?"

Teo pun mengeluarkan magasin pistolnya lalu mengeluarkan sebuah peluru dari magasin itu "Aku membutuhkan benda logam ini untuk menggunakan senjataku."

"Kalau begitu buatlah, aku punya cukup logam di gudang."

"Sayangnya tidak mudah membuat ini."

"Siapa bilang?" ia pun memegang sebuah peluru di tangannya, ia menggengamnya dan menutup matanya, mulutnya mulai mengucap sesuatu yang tidak bisa mereka mengerti, akan tetapi Cattalina terlihat tau apa yang akan dilakukan gurunya itu. Tangannya mulai mengeluarkan cahaya biru, ketika ia berhenti berbicara, cahaya-nya pun menghilang "Apa yang anda lakukan?"

"Itu sihir kuno, aku lupa namanya tapi itu gunanya untuk mengetahui struktur sebuah benda dan sihir itu juga mempunyai pasangannya."

"Apa itu?"

"Crafting." ucap Theresa sambil tersenyum, lalu ia pun meminta Cattalina untuk mengambilkan logam dan juga bubuk mesiu di gudangnya.

Cattalina pun pergi mengambil apa yang diminta oleh Theresa. Disaat ia pergi, Theresa pun berpindah tempat dan duduk di samping Teo sambil tertawa kecil "Hei, kau berasal dari dunia lain kan?"

"Eh… Ah begitulah."

"Bagaimana dunia mu itu?" tanya Theresa sambil mendekati Teo.

"I-Itu, biasa saja." jawab Teo sambil menjauh beberapa senti dari Theresa.

"Hee… Tidak mungkin biasa saja, aku penasaran loh." ucap Theresa sambil mendekati Teo lagi.

"Uhh… Itu…"

Theresa pun menyandarkan tubuhnya pada Teo "Ayo… Beritahu aku…" ucapnya, lalu menjilat bibirnya sendirk seakan ingin memangsa Teo habis-habisan. Tubuh Teo seketika merinding dan langsung berdiri menjauh dari Theresa "Hiii!"

Melihatnya ketakutan seperti itu membuat Theresa tertawa puas "Kamu sangat lucu ya."

Teo memalingkan wajahnya dan menghela nafas karena tingkah Theresa yang menjahili Teo "Yang pasti, di dunia ku itu tidak ada sihir. Hanya itu yang bisa kuberitahu." ucap Teo.

"Tanpa sihir? Sungguh? Fufufu~ Dunia yang menarik." ucapnya lalu menjilat bibirnya sendiri lagi dan membuat Teo merinding lagi.

"S-Sekarang Aku ingin bertanya, kenapa Anda percaya jika aku berasal dari dunia lain?" tanya Teo yang terdengar kesal.

Theresa tersenyum kepadanya "Duduklah jika kamu memang ingin tau." ucapnya sambil menepuk-nepuk sofa di sampingnya.

"Tidak perlu."

"Ya kalau begitu aku tidak akan bilang apa-apa." ucap Theresa sambil memalingkan wajahnya.

Akhirnya Teo pun tepaksa duduk di sampingnya untuk mendapatkan informasi dari Theresa, meskipun ia masih menjaga jarak dengannya "Dasar laki-laki pemalu." ucapnya dan mendekat sedikit pada Teo "Itu karena benda-benda yang kau bawa tidak pernah ada di dunia ini, aku sudah melihat banyak sekali senjata biasa termasuk senjata sihir, tapi tidak ada satupun yang mirip dengan senjata milikmu. Lalu–."

"Guru, aku sudah membawanya, apa ini cukup?" tanya Cattalina yang tiba-tiba datang membawa benda-benda yang diminta oleh Theresa. Ia pun menaruh semua itu di meja "Terima kasih, Cattalina." ia pun menarik nafas panjang, lalu mengarahkan telapak tangannya ke benda itu. Seketika benda itu dan telapak tangannya bercahaya, ia memejamkan matanya dan mengucapkan mantra "Oh pencipta, tunjukan kuasa, buatlah khayalan menjadi nyata, mimpi menjadi kenyataan." cahaya itu semakin terang, lalu ia mengepalkan tangannya dan cahayanya pun semakin terang sampai membuat Teo dan Cattalina menutup matanya. Saat cahayanya menghilang dan mereka membuka mata mereka, dan di meja itu, sudah ada cukup banyak peluru yang sudah bisa Teo gunakan.

"Luar biasa." ucap Teo yang tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Waaaaah, guru, kamu benar-benar luar biasa!"

"Fufu~ Aku luar biasa kan? Sekarang puji aku lebih banyak lagi." ucap Theresa dengan bangga sambil membusungkan dadanya "Seperti ini kan? Sekarang coba lah, aku ingin melihat bagaimana benda dari dunia lain itu bekerja." ucap Theresa sambil tersenyum.

