下載應用程式
14.04% KETIDAKSENGAJAAN BERAKHIR SALING CINTA / Chapter 49: Part 49 Berbagi Cerita

章節 49: Part 49 Berbagi Cerita

Panji hilang tanpa kabar selama dua hari. Tidak biasanya Panji seperti itu. Alena dan orangtuanya sudah menunggu kepulangan Panji.

"Kamu darimana saja?"Alena sudah menunggu kehadiran Panji di rumah bersama kedua orangtua Panji.

Sekarang Alena sudah akrab dengan keluarga Panji. Karena sebentar lagi, dia akan menjadi salah satu bagian dari keluarga Panji yaitu menjadi menantu disana. Alena sudah tidak sabar untuk menjadi istri dari Panji.

"Ohhh."Panji terkejut ketika baru sampai di rumah sudah disambut orang-orang yang sangat disayanginya itu. Alena dan orangtuanya berdiri tegap di ruang tamu.

"Kamu darimana?"tanya ayah Panji dengan suara bulat dan datar.

"Sini nak duduk dulu."baru datang langsung dicecar beberapa pertanyaan tapi hanya mamahnya saja yang menyambutnya dengan baik. Panji dituntun Nyonya Diana duduk di sofa.

Panji duduk sesuai dengan arahan mamahnya. Mamahnya mengambilkan segelas air putih untuk Panji. Panji langsung meminumnya hingga habis. Meskipun begitu perasaannya kini tetap merasa gundah karena masalahnya dengan Arini yang belum selesai.

"Sekarang cerita sama mamah. Kamu habis darimana?"Nyonya Diana duduk disebelah Panji. Alena dan ayah Panji juga ikut duduk dekat Panji.

"Kemarin aku tanya Reihan juga tidak tahu kamu pergi kemana kemarin. Setelah kamu menghantarkan aku pulang kamu langsung pergi entah kemana."kata Alena sambil menatap Panji dengan tatapan serius. Alena terlihat curiga sekali.

"Aku pergi karena ada urusan sama klien di luar kota. Aku tidak memberitahu kalian karena mendadak."Panji menjawabnya dengan tenang meskipun berbohong.

"Terus kenapa kamu nggak mengangkat telepon ku kemarin?"Alena tidak percaya. Dia ragu dan tidak percaya dengan pengakuan tunangannya itu.

"Kamu kan tahu. Kalau aku sibuk pasti jarang megang handpone."jawab Panji dengan acuh.

Panji kini benar-benar capek. Harapannya pulang ke rumah untuk melepas rasa penatnya dari masalahnya malah membuatnya tambah bermasalah lagi karena harus menghadapi beberapa pertanyaan dari Alena dan orangtuanya sendiri. Saking capeknya Panji tidak peduli lagi dengan mereka dan langsung pergi ke kamarnya di lantai atas.

"Mah aku mau pergi ke kamar. Aku capek."Nyonya Diana hanya mengangguk saja karena dari ekspresi wajah Panji memang benar-benar terlihat lesu dan capek. Alena hanya menhan rasa kesalnya saja saat dicueki Panji.

Di dalam kamar, Panji langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur empuknya. Dia masih tidak percaya dengan kejadian beberapa hari yang lalu. Kini yang ada dipikirannya hanya Arini dan Arini saja. Betapa tidak, sekarang memiliki tanggung jawabnya pada Arini karena sekarang Arini sedang mengandung anaknya.

"Bi dia sedang apa?"Panji mengirimkan pesan kepada Bi Sumi melalui chat.

"Mbak Arini sedang duduk sendirian di taman mas. Sepertinya mbak Arini bosan di dalam kamar terus makanya dia kini duduk sendirian sambil main air di kolam."

"Coba kirimkan fotonya kesini bi."Panji ingin tahu kondisi wanita itu.

Setelah beberapa detik menunggu, Bi Sumi mengirimkan beberapa foto kepada Panji. Panji langsung membuka pesan masuk dari asistennya itu.

"Bi tolong awasi dan jaga dia. Nanti kalau tanya-tanya keberadaannya sekarang, jawab sajakalau dia sedang di tempat yang jauh dari rumahnya dulu. Biar dia nggak berani kabur lagi."pesan terakhir dari Panji untuk Bi Sumi.

"Ya mas."

Mata Panji langsung membelalak ketika melihat Arini di dalam foto. Tanpa sadar Panji langsung nyengir-nyengir sendiri karena melihat wajah Arini begitu lucu sekali. Entah kenapa setelah melihat foto Arini, perasaan kesalnya hilang seketika. Malah dia kini terlihat tertawa.

"Bener kata Reihan kalau dia itu memang cantik."Panji memandangi foto Arini sambil tiduran menatap langit-langit kamarnya.

