Sebelum memulai ceritanya, bude meminta untuk diambilkan Air minum hangat, sepertinya dia menyiapkan mental terlebih dahulu untuk menceritakan kembali kisahnya. Kami pun sabar menunggu sampai bude siap untuk membuka suaranya.
"Bude, jika bude sangat berat menceritakan kisah itu lebih baik tidak usah, Nimas takut nanti bude malah sakit lagi" ucapku. Aku tidak tega melihatnya.
"Tidak apa-apa nak, siapa tahu jika bude berbagi dengan kalian hati bude akan merasa jauh lebih lega dan lebih baik lagi. Tidak mungkin kan bude akan terus ketakutan seperti ini? Bude juga ingin melepaskan semua ketakutan ini, jika tidak, maka nantinya akan mengganggu profesi bude sebagai bidan"
Aku beranjak dari tempat dudukku lalu pindah ke samping bude, dengan perlahan tanganku memijat bude supaya dia lebih rileks dan nyaman. Aku tidak tahu kenapa bisa bersikap seperti itu, hanya saja sepertinya caraku berhasil. Aku lihat gemetar di tangannya agak sedikit berkurang.