Kau dingin, tapi tak membekukan. Kau bukan pula gunung es yang mengerikan, kau hanya setumpuk salju yang turun di musim dingin. Tapi, terlalu lama berada di luar dengan pakaian tipis, bisa mengakibatkan sakit. Dan kau, persis seperti itu.
Tak ada konversasi yang terjadi di antara keduanya, bibir mendadak terkunci rapat, dengan kepala yang dipenuhi banyak sekali pertanyaan. Lagi, langit biru itu tertutup oleh awan kelabu. Suara sungai yang deras terdengar, menemani langkah kaki yang di bawa menjauh dari tempat sebelumnya. Gia berjalan lebih dulu, sementara Alan berada di belakangnya.
Dia mati, kalimat yang Gia ucapkan beberapa menit yang lalu terngiang-ngiang di dalam kepala. Siapa yang mati? Tidak mungkin bayi mereka, 'kan? Alan bahkan belum sempat bertemu dengannya, tidak tahu bagaimana rupanya sekarang. Entahlah, Alan hanya merasa bersalah sebagai seorang ayah egois yang lebih mementingkan diri sendiri.