Panji terus memandangi foto Arini tanpa henti. Hingga tanpa sadar sudah lama dia menatap foto tersebut. Pikirannya kini tiba-tiba teringat dengan kondisi Arini yang tengah hamil anaknya itu.

"Memang benar omongan dia. Anak itu nggak bersalah. Dan disini aku yang salah. Nggak seharusnya aku kemarin bilang seperti itu kepadanya."Panji menjauhkan ponselnya dari pandangannya. Kini perasaannya malah menjadi bersalah atas pernyataannya kemarin yang menyuruh Arini untuk menggugurkan anaknya.

Ditempat yang berbeda, Arini tengah duduk sendirian sambil menatap kolam kecil yang ada banyak ikan hiasnya. Dia sedikit terhibur ketika melihat beberapa ikan berlari-larian di dalam air. Ingin rasanya dia hidup seperti ikan itu. Bisa berlari kesana kemari tanpa ada yang menghalangi. Bahkan ada temannya banyak disana.

"Dia ternyata baik juga. Buktinya tadi dia menolongku. Kalau nggak ada dia pasti aku kesakitan tadi. Bukan hanya aku aja yang sakit tapi anakku."batin Arini sambil menunduk dan melihat perutnya. Arini membayangkan kejadian saat dia jatuh dari tangga dan ditolong oleh Panji.

"Kamu pasti senang, tadi ayahmu telah menyelamatkanmu. Mamah yakin kalau ayahmu itu memang baik."puji Arini kepada Panji. Perasaan takut yang tadinya melanda Arini kini sudah berganti sedikit demi sedikit menjadi tertarik dan nyaman dengan Panji.

"Permisi mbak. Ini jus mangga."Arini terkejut. Bi Sumi tiba-tiba mendatanginya sambil membawa segelas jus.

"Saya kan nggak minta bi tadi."kata Arini sedikit bingung. Perasaan tadi Arini tidak meminta jus mangga.

"Biasanya orang hamil itu suka sama jus mangga mbak."kata Bi Sumi sambil tersenyum

"Gitu ya bi. Makasih ya. Saya juga memang suka sama jus mangga sih."

"Bi Sumi sudah lama kerja disini?"Arini ingin mengobrol dengan Bi Sumi.

Bi Sumi melihat Arini yang berlaku sopan terhadapnya membuatnya nyaman ketika berbicara dengan Arini. Bi Sumi akhirnya menemani Arini di taman itu.

"Sudah mbak. Sejak mas Panji baru beli rumah ini saya langsung kerja disini."Bi Sumi ikut duduk disebelah Arini.

"Bi kalau saya boleh tahu, menurut bibi gimana perlakuan dia sama bibi?"Arini ingin tahu kepribadian Panji dari pengakuan Bi Sumi.

"Maksutnya mbak?"Bi Sumi bingung dengan maksud Arini itu.

"Saya mau tahu gimana sikap Panji sama Bi Sumi gitu. Baik apa jahat gitu?"Arini menjelaskan maksudnya sambil memainkan jari tangannya.

"Oh itu. Menurut bibi mas Panji itu baik. Meskipun kadang cuek tapi dia itu sebenarnya baik mbak. Oh ya mbak jujur saya penasaran sekali sama hibungan mbak Arini sama mas Panji. tapi kalau mbak Arini nggak mau menjelaskannya juga nggak papa."Bi Sumi memancing agar Arini terbuka dengannya. Maksud Bi Sumi adalah baik ingin mengurangi beban yang dihadapi Arini dan kalau bisa memberinya solusi. Sepertinya Arini tengah ada masalah dengan Panji.

Mendengar ucapan Bi Sumi, Arini diam saja sambil mempertimbangkan sesuatu. Apakah dia harus berbagi cerita mengenai masalahnya sekarang kepada Bi Sumi orang yang baru dikenalnya itu. Tapi kalau dilihat-lihat Bi Sumi itu orangnya baik. Arini menatap Bi Sumi dengan tatapan bingung.

"Saya sama dia sebenarnya nggak ada apa-apa bi. Hanya saja…"Arini langsung terdiam dan menatap perutnya yang terlihat buncit itu.

"Hanya saja apa mbak?"Bi Sumi tambah penasaran.

"Ada kehidupan baru disini. Ini adalah anak dia bi."Bi Sumi langsung tercengang mendengarnya. Selama ini dia telah menduga kalau Panji ada hubungannya dengan keadaan Arini yang hamil itu.

"Mas Panji ayah dari anak itu? Bukankah mas Panji belum menikah?"Bi Sumi sangat kaget sekali.

Jujur Bi Sumi tidak percaya karena selama ini Panji yang dikenalnya adalah anak baik dan tidak mungkin akan berbuat sehina itu menghamili Arini. Setahu Bi Sumi, Panji itu orang yang tanggung jawab dan baik.