Teo tidak memiliki pilihan lain, karena sudah di bantu dengan menbuatkan peluru untuknya, Teo pun bersedia untuk menunjukan cara kerja pistolnya. Sebelum itu, ia meminta untuk mengujinya di luar karena terlalu berbahaya jika mengujinya di dalam rumah.

Mereka pun keluar, dan Teo pun memasukan satu peluru buatan Theresa untuk mengujinya dan menunjukan kepada mereka cara kerja benda dari dunianya itu "Benda ini tidak begitu rumit, masukan peluru, arahkan ke target, lalu…"

*Dor*

"Begitu." Suara bising itu membuat mereka menutup telinga, Teo sedikit heran karena hentakan pistolnya sedikit lebih kuat dari sebelumnya ia pun bertanya kepada Theresa tentang itu. Theresa tidak terlalu mengerti dengan pertanyaanya, ia berkata "Mungkin karena peluru yang aku buat sudah tercampur dengan sihir yang membuat peluru itu menjadi sedikit lebih kuat, mungkin."

"Uh, kalau begitu aku jadi khawatir pistol ku akan rusak." ucap Teo sambil melihat pistolnya.

"Tenang saja, senjatamu tidak akan rusak, karena sihir yang ada di peluru itu memberikan efek juga kepada pistolmu, jadi akan baik-baik saja." ucap Theresa sambil menepuk-nepuk pundak Teo. Teo hanya menghela nafas lega setelah mendengarnya, Theresa pun berkata ia akan membantu Teo untuk mencari cara tentang membuka portalnya lagi dan meminta Teo dan Cattalina pergi melanjutkan tujuannya yaitu ke ibukota.

Cattalina hanya menganggku mendengar itu, sebelum mereka pergi, dengan sisa logam yang ada, Theresa membuatkan magasin untuk menyimpan peluru-peluru sihir yang Theresa buat untuk Teo "Ini, dengan begini kau bisa melindungi Cattalina dan adiknya, kan?" ucapnya sambil tersenyum.

"Y-Ya." ucap Teo sambil memalingkan wajahnya, Theresa tersenyum jahil lalu berbisik di telinganya "Kapan-kapan datang lagi ya, aku kesepian loh." ucap Theresa lalu menjilat leher Teo.

Kepala Theresa pun langsung di pukul dengan buku sihir kuno oleh Cattalina "Berhenti menjahili pengawalku!" ucapnya.

"Eh tidak mau ah, habisnya dia lucu. Untuk ku saja ya?"

"Tidak akan pernah." balas Theresa dengan tegas.

"Dasar pelit." ucapnya, lalu berdiri di belakang mereka. Theresa pun memegang pundak mereka dan berteleportasi ke depan gerbang ibukota.

Sebuah gerbang yang cukup besar membuat Teo sedikit terkejut melihatnya "Jadi ini ibukota?" tanya Teo.

"Ya. Sejujurnya ini tempat yang bagus dan juga ramah penduduknya, tapi karena ramai aku tidak mau tinggal disini." ucap Theresa yang menjelaskan sesuatu yang tidak perlu ia jelaskan "Aku akan mengurus soal sihir itu, tunggu saja kabar dariku, ya." ucapnya lalu pergi menggunakan sihir teleportasinya.

Teo terdiam beberapa saat sambil melihat kebelakang, ia pun memanggil Cattalina "Cattalina."

"Ya?"

"Guru mu itu menyeramkan ya."

Cattalina tertawa mendengar itu, ia pun berkata "Meski begitu, dia adalah guru yang hebat. Sudah, ayo kita pergi, Celica pasti sudah menunggu kita." ucap Cattalina lalu berjalan lebih dulu kedalam gerbang Ibukota itu.

Setelah bertemu dengan Theresa, Teo merasa memiliki harapan untuk kembali ke dunianya, meskipun harpan itu terwujud, ia masih belum bisa kembali, karena masih ada yang harus ia lakukan "(Aku… Akan menemukan mereka! … Oh iya, wanita itu belum melanjutkan perkataanya tadi… A-Aku biarkan saja dulu, aku tidak mau bertemu dengannya sendirian.)"

bersambung


Load failed, please RETRY

禮物

禮品 -- 收到的禮物

    每周推薦票狀態

    Rank -- 推薦票 榜單
    Stone -- 推薦票

    批量訂閱

    目錄

    顯示選項

    背景

    EoMt的

    大小

    章評

    寫檢討 閱讀狀態: C9
    無法發佈。請再試一次
    • 寫作品質
    • 更新的穩定性
    • 故事發展
    • 人物形象設計
    • 世界背景

    總分 0.0

    評論發佈成功! 閱讀更多評論
    用推薦票投票
    Rank NO.-- 推薦票榜
    Stone -- 推薦票
    舉報不當內容
    錯誤提示

    舉報暴力內容

    段落註釋

    登錄