下載應用程式
1.64% PORTAL: terhubungnya dua dunia yang berbeda / Chapter 3: Chapter 3 - Keluarga Bangsawan (Part 1)

章節 3: Chapter 3 - Keluarga Bangsawan (Part 1)

Setibanya mereka di kota Elbraun, Teo takjub melihat tembok yang luar biasa, ia juga melihat lambang mawar pada tembok di kedua sisi gerbang. Di depan gerbang, 2 penjaga gerbang menghentikan mereka dan meminta Teo untuk menunjukan identitasnya.

"Eh? Lagi?"

Cattalina pun mengeluarkan kepalanya dari jendela kereta dan berkata kepada penjaga itu "Biarkan kami lewat."

"N-Nona Cattalina. Maaf, hoi, biarkan Nona Cattalina lewat!"

"B-Baik!"

Mereka pun di biarkan lewat, melihat itu, Teo mengerutkan keningnya "(Penjagaanya ketat sekali, sepertinya sesuatu terjadi.)" ucapnya dalam hati. Cattalina pun langsun memberitahu Teo jalan ke sebuah mansion, Teo tidak dapat berkata apa-apa ketika melihat mansion itu ia terkejut melihat bangunan besar itu, ditambah, Cattalina berkata kalau Mansion itu hanya di tinggali oleh Cattalina dan Adiknya, Celica, dan juga beberapa pelayan nya. Sesampainya di sana, mereka langsung di sambut oleh pelayan pribadi mereka, saat mereka turun, Cattalina langsung meminta bantuan kepada pelayan nya untuk membantunya mengurus pengawalnya yang masih selamat dan juga yang sudah tewas. Pelayan itu terlihat sangat terkejut dan bertanya keadaanya.

Cattalina pun menjawabnya kalau ia dan Celica tidak apa-apa. Pelayan itu menoleh kepada Teo, lalu bertanya lagi "Nona Cattalina, siapa orang ini?"

"Bibi, simpan dulu pertanyaannya, sekarang bantu aku untuk mengurus mereka, lalu, sampaikan kepada keluarganya, ya."

"Baiklah, Nona."

Pelayan itu pun ke dalam lalu memanggil pelayan yang lainnya untuk membantunya mengurus pengawal Cattalina. Lalu Teo pun diminta untuk membawa kereta kuda itu ke belakang Mansion agar pengawal-pengawal itu oleh pelayan mereka di belakang Mansion.

Setelah di bawa kebelakang, pengawal yang selamat itu langsung di bawa masuk dan di rawat oleh para pelayan, sedangkan yang tidak selamat, di persiapkan dirinya untuk di kremasi dan menunggu keluarga sang pengawal itu.

Di belakang, Cattalina juga menyaksikan persiapan itu, ia terlihat bersikap biasa saja saat melihat itu, berbeda dengan dirinya di Desa sebelumnya yang terlihat sangat sedih meskipun masih terlihat menahan diri. Teo pun mendekatinya, lalu bertanya "Anda baik-baik saja?"

Cattalina mengangguk pelan "Aku baik-baik saja." ucapnya.

Meski berkata seperti itu, Teo tau kalau dirinya berbohong, ia bisa melihat dari matanya yang sedikit berkaca-kaca, Cattalina terlihat sedang menahan kesedihannya di depan semua pelayannya. Teo menghela nafas dan mengalihkan pandangannya dari Cattalina, mendengar helaan nafasnya itu, ia tertawa kecil lalu berkata "Kamu pasti lelah kan? Ayo masuk, akan aku antar ke kamar tamu." lalu berbalik.

"Ah, maaf merepotkan Anda."

Cattalina pun berhenti dan menoleh kebelakang "Teo, kamu terlalu formal, meskipun aku seorang bangsawan, tapi jangan terlalu sopan, ya. Itu membuatku tidak enak."

"A-Ah, begitu. Maaf, aku juga terbiasa berbicara seperti itu ketika bertemu dengan orang asing."

