Sampai di ruangan, Callista mengetuk pintu.
Tok,tok,tok...
"Permisi, saya sekertaris baru, dan di suruh ke sini" Callista merasa canggung.
"Ohh, kamu sekertaris barunya? Siapa nama mu?!" Laki-laki yang terlihat agak tua itu mengulurkan tangannya ke kursi depan mejanya, bermaksud menyuruh Callista duduk di situ.
"Saya Callista Nararya, panggil saja Callista, Pak" Callista berjalan menuju tempat duduknya.
"Ohh, nama kamu Callista. Panggil saja saya Pak Safi, saya bertugas untuk mengenalkan para karyawan baru tentang kantor ini, dan apa tugasnya." Pak Safi tersenyum ramah pada Callista, dan Callista juga ikut tersenyum ramah.
"Saya akan memperkenalkan kantor ini padamu, dan akan saya kasih tau ruangan kamu, sebenarnya mau saya kasih tau siapa atasan kamu, tapi dia sedang ada tugas di luar kota, besok baru pulang, jadi akan ku kenalkan besok saja" Pak Safi tersenyum lebar dan berdiri dari tempat duduknya.
"Baik, Pak..." Callista ikut berdiri.
"Mari" Pak Safi berjalan mendahului Callista, lalu Callista menyusulnya.
°°°
Setelah setengah jam mereka berkeliling kantor, Callista pun di beri tahu di mana ruangannya.
"Ini ruanganmu, berada di lantai paling atas, yaitu lantai lima" Pak Safi membuk ruangannya.
"Di sini khusus untuk sekertaris baru Pak Direktur, tapi jika pekerjaannya bagus, biasanya di pindah menjadi satu ruangan dengan Pak Direktur, karena ruangan Pak Direktur sangat luas, dan di jadikan dua ruangan di sana, yang satu untuk sekertaris yang sudah di percayainya, dan belum ada sekertaris yang menempati tempat itu sampai sekarang" Dengan panjang lebar Pak Safi menjelaskan segala ruangan.
"Dan ini, ini ruangan Pak Direktur" Pak Safi menunjuk ruangan besar yang ada di sebelah ruangan Callista.
"Baik, Pak. Terimakasih, saya mengerti sekarang" Callista tersenyum lebar.
"Yasudah, silahkan tata barang anda, saya pamit pergi" Pak Safi membungkuk kan sedikit badannya.
"Baik" Callista juga ikut membunggkukkan Badannya.
Callista memandang ruangannya yang memiliki fasilitas bagus, ada satu meja dan satu kursi, ada dua sofa berhadapan dengan meja di antaranya, ada AC, di belakang tempat duduk kerjanya berupa kaca untuk melihat kota dari ruangannya, begitu indah pemandangannya dan ada telfon di atas meja kerjanya.
"Gaji yang besar, ruangan yang nyaman, fasilitas yang bagus, nikmat mana lagi yang kau dusta kan?!" Callista tersenyum bahagia dan duduk di kursi kerjanya sambil memejamkan mata.
"Nara!" Tiba-tiba ada suara yang membuat Callista kaget, Callista tau itu suara siapa, dan siapa lagi jika bukan Karina, karena tidak ada yang memanggilnya dengan sebutan Nara kecuali Karina.
"Karina! Kau membuatku kaget!" Callista mengerutkan kening karena kesal.
"Maaf..." Karina tersenyum kikuk.
"BTW, bagaimana ruangannya? Bagus tidak? Nyaman tidak?" Karina duduk di meja kerja milik Callista.
"Sangat nyaman dan sangat bagus!" Callista tersenyum lebar.
"Aku juga sangat senang!"
"Sudahlah, pergilah sana! Aku mau merapikan ruangan ku!" Callista mendorong Karina pelan.
°°°
Setelah beberapa jam Callista merapikan ruangannya, akhirnya dia selesai dan dia duduk di kursi kerjanya.
Callista memandang pemandangan kota dari ruangannya, ramai dengan kendaraan, hingga macet, dengan banyak gedung yang besar, dan beberapa orang yang berjalan di pinggir jalan.
Callista tersenyum, menikmati semuanya, mensyukuri nikmat yang di berikan padanya.
Callista melihat jam yang ada di tangannya, sudah menunjukkan jam setengah dua belas, saat nya istirahat.
"Nara!" Karina lagi-lagi membuka pintu ruangan Callista tanpa mengetuk dulu, sambil berteriak.
"Apaansih" Callista memutar kursinya menghadap ke depan.
"Makan yuk, gua udah laper!" Karina tersenyum lebar.
"Yaudah ayo" Callista bangkit dari tempat duduknya dan pergi bersama Karina.
"Kita makan dimana?" Callista menatap banyak restoran di sekelilingnya.
"Ayo ke restoran sana! Di sana makannya enak-enak! Restoran ala-ala china gitu" Karina menarik tangan Callista.
"Ayo-ayo aja" Callista hanya nurut saat di tarik oleh Karina.
"Lo mau makan apa?" Karina melihat menu yang di berikan oleh pelayan.
