Author pov
Vano Firdiyan Pradipta, itulah nama lengkap atau sering disebut nama panjangnya. Nama tengahnya (Firdiyan) itu adalah gabungan dari nama ayah dan ibunya, yaitu Bapak Firman dan Ibu Diyana.
Vano itu orangnya petakilan, jahil tapi selalu dapat peringkat 1, bisa dibilang ganteng plus nggak badboy tapi agak suka dingin kalu sama orang yang nggak deket sama dia. Selain tadi semua, Vano itu juga mesterius orangnya.Vano di sekolah masuk di kelas X-2 *kelasnya di sebelah kelas Alana, Vano sekelas dengan Dino dan Yahya. Sedangkan Didit dan Heri berada di kelas X-4.
# # #
-Flashback on-
Di gerbang sekolah,,,
Segerombol cowok, lebih tepatnya Vano dan kawan-kawannya baru saja sampai di depan sekolah. Padahal bel sebentar lagi sudah mau berbunyi.
"Wah udah sepi ya kalau berangkat jam segini," ucap Didit.
"Yaiyalah kan udah mau bel, pasti udah pada di dalem semua begok," jawab Yahya.
"Kalian berdua itu pada ngapain sih, pagi-pagi udah pada brantem," ucap Heri melerai Didit dan Yahya yang sebentar lagi pasti akan saling beradu suara.Mending kalau beradu suaranya nyanyi terus suaranya bagus didengerin, lah ini beradu kok adu mulut. Dari kejauhan datang lah seorang gadis yang memakai seragam seperti mereka.
"Wah ternyata masih ada yang berangkat jam segini," Ucap Dino.
"Ada lah, kita ini apaan?" jawab Vano,
"Bukan kita begok, tuh liat."ucap Dino sambil menunjuk gadis yang dia maksud.
Karena melihat Dino yang menunjuk-nunjuk sesuatu, reflek Didit, Heri dan Yahya menengok kearah yang ditunjuk oleh Dino.
"Kayaknya muka-mukanya nggak pernah lihat deh," ucap Didit mulai berpendapat,
"Murid baru kalik," ucap Heri juga berpendapat.
"Enaknya diapain ya, anak baru kok berani berangkat jam segini." Ucap Yahya yang mulai memberi suara. Sedangkan teman-temanya sedang asik berbincang-bincang, Vano tiba-tiba mengeluarkan buku, kemudian menyobeknya dan menuliskan sesuatu di kertas itu.
"Lo ngapain Van?" tanya Dino pada Vano dengan penasaran,
"Lo nulis apaan Van?" tanya Yahya yang juga penasaran.
"Udah deh kalian diem aja, liat aja nanti apa yang bakal gue lakuin." jawab Vano. Setelah Vano selesai menulis belum sempat teman-temannya melihat Vano sudah meremat kertas tadi menjadi gumpalan dan langsung melampar ketas tadi ke arah gadis yang mereka bicarakan tadi.
"Woy siapa yang lempar kertas ini ke gue?" Ucap gadis tersebut merespon tindakan Vano, kemudian Vano diam saja dan langsung mulai berjalan meninggalkan gadis tersebut. Kemudian Vano yang melihat gadis tersebut hendak membuang kertas tadi Vano angakat bicara,
"Jangan di buang , baca kertasnya !"
Teeddd,,,,
Bel sudah berbunyi maka dari itu Vano dan kawan-kawannya melanjutkan langkahnya menuju kelas mereka masing-masing.
-Flashblack off-
# # #
Alana pov.
Aku belum membaca kertas yang di lemparkan oleh seorang cowok yang katanya Viona namanya Vano.Yah betul Vano, orang yang menurutku nggak jelas, nggak perlu diurusi dan nggak penting.Tapi apa isi kertasnya yak, jadi kepo alias pengen tau nih. Baca nggak ya? tapi nanti kalau di baca pasti isinya nggak penting, tapi kalau nggak di baca ya kalian tau sendiri.
Baca,
Nggak,
Baca,
Nggak,
Baca,
Nggak,
Baca,
Nggak...
# # #
Author pov.
Itulah keadaan Alana saat ini yaitu pada istirahat kedua di kelas, dia sedang bimbang antara membaca atau tidak kertas yang di lemparkan oleh Vano. Padahal dia sedang di curhati oleh Viona.
"Na, Alana kamu dengerin aku nggak sih." tanya Viona yang membuyarkan lamunan Alana.
"Eh iya iya nanti kita pulang bareng," jawab Alana reflek.
"Ya ampun Alana, aku udah ngomong panjang kali lebar tambah tinggi jadi luas dari tadi nggak kamu dengerin!" omel Viona.
"Hehe, maap." ucap Alana dengan wajah puppy eyesnya.
"Kamu dari tadi ngelamunin apa sih, sampe aku ngomong aja nggak kamu dengerin," tanya Viona pada sahabat satunya itu .
"Eemm, gimana ya?" respon Alana,
"Gimana apanya?" tanya Viona lagi,
"Gini aku harus baca nggak kertas yang di lempar sama,,,"
Belum selesai Alana berbicara sudah dipotong oleh sahabat satu-satunya, siapa lagi kalau bukan Viona.
"Sama Vano, yaudah baca aja kalik, siapa tau penting," saran Viona.
"Penting dari mana, orang kenal aja enggak." jawab Alana.
"Yak ilah Alana mau kenal mau enggak ya tinggal baca aja kalik." omel Viona lagi. Namun Alana malah diam saja.
"Yaudah, mana kertasnya, sini biar aku aja yang baca," pinta Viona.
"Ya jangan lah, kan buat aku." jawab Alana,
"Ya makanya kamu baca." suruh Viona.
Terjadilah perdebatan antara mereka berdua. Setelah perdebatan yang cukup panjang antara Alana dan Viona, akhirnya Alana mengalah.
"Ya ya yaudah aku baca." Akhirnya Alana mencari kertas yang dilemparkan oleh Vano tadi pagi. Namun tak kunjung dia temukan.
"Vi kertasnya dimana?" tanya Alana,
"Mana ku tau, kan kamu yang nyimpen, makanya kalau mau nyimpen sesuatu ngomong aku," jawab Viona.
"Beneran Vi, dimana kertasnya?" tanya Alana lagi.
"Ya aku nggak tau Alana, coba kamu cari lagi." suruh Viona.
Akhirnya Alana dan Viona sibuk mencari