Cattalina tertawa kecil "Sekarang kita sudah saling kenal, jadi jangan terlalu formal seperti itu. Ya." ucapnya sambil tersenyum.

"(Meskipun bangsawan, dia ramah juga ya.)"

Teo pun mengikuti Cattalina masuk kedalam mansion, lalu Cattalina menunjukan kamar tamu kepada Teo "Kamu pasti lelah, jadi kamu istirahat ya, terima kasih sudah menjadi kusir kuda kami."

Teo sedikit terkejut melihat Kamar itu, sangat luas, berbeda sekali dengan kamar kos yang tempati.

"Ah, baiklah, terima kasih."

"Kalau begitu aku pergi dulu, masih ada yang harus aku kerjakan."

"Baiklah."

Lalu ia pun pergi dari kamar itu. Teo pun langsung berbaring di kasur, lalu meregangkan tubuhnya "Ah kasur ini benar-benar nyaman." ucapnya, lalu ia pun memiringkan tubuhnya.

"(Aku… benar-benar terdampar ke dunia yang berbeda. Sihir, bangsawan, kerajaan, aku ingin sekali berkata kalau ini hanya mimpi. Tapi mengingat aku sudah membunuh 2 orang, aku rasa ini bukan mimpi.)"

Teo pun duduk lalu mengambil pistolnya, ia pun memeriksa kondisi pistolnya itu dan peluru yang tersisa "(Aku menggunakan 2 peluru. Meskipun aku masih memiliki 2 magazine, tapi aku tidak bisa membuang peluru sembarang. Tidak ada lagi sih.)" ucapnya dalam hati.

Ia pun berdiri dan melihat ke luar jendela, ia melihat Cattalina tengah berdiri menatap mayat pengawalnya, lalu sebuah kereta kuda datang dan seseorang wanita turun di ikuti beberapa orang lainnya, wanita itu langsung berlari mendekati Cattalin dan memgangi tubuhnya, ia menangis, Cattalina pun memeluknya. Lalu, Cattalina memberi perintah kepada pelayannya untuk memulai kremasi.

"(Apa yang harus kulakukan sekarang?)"

Lalu, sore hari pun tiba. Di saat Teo ingin keluar, Cattalina datang masuk ke kamar Teo "Ah, Teo. Ingin keluar?"

"Y-Ya begitulah. Ada apa?"

"Maaf, aku meninggalkanmu, tadi begitu banyak urusan yang harus aku lakukan, jadi tidak sempat berbicara dengan mu." ucapnya.

"Ah begitu. Apa sudah selesai?"

Cattalina mengangguk pelan "Ya, walaupun tidak semua. Karena setelah Ayah tahu soal ini, Ayahku langsung mengambil alih urusan ku itu." ucapnya, lalu ia termenung sebentar dan kembali berbicara "Saat ini, mungkin mereka sedang bersedih. Seandainya aku bisa membantu mereka, mungkin ia bisa selamat. Tapi, aku…"

Cattalina terlihat sangat merasa bersalah atas tewasnya pengawalnya itu, ia terlihat begitu gelisah dan juga takut. Meski begitu Teo hanya terdiam mendengar perkataanya, bukan karena tidak peduli, tapi karena ia tidak mau ikut campur dengan urusannya itu, ditambah Cattalina adalah seorang bangsawan, Ia pun sedikit berhati-hati dengan Cattalina.

"Oh iya, Kamu bilang ingin keluar kan? Ingin kemana?"

"Aku ingin ke kamar mandi untuk membersihkan badan ku.

"Oh begitu, kalau begitu mari aku antar."

Saat mereka keluar, mereka bertemu dengan Celica. Celica luar biasa terkejut karena melihat Kakaknya keluar dari kamar Teo, tatapan curiga pun di pakainya menatap Teo dan Kalanya itu "A-A-Apa yang kalian berdua lakukan!?"