"Pasti Bi Sumi nggak percaya kan. Gadis seperti saya ini, yang dulunya pernah menjadi pembantu dia bisa hamil anaknya. Ya itulah kenyataannya bi."Arini berbicara sambil mengangkat bahunya dan matanya berkaca-kaca.

"Mbak Arini dulunya pernah jadi pembantu mas Panji?"bi Sumi memastikan lagi. Arini langsung mengangguk. BI Sumi semakin tambah penasaran dan bingung apa yang terjadi pada Arini dan Panji.

Arini memang tipikal cewek yang mudah menangis ketika merasa sedih. Melihat Bi Sumi yang tidak percaya dengan ucapannya jujur membuat hatinya terasa teriris. Tapi itu tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya ketika mendengar pernyataan Panji yang tidak mengkui anaknya dan malah menyuruhnya untuk menggugurkan anaknya.

Arini akhirnya menjelaskan kronologis kejadiannya dari awal sampai akhir. Arini menjelaskannya dengan linangan air mata tanpa henti di pipinya. Terlihat Bi Sumi percaya dengan penjelasaannya. Karena memang dari sorot mata dan mimik wajah Arini memperlihatkan kejujuran dan tidak ada kebohongan.

Bi Sumi ikut merasakan rasa sedih yang dialami Arini itu. Dia juga sampai meneteskan air matanya. Hidup Arini begitu malang sekali ditambah lagi kondisinya sekarang semakin membuat kondisi Arini semakin terpuruk.

Taman yang awalnya hanya ada suara gemericik air dari kolam kini ada suara lain yang menyahutnya yaitu suara tangisan Arini. Mereka berdua tenggelam dalam kesedihan. Meskipun Bi Sumi tidak mengalaminya langsung tapi dia bisa merasakan gimana perasaan Arini sekarang.

"Ya sudah bi. Saya kekamar dulu. Saya mau istirahat. Maaf malah saya membuat bibi menangis gara-gara cerita saya."Arini merasa capek sendiri karena akhir-akhir ini dia sering menangis. Bi Sumi ditinggalnya dalam keadaan wajah sembab.

"Ya mbak. Saya bantu berdiri mbak?"Bi Sumi melihat Arini kesusahan berdiri. Jadinya Bi Sumi ingin membantunya. Tapi Arini menggeleng.

Baru saja Arini pergi tiba-tiba ada telepon dari Panji. Tidak biasanya Panji meneleponnya. Maklum saja sejak Arini tinggal di rumah Panji, Bi Sumi harus memberikan kabar kepada Panji. Sekarang dia bisa dibilang seperti detektif.

"Bi dia sedang apa?"Bi Sumi menata suaranya yang sebelumnya habis menangis karena mendngar cerita Arini dan membuatnya ikut merasa sedih.

"Bibi kenapa?"Panji penasaran. Panji menduga kalau Bi Sumi habis menangis.

"Ng…nggak papa mas."Bi Sumi teringat dengan pesan Arini untuk tidak memberitahu Panji tentang ceritanya.

"Cepat katakan bi. Saya tahu kalau bibi berbohong."

"I…itu tadi mbak Arini cerita sama saya tadi. Ka..kalau dia sekarang hamil…"Bi Sumi malah menangis lagi karena mengingat cerita Arini tadi.

Panji langsung paham dengan maksud Bi Sumi. Sekarang Bi Sumi sudah tahu masalahnya sekarang. Jujur dia kecewa dan marah kepada Arini karena telah membocorkan masalahnya.

"Bi saya pesan sama bibi. Jangan sampai orang lain tahu masalah ini. Ingat bi."Panji sedikit terdengar mengancam.

"Ya mas. Bibi janji nggak akan membocorkan ke orang lain."jawab Bi Sumi dengan terbata-bata karena takut dengan ancaman Panji.

Panji tahu kalau Bi Sumi tidak akan berani membantah perintahnya. Sudah lama Bi Sumi bekerja di rumahnya. Jadi dia tahu gimana kelakuan Bi Sumi.


Load failed, please RETRY

禮物

禮品 -- 收到的禮物

    每周推薦票狀態

    Rank -- 推薦票 榜單
    Stone -- 推薦票

    批量訂閱

    目錄

    顯示選項

    背景

    EoMt的

    大小

    章評

    寫檢討 閱讀狀態: C49
    無法發佈。請再試一次
    • 寫作品質
    • 更新的穩定性
    • 故事發展
    • 人物形象設計
    • 世界背景

    總分 0.0

    評論發佈成功! 閱讀更多評論
    用推薦票投票
    Rank NO.-- 推薦票榜
    Stone -- 推薦票
    舉報不當內容
    錯誤提示

    舉報暴力內容

    段落註釋

    登錄