Akhirnya mereka selesai menonton film di bioskop.
"Kita pulang, yuk..." Surasa Callista agak lemas.
"Lo kenapa? Sakit?" Karina mengerutkan kening.
"Enggak"
"Sini, coba gua liat" Karina menyentuh kening Callista.
"Lo demam, Ra!" Karina mengerutkan kening.
"Masa sih?"
"Iya...ayo, kita balik...mampir ke apotek buat beli obat" Karina mengandeng tangan Callista.
°°°
Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah.
"Nih, di minum obat nya..." Karina menyiapkan obat dan minum untuk Callista.
"Gua gak sakit, Na!" Callista menepis pelan tangan Karina yang sudah mengulurkan obat.
"Lo sakit, Ra! Gausah ngeyel, deh!"
"Lo maksa banget sih!"
"Ya kalo gak di paksa, lo ngak akan mau...kalo lo gak minum obat, gimana lo bisa sembuh?"
Callista menghela nafas berat.
"Yaudah iya" Callista menerima obatnya, memasukkan obatnya ke mulutnya dan langsung minum air yang sudah di siapkan.
"Lo istirahat aja sekarang..." Karina membereskan obat-obatan Callista.
"Heem..."
"Yaudah, tidur sana..." Karina hendak pergi.
"Na..." Callista menghetikan Karina.
Karina pun menengok.
"Kenapa?" Karina bertanya pada Callista.
"Temenin gua dong...lo mau nonton film drama dulu kan?"
"I-iya..."
"Gua boleh ikut nonton?"
"Boleh-boleh aja si..."
"Yaudah ayo ke kamar gua aja" Lanjut Karina.
Calista mengangguk dan berjalan menuju kamar Karina.
Karina dan Callista pun menonton film di laptop Karina bersama.
Tapi tak lama kemudian...Callista tertidur pulas...
"Ra, lo_" Ucapan Karina berhenti saat dia sadar bahwa sahabatnya itu sudah tertidur.
"Lah...udah tidur..." Karina terkekeh.
"Kok gua penasaran ya sama perempuan itu...dia siapa sih? Cantik banget sumpah, body nya masyaallah udah kek putri indonesia..." Karina bertanya-tanya, sambil berbicara sendiri.
"Callista kok cuma diem ya tadi? Apa dia udah tau?" Karina menatap Callista.
"Kenapa dia gak cerita?" Karina mengerutkan kening.
"Tau ah..." Karina pun melanjutkan menonton film nya.
***
"Ra...lo masih demam?!" Karina menyentuh kening Callista.
"Lo bisa matiin AC nya gak?" Callista menutupi seluruh badannya dengan selimut.
"Demam lo makin tinggi...kita ke rumah sakit, ayo..." Karina mematikan AC sebentar.
"Enggak...minum obat juga udah sembuh" suara Callista terdengar menggigil.
"Ra...ayo kerumah sakit...biar lo cepet sembuh..." Karina membujuk.
"Gua gak papa, Na...nanti juga udah reda...percaya deh..."
"Minum obat susah...periksa ke rumah sakit susah...lo kenapa si?!"
"Gua kan udah minum obat"
"Di paksa dulu kan tapi..."
"Udah, ihh bawel...gua mau istirahat..."
"Yaudah deh...gua masak dulu ya..." Karina bengkit.
"Hemm..." Callista pun membelakangi Karina.
Karina pun pergi ke dapur.
°°°
Setelah beberapa jam Karina memasak, akhirnya siap juga.
"Ra...bangun dulu...makan, yuk..." Karina membangunkan Callista.
"Lo masak apaan?" Callista membuka selimut yang menutupi mukanya.
"Ya lo bangun aja dan liat sendiri"
"Entar-entaran aja...lo duluan aja..."
"Sekarang dong...nanti dingin jadi gak enak lagi..."
"Yaudah iya...lo kesana aja duluan"
"Beneran ya!"
"Iya"
Karina pun meninggalkan Callista di kamar sendirian.
Tiba-tiba hape Callista bergetar...terlihat nama Deren di layar hape nya.
Callista hanya melihatnya...lalu mematikannya.
Tapi Deren tidak menyerah...dia menelfon lagi.
"Apaan sih nih orang!" Callista mematikannya.
Deren masih mencoba telfon.
"Hihhh..." Callista pun sebal dan mengangkatnya.
"Halo..." Deren menyapa duluan.
"Hem..." suara Callista terdengar serak.
"Suara kamu kok serak? Kamu sakit, ya?"
"Nggak"
"Terus kenapa? Aku ke apartemen kamu ya sekarang"
"Jangan! Jangan ke apartemen! Aku ga mau kamu ke apartemen"
"Kita ketemuan? Aku jemput..."
"Ha?! Tapi..." ucapan Callista belom selesai.
"Oke...kamu siap-siap...aku jemput sekarang" Deren mematikan telfon nya.
"Ehh..." Callista belum menjawab tapi Deren sudah mematikannya.
"Matiin telfon seenaknya lagi...dasar! Gua kan baru bangun..." Callista pun akhirnya terpaksa bangkit dan siap-siap.
"Lo mau kemana? Kok uda rapi? Bukannya sakit?" Karina mengerutkan kening melihat tampilan Callista yang sudah rapi.