"Walah, repot dah." ucap Teo pelan.

"Ahahaha. Celica, kami tidak melakukan apa-apa kok, aku hanya ingin berbicada dengannya." ucap Cattalina sambil tersenyum.

"Bohong! K-K-Kalian melakukan sesuatu kan!? Hey rakyat jelata! Beraninya kau… Beraninya kau mendekati Kakak ku!" bentak Celica sambil menunjuk Teo.

Cattalina pun mendekatinya lalu memegang tangannya "Celica, dia tidak melakukan apapun kok." ucapnya sambil tersenyum "Kamu… tidak percaya sama Kakakmu?" ucapnya lagi sambil memasang wajah memelas.

Celica yang melihat wajahnya yang memelas itu pun langsung mengangguk dan berkata kalau ia percaya dengan perkataan Cattalina "Aku percaya kok! Percaya! Jangan tunjukan wajah seperti itu dong!"

Cattalina pun tersenyum manis ke arahnya lalu mengelus kepala Celica. Celica pun menatap tajam ke arah Teo dan berhasil membuat Teo merinding "Kau! Sekali lagi ku temui kau dekat dengan Kakak ku! Akan ku ledakan! Ingat itu, Rakyat jelata! Hmph!" bentaknya lalu pergi meninggalkan mereka.

Cattalina hanya tertawa melihat Teo di bentak seperti itu, lalu ia pun meminta maaf kepada Teo karena ucapan Adiknya "Haah, Adikmu itu kenapa sih? Sepertinya dia begitu membenci Rakyat jelata."

"Dia tidak seperti itu kok. Dia seperti itu karena kamu adalah orang asing, terkadang dia juga baik ke rakyat jelata. Ayo." ucapnya.

Mereka pun kembali berjalan. Saat berjalan ke kamar mandi, Teo kembali berkata "Benarkah begitu? Rasanya dia memang tidak menyukai Rakyat jelata."

Cattalina hanya tertawa pelan mendengar ucapannya itu, ia tidak membalas perkataan Teo itu. Lalu mereka pun sampai di kamar mandi "Pakai saja kamar mandinya sesukamu, aku akan meminta pelayan untuk membawa pakaian gantu untukmu."

"Ah maaf, merepotkan."

"Tidak apa-apa, lagipula, kamu adalah tamu. Tidak perlu di pikirkan."

"Baiklah."

"Oh iya, setelah ini aku akan datang ke kamar mu lagi, ada yang ingin aku bicarakan. Boleh?"

"Y-Ya tidak apa-apa."

"Kalau begitu, aku permisi dulu." ucapnya lalu pergi. Teo menatapinya yang semakin pergi menjauh "Dia benar-benar baik ya. Baiklah, saatnya mandi." ucapnya lalu masuk kedalam kamar mandi.

Saat masuk, Teo langsung terdiam saat melihat kamar mandinya, sangat luas, megah dan memiliki air panas. Sebuah pemandangan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya "Kamar mandinya luas sekali. Bangsawan itu, menyukai hal-hal yang megah ya?" ucapnya lalu melepaskan seluruh pakaiannya dan langsung berendam di bak air hangat itu.

"Aaaah, nyamannya. Benar-benar luar biasa." ucapnya yang menikmati saat saat berendamnya

Ia pun melemaskan tubuhnya dan bersansdar, dan menatap ke langit-langit. Ia kembali mengingat apa yang semuanya terjadi "Serius, ini masalah yang sangat serius. Jika sudah begini, apa aku masih harus menjalankan misi ku? Atau mencari jalan untuk pulang? Haaah…" Teo semakin menenggelamkan dirinya "(Letnan, sekarang aku harus bagaimana?)"

Teo kebingungan, ia tidak tau harus bagaimana setelah ini, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan untuk pulang kembali, ia tidak tahu, apakah ia harus melanjutkan misinya? Ataukah ia harus mencari jalan untuk pulang?