"La Mian sama es lemontea aja" Callista mengambil hape nya di tas selempang kecil yang dia bawa.
"Ohh, oke! Gua apa ya... Oh, kwetiau sama es teh aja" Karina mengangkat tangannya, memanggil salah satu pelayan.
"Iya, apa ada yang perlu saya bantu?" perempuan dengan baju warna putih datang menghampiri meja Callista dan Karina.
"Saya pesan kwetiau satu, La Mian satu, es teh satu, sama es lemontea satu" Karina menyebutkan semua pesanan yang di pesan Karina dan Callista.
Pelayan itupun mencatat pesanan nya.
"Baik, silahkan tunggu pesanannya, ya" Pelayan itu pun pergi.
Karina dan Callista hanya sibuk dengan hape nya.
Setelah beberapa menit menunggu, pesanan mereka pun datang.
"Permisi, ini pesanannya, kwetiau satu, La Mian satu, es teh satu, dengan es lemontea satu ya?" Perempuan itu menyebutkan pesanan Callista dan Karina.
"Iya, benar" Karina tersenyum ramah.
"Baik, ini pesanannya, silahkan di nikmati, jika ada kurang atau ada kesalahan, silahkan pergi ke meja kasir untuk melaporkannya, saya pergi dulu" Pelayan itu pun membungkuk dan pergi dari meja Callista dan Karina.
°°°
Setelah beberapa menit mereka makan, akhirnya mereka selesai.
"Gua udah kenyang, Ra!" Karina meminum minumnya.
"Gua juga udah, yaudah yuk, solat dhuhur dulu" Callista memakai tas nya, dan berdiri.
"Ayuk" Karina pun bangkit dari tempat duduknya dan menyusul Callista yang mendahuluinya.
***
Tibalah jam tiga sore, saatnya Karina dan Callista pulang.
"Ra, lo yang nyetir ya, gua capek, pundak gua sakit" Karina memijat pundaknya.
"Iya-iya" Callista pergi ke parkiran untuk mengambil mobil Karina.
°°°
"Ra! Pijetin dong" Karina berteriak dari depan tv, membuat Callista yang sedang asik di kamar tergganggu.
"Ihh, gak mau" Callista tetap membaca bukunya.
"Sebentar doang, Ra!"
"Gak mau ya gak mau! Jangan maksa deh!"
"Pelit!"
"Biarin!"
***
Pagi pun tiba, Karina dan Callista seperti biasa, mereka berangkat ke kantor, dan pergi ke ruangan masing-masing.
"Aduh, polpennya pake gak mempan lagi, kertas habis, tinta cap habis, kenapa gak semua sekalian aja yang habis!" Callista menghela nafas, dia emosi di ruangannya.
"Dah lah, mending gua beli dulu" Callista menyangklong tas nya dan pergi ke luar.
"Aauuh..." Callista menabrak dada seseorang.
Callista pun mengangkat kepalanya, melihat seorang pria tinggi, dengan rambut yang menutupi jidat nya, harum parfum nya yang menyengat, bulu mata yang lentik, hidung mancung, menggunakan jas berwarna hitam, dan celana hitam, mata yang indah tapi terlihat agak menyeramkan, sangat istimewa.
"Sepertinya orang ini familiar, siapa ya?!..." Callista teringat sebuah kejadian.
Saat itu Callista sedang buru-buru ke kampus, tapi dia terpaksa menggunakan kendaraan umum, dan saat itu cuaca sedang hujan, Callista menggunakan payung berwarna hitamnya.
Namun saat Callista hampir sampai di depan gerbang kampus, dia melihat seorang pria kehujanan, menunduk, seolah meratapi nasib.
Callista kasihan pada orang itu.
"Mas, ini pakai payung saya saja" Callista memberikan payung nya.
"Ah, kamu?!" Pria itu menatap Callista yang justru rela tak memakai payung demi dia.
"Tidak apa-apa, kampusku ada di depan sana, ini gunakan saja, selamat tinggal. Semoga kita bertemu lain kali!" Callista berlari menuju kampus, membuka gerbang dan masuk.
Pria itu tersenyum menatap Callista, dan sejak saat itu, itu pertama kalinya Callista bertemu pria tampan itu, dan begitupun sebaliknya, pria itu juga baru kali itu bertemu Callista, tidak pernah bertemu lagi.
"Apa ini pria yang ku tolong?! Ah tidak mungkin..." Callista dari tadi hanya berbicara dalam hati, menatap pria itu lekat, mengingat siapa pria itu.
"Hai, hai!..." Pria itu melambai-lambaikan tangannya di depan muka Callista, entah keberapa pria itu memanggil Callista.
"Ah, iya?!" lamunan Callista buyar.
"Nona, kau tidak apa?"
"Emm. No, I am fine" Callista menjauh dari pria itu.
"Dahi mu" Pria itu menunduk melihat dahi Callista yang merah.
"Ah, tidak, dahi ku tidak apa-apa. Aku minta maaf, selamat tinggal." Callista pergi mengabaikan pria itu.
"Gadis itu...kembali lagi" Pria itu menarik senyum dari salah satu sudut bibir nya.