"Mau pergi sebentar...bye..." Callista berjalan menuju pintu.
"Gua anter, ya?! Lo belum makan!"
"Gausah...gua makan di luar aja...gua pergi sama orang lain kok..."
"Benera?! Ysudah, ati-ati!"
"Heem..." Callista pun menutup pintunya.
Sesampainya di depan apartemen, Callista melihat mobil warna hitam, mobil itu membuka kacanya.
"Hai..." Deren tersenyum.
"Hemm" Callista pun masuk ke dalam mobil.
"Sumpek gua liat senyumnya...astagfirullah...untung gua lagi sakit...jadi ga banyak kekuatan buat ngurusin orang kaya dia..." Callista berbicara dalam hati.
"Kok muka kamu pucet?" Deren mengerutkan kening.
Deren lalu menyentuh kening Callista.
"Kamu demam?! Kok gak bilang?!" Tanya Deren pada Callista.
"Mesti banget?"
"Yaiya dong..."
"Hacihh..." Tiba-tiba Callista bersin.
Deren melepas jaket yang di pakai nya.
"Pake jaket aku dulu...nanti kedinginan" Deren menyelimutkan jaket itu ke badan Callista.
Lalu Deren menjalankan mobilnya.
"Kita mau kemana?!" Callista mengerutkan kening.
"Nanti juga tau..."
Callista bedecak sebal.
Deren hanya tersenyum.
"Udah sampai" Deren menghentikan mobilnya.
"Ha? Rumah sakit?! Ngapain ke sini? Kamu sakit?" dahi Callista mengerut.
"Bukan aku...tapi kamu..." Deren tersenyum.
"Aku ga butuh ke rumah sakit!!"
"Biar lebih jelas kamu sakit apa...kalo parah gimana?!"
"Ini cuma demam, besok juga sembuh!"
"Gausah ngeyel deh...ayo" Deren keluar mobil.
Lalu membuka pintu mobil untuk Callista.
"Ayo...kok cuma diem?"
"Gak mau, ihh..." Callista menolak.
"Ayo...gak papa kok...kamu takut apa sih? Kan ada aku..." Deren mengandeng tangan Callista, dan membujuk Callista keluar dari mobil dengan lembut.
"Aku takut..."
"Kan ada aku...aku kan udah janji bakal lindungi kamu...ayo dong..."
Akhirnya Callista mau dan masuk ke rumah sakit bersama Deren.
Sepanjang lorong, Callista hanya menggenggam erat tangan Deren...begitupun Deren.
Tak lama kemudian, Callista sampai di ruang pemeriksaan.
Callista di periksa, dan Deren menunggu di ruang tunggu.
Beberapa menit kemudian, Callista keluar dari ruangan bersama Dokter.
"Dia hanya demam...mungkin karena sering menggunakan AC dengan suhu terlalu dingin...jadi dia demam...anda bisa mengambil obat di meja sebelah sana..." Dokter itu menjelaskan ke Deren dan Callista,
"Baik, dok...makasih" Callista tersenyum sekilas.
Deren langsung mengandeng Callista ke meja tempat pengambilan obat.
Setelah itu mereka pulang.
"Tuh kan...aku udah bilang kalo cuma demam...ngeyel banget" Callista mendegus kesal.
"Apa salahnya periksa?!" Deren menaikkan salah satu alisnya.
"Ya...buang waktu aja..."
"Enggak tuh...aku gak ngerasa ngebuang waktu aku percuma..."
"Terserah deh!"
Deren tersenyum.
Deren menghentikan mobilnya di depan kafe milik papah nya...yang dulu pernah di pakai untuk ketemuan dengan Friska.
"Kok berhenti di sini?" Callista mengerutkan kening.
"Makan dulu..." Deren tersenyum, lalu keluar mobil.
Lalu membukakan pintu untuk Callista, Callista pun keluar dari mobil, dan berjalan menuju kafe itu.
"Kamu mau makan apa?" Deren dan Callista duduk dan melihat menu.
"Samain sama kamu aja, deh..." Callista fokus pada hape nya.
"Oke..." Deren pun mengangkat tangannya memanggil salah satu pelayan dan memesan makanan.
Callista lagi-lagi melihat foto dimana Deren memangku seorang perempuan.
"Gua penasaran banget sama perempuan itu...kenapa akrab banget...apa gua tanya sekarang?" Callista bertanya-tanya dalam hati.
"Deren..." Callista memanggil Deren dengan ragu.
"Kenapa?" Deren menatap lekat Callista.
"Aku boleh tanya sesuatu gak?"
"Boleh..."
"Tapi kamu jawab jujur..."
"Iya..."
"Sebe__" ucapan Callista terpotong karena seorang pelayan yang sedang menghidangkan makanan untuk mereka.
"Ini makanannya..." Pelayan itu menaruh makanan itu di atas meja Callista dan Deren.
Callista menghela nafas berat.
"Gajadi deh..." ucap Callista dalam hati.
Deren pun mempersilahkan Callista makan, dan mereka memakan hidangannya.
*
"Bye...di minum obatnya..." Deren tersenyum setelah mengantarkan Callista sampai di apartemen.
"Heem..." Callista hanya tersenyum kecil.