"Teo! Teo! Bangunlah!"

Teo membuka matanya, ia melihat langit-langit yang berbeda, nafasnya memburu seakan ia baru saja kehabisan nafas. Ia melihat Cattalina yang khawatir dan ketakutan melihatnya "A-Ada apa?" tanya Teo.

"Astaga bodoh sekali kau itu ya. Bisa-bisanya kau tenggelam di kamar mandi? Merepotkan sekali." ucap Celica yang sudah menyilangkan tangannya dan menatap jijik ke arahnya.

"Eh? Aku tenggelam?"

"Iya, Celica menemukanmu sudah mengambang dan tidak bergerak." ucap Cattalina

Teo pun melihat ke Celica "Ada apa!? Kenapa kau melihat ku seperti itu!?" ucapnya tajam.

Teo tersenyum "T-Tidak, Terima kasih karena sudah menyelamatkan ku. Ternyata anda baik juga ya." ucap Teo lalu sedikit menunduk.

"Hiii apa itu? Menjijikan! Bukan berarti aku ingin menyelamatkan mu! Aku hanya melakukan ini untuk Kakak! Karena kalau tau aku membiarkanmu dia pasti akan sedih lagi! Kau mengerti, Rakyat jelata!" Bentak Celica lalu pergi keluar kamar.

Cattalina tertawa mendengar ucapan Adiknya itu, ia pun menoleh ke arah Teo lalu bertanya "Lalu, bagaimana kamu bisa tenggelam di kamar mandi?"

Teo membuang nafas berat lalu berkata "Aku sepertinya kelelahan. Melamun sebentar sambil berendam benar-benar nyaman, akhirnya aku tertidur."

"Kamu tidur? Hahahahaha." tawa Cattalina begitu keras saat mendengarnya "Kamu pasti sangat lelah ya, sampai tertidur di kamar mandi. Hahahaha." lalu Cattalina pun duduk di sampingnya.

"M-Maaf saja ya, perjalanan ku itu panjanang. Jadi wajar saja kan kalau aku lelah." ucap Teo yang berusaha menjaga harga dirinya, meskipun sebenarnya ia sudah sangat malu ketika di temukan mengambang di bak mandi.

"Oh iya, Teo. Aku bilang ingin berbicara denganmu kan? Apa bisa sekarang?" tanya Cattalina sambil tersenyum kepadanya.

Melihat senyumnya, jantung Teo seakan berhenti berdetak, wajah Cattalina pun langsung berubah ia terlihat terkejut ketika Teo terdiam menatapnya "Kamu baik-baik saja?"

"Y-Ya, aku baik-baik saja. Apa yang ingin anda bicarakan?" tanya-nya sambil memalingkan pandangannya.

"Syukurlah, aku merasakan jiwa mu melemah sesaat, aku fikir terjadi sesuatu." ucap Cattalina lalu tersenyum lagi.

"Eh? Anda bisa merasakan jiwa orang lain!?" ucap Teo yang tidak percaya dengab apa yang Cattalina katakan.

Cattalina mengangguk "Begitulah. Ah Teo! Sudah kubilang jangan berbicara sopan seperti itu!" ucapnya lalu menekuk wajahnya.

"M-Maaf."

"Bagus!" ucapnya dan kembali tersemyum. Ia terdiam sambil menatap Teo, karena itu, Teo pun menjaga sedikit jarak dengan Teo.

"Kenapa kamu menjaga jarak, Teo?"

"Kamu sendiri kenapa menatapku seperti itu?"

Cattalina tertawa kecil lalu meminta maaf seraya mendekatinya, melihatnya mendekat Teo semakin menjaga jarak dengan Cattalina.

"Kenapa kamu semakin menjaga jarak?"

"Kamu sendiri kenapa semakin mendekat!?"

Cattalina mengembangkan pipinya lalu berkata "Jika kamu semakin menjaga jarak, akan aku panggil Celica untuk menahan dirimu."

