"Hari ini aku harus ke luar kota selama seminggu..." Deren tersenyum dengan kedua tangan yang melingkar di pinggang Callista.
"Aku gak ikut?" Callista mengerutkan kening sambil memegangi dasi Deren.
Deren menggelengkan kepalanya.
"Enggak, sayang...nanti kamu capek...kamu di sini aja...nanti kalo aku udah selesai kerja, aku pasti telfon kamu..." Deren tersenyum lebar.
"Beneran nih?" Callista menatap Deren.
"Iya..." Deren menatap Callista.
"Tapi aku mau ikut..." Callista merengek.
"Gausah...nanti kamu capek, kamu di sini aja...kalo kamu ada apa-apa tinggal telfon aku...aku pasti bakal pulang..." Deren memeluk Callista.
"Kalo aku ada apa-apa mendadak gimana?"
"Kan bisa telfon..."
"Yaudah...hati-hati..." Callista tersenyum kecil.
"Kok senyumnya keliatan terpaksa banget...senyum yang alami dong...gak ikhlas banget" Deren menyipitkan matanya.
"Di kasih hati minta jantung!"
Deren terkekeh.
Tiba-tiba satu kecupan mendarat di kening Callista.
"Jaga diri baik-baik ya..." Deren membisikkan ke telinga Callista.
"Iya...kamu juga ya..." Callista membisikkan gantian ke telinga Deren.
"Haha geli juga ternyata..." Deren langsung menjauh dan menutupi telinganya.
Callista tertawa begitupun Deren.
*
"Ehh...kok tadi pagi gua gak liat Pak Deren di kantor sampe jam pulang ya? Padahal gua sempet ke ruangan dia..." Karina menatap Callista.
"Dia ke luar kota..." Callista fokus menonton tv.
"Ohh...kok gak sama lo?"
Callista menggidikkan bahu nya "kata dia, nanti gua capek".
"Jangan-jangan..." Karina mendekat ke Callista dengan mata menyipit.
"Apaan sih" Callista mendorong pelan jidat Karina.
"Tapi menurut gua nih ya...Pak Deren tuh orangnya baik, kaya raya, kreatif, pinter, setia, ganteng, gak suka aneh-aneh, cuek sama orang-orang kecuali sama orang yang dia suka...suami idaman loh...masa lo gak jatuh cinta sih?" Karina menatap aneh ke Callista.
Callista menatap ke Karina "apaan sih, gaje lo!" Callista langsung menaruh bantal yang di pangkuannya lalu pergi ke kamar.
"Yee, di nasehatin malah pergi"
~~~
Callista berdiam di kamarnya, menatap pemandangan kota dari dinding kamarnya yang terbuat dari kaca.
Dan Callista terpikir oleh perkataan Karina tadi...
"Tapi menurut gua nih ya...Pak Deren tuh orangnya baik, kaya raya, kreatif, pinter, setia, ganteng, gak suka aneh-aneh, cuek sama orang-orang kecuali sama orang yang dia suka...suami idaman loh...masa lo gak jatuh cinta sih?"
"Suami idaman?" Callista mengerutkan kening.
"Tapi...gua udah jatuh cinta sih sama Deren...karena cuma dia yang bisa buka hati gua...yang bisa yakinin gua akan cinta...bahkan gua sampai merasa kalo Deren itu pria yang cocok buat jadi pendamping hidup gua..." Callista terus berfikir.
"Bener sih kayanya kata Karina...Deren tuh suami idaman..." lanjut Callista.
Tiba-tiba hape Callista berdering.
"Deren? Vc?" Callista lalu mengangkatnya.
"Hai...udah tidur?" Deren terlihat sedang di ruang kerja.
"Belom...ada apa?" Callista berjalan menuju kasur nya.
"Enggak papa...pengen liat kamu aja..."
"Kan kamu masih kerja...tutup aja ya telfon nya..."
"Enggak mau...aku pengen kerja sambil di temenin kamu..."
"Enggak nganggu?"
"Enggak lah...masa kamu nganggu..."
"Inggik lih, misi kimi ngginggi..." Callista mencibir mengikuti ucapan Deren.
"Sok banget yang ngomong" Lanjut Callista.
"Beneran gimana sih!"
Callista memutar bola matanya malas.
Sedangkan di balik pintu kamar Callista...terdapat Karina yang sedang menguping menggunakan gelas.
"Pacaran terus...gua yang baru patah hati mesti hibur diri sendiri" Karina menyipitkan mata nya.
"Pyar!"
Tiba-tiba gelas yang di tempelkan ke pintu kamar Callista itu jatuh.
Karina syok mulutnya menganggap dan matanya membelalak.
Gelasnya pecah.
"Karin...ada apa sih? Gelas nya pecah?" Callista langsung ber gegas menuju sumber suara.
Callista terdiam melihat pecahan gelas yang berada di depan kamarnya.
"Kok bisa pecah? Lo apain?" Callista mengerutkan kening.
"Jatuh..." Karina menelan ludah.
"Emang lo buat apa?"
"Tadi gua mau minum"
"Kok gaada air nya..."
"Kan mau minum...belum ambil air..."
"Kok sampe sini? Bukannya ambil gelas nya di dapur? Sekalian ambil air? Kenapa bisa sampe sini?"
"Ee...itu...tadi gua...mau...itu dulu..."
Mata Callista menyipit.
"Mau apa? Mau nguping ya lo?! Dasar!" Callista langsung meninggalkan Karin dan menutup pintu kamarnya.
"Salah lagi..." Karina menghela nafas dan membereskan kaca gelas yang berserakan itu.