"Tolong jangan. Bukan hanya ditahan, mungkin aku akan di bunuh." ucap Teo sambil memalingkan wajahnya.

Cattalina tertawa kecil, lalu perlahan ia mengarahkan tangannya ke dada Teo, perlahan menyentuh "(T-Tunggu, ada apa dengannya!? Apa mungkin… dia…)" Teo pun mulai membayangkan sesuatu menyimpang, ia langsung menggeleng-gelengkan kepalanya dan meminta kepasa dirinya untuk tenang.

Lalu, ia pun perlahan menjauh dari Teo, ia membuang nafasnya lalu berkata "Teo, darimana asalmu?"

"E-Eh? Itu…"

"Aku tau kamu petualang, tapi kamu juga punya tempar asal kan?"

Teo terdiam, pertanyaan yang tidak ingin ia terima akhirnya di berikan kepadanya. Ia tidak bisa berbohong, karena ia tidak tahu bagaimana rupa dunia ini, kerajaan apa saja yang ada di dunia ini. Namun ia juga tidak bisa jujur kepadanya, karena tentu ia tidak bisa berkata kalau ia berasal dari dunia lain. Akhirnya, ia tidak bisa berkara apa-apa.

"Teo? Aku bertanya kepadamu."

"A-Ah maaf. A-Aku…" Teo memalingkan pandangannya lalu kembali berbicara "A-Aku… berasal dari negeri yang jauh…"

"Dimana?"

Teo kembali terdiam, rasa penasaran Cattalina benar-benar kuat dan membuatnya terus bertanya kepada Teo. Itu membuat Teo kesulitan untuk mencari alasan lain, Teo menghela nafas berat dan berkata "Aku… berasal dari tenggara…"

"Tenggara?"

Teo hanya mengangguk dan tidak berani menatap Cattalina. Cattalina terdiam dan menatap Teo dengan penuh rasa penasaran dan curiga, Cattalina pun tersenyum lalu dan berkata "Begitu ya. Aku pernah pergi ke berbagai negeri hanya saja aku belum pernah pergi ke tenggara."

"O-Oh begitu ya… (Sepertinya aku berhasil menipunya. Ah tidak, Aku tidak berbohong juga sih.)"

"Jadi, bagaimana negerimu itu?" tanya Cattalina sambil tersenyum.

"(Gadis ini! Kenapa dia begitu ingin tau tentangku!? Merepotkan!)" ucap Teo dalam hati. Karena Teo terdiam, Cattalina pun mengerutkan keningnya dan menunjukan wajah melasnya "Apa kamu tidak mau memberitahu ku?"

Melihat wajahnya itu, membuat Teo tidak bisa menolak pertanyaan Cattalina "(Gadis ini! Dia benar-benar imut… Astaga, kenapa aku jadi seperti ini!) B-Baiklah akan ku beritahu sedikit."

Cattalina pun tersenyum kembali dan menunjukan wajah yang seolah berkata 'Aku sangat menantikannya'. Teo menghembuskan nafas berat, lalu ia pun mulai bercerita tentang negeri asalnya "Aku, berasal dari negeri yang mempunyai banyak pulau dan mempunyai banyak sekali budaya yang berbeda. Negeri kami juga banyak sekali pemandangan alam yang luar biasa cantiknya, air terjun, gunung, pantai, seakan berada di surga ketika menikmati itu semua."

"Waah. Sepertinya negeri yang menarik!"

Teo tertawa kecil dan kembali berbicara "Yah begitulah. Ah aku jadi ingin kembali pulang." ucap Teo dengan raut wajah yang terlihat sedikit kecewa.

"Kalau begitu, kamu tinggal kembali saja kan?"

Teo menggelengkan kepalanya "Aku tidak bisa kembali sekarang." wajahnya pun berubah menjadi serius, lalu ia pun berkata dengan pelan "Aku… harus mencari mereka…"

"Eh? Apa?"

"A-Ah, tidak. Lupakan."

Lalu, mereka berdua tidak mengeluarkan sepatah kata pun setelah itu. Cattalina terus menatapi Teo yang wajahnya berubah menjadi serius, dan Cattalina pun memutuskan berhenti untuk bertanya tentang negeri asal Teo.

*Brak!*

Celica pun datang memecah keheningan itu dengan pintu yang di dobrak olehnya "Kakak! Mau sampai kapan Kakak terus disini! Sekarang sudah jam makan malam, jangan berduaan terus dengan rakyat jelata itu! Kamu itu tidak pantas berudaan bersamanya! Lalu, kau! Beraninya berduaan dengan Kakaku! K-Kau benar-benar ingin ku ledakan ya!?" Teriaknya sambil menatap tajam ke arah Teo.

Teo menghembuskan nafas berat dan memejamkan matanya "Cattalina, maaf. Tapi Adikmu benar-benar menyebalkan ya." ucapnya pelan. Cattalina langsung tertawa dan meminta maaf kepada Teo atas perkataan Adiknya itu.

"Kakak!? K-Kenapa kamu tertawa!"

"Hahaha maaf, maaf. Sudah, ayo kita makan. Ah, Teo juga, Ayo."

"Ha!? Kenapa harus dia juga!?"

"Eh? Tapi, Teo juga tamu kita loh."

"Tapi aku tidak suka kalau dia makan bersama kita!"

Lalu, perdebatan tentang makan malam mereka dengan Teo pun berlangsung selama 5 menit karena Celica yang sangat keras kepala yang menolak keras hadirnya Teo di meja makan, meskipun pada akhirnya, sifat keras kepalanya kalah dengan bujuk rayu dari Kakaknya itu. Cattalina tersenyum kepada Teo lalu berkata "Ah Teo. Karena pakaianmu di cuci, kami sudah siapkan pakaian ganti tapi..." seorang pelayan pun muncul dari belakang mereka membawakan baju gantinya "Kami hanya memiliki pakaian pelayan pria, tidak apa-apa?"

Melihat itu Celica langsung tertawa melihat pakaian ganti untuk Teo, ia berkata "Kamu itu memang cocok dengan pakian itu hahahaha."

"Berisik! Ah Cattalina, terima kasih. Tidak apa-apa, ini sudah cukup." ucap Teo.

Cattalina tertawa kecil lalu mengajak Teo untuk makan malam. Sesampainya di meja makan, ia melihat makanan yang sangat lengkap, mulai dari pembuka, makanan berat, dan makanan penutup. Cattalina pun meminta Teo untuk duduk dan memakan makanannya "Baiklah, ayo dimakan, Teo." ucap Cattalina sambil tersenyum.

"T-Terima kasih." ucap Teo yang merasa tidak enak. Selama di meja makan, dia terus di tatapi oleh Celica yang terlihat benar-benar marah, ia menatap jijik Teo dan terus memalingkan wajahnya dari Teo dan itupun membuatnya nafsu makannya perlahan menghilang "Rasanya aku jadi tidak lapar…" ucap Teo pelan.

Bersambung.


Load failed, please RETRY

禮物

禮品 -- 收到的禮物

    每周推薦票狀態

    Rank -- 推薦票 榜單
    Stone -- 推薦票

    批量訂閱

    目錄

    顯示選項

    背景

    EoMt的

    大小

    章評

    寫檢討 閱讀狀態: C3
    無法發佈。請再試一次
    • 寫作品質
    • 更新的穩定性
    • 故事發展
    • 人物形象設計
    • 世界背景

    總分 0.0

    評論發佈成功! 閱讀更多評論
    用推薦票投票
    Rank NO.-- 推薦票榜
    Stone -- 推薦票
    舉報不當內容
    錯誤提示

    舉報暴力內容

    段落註釋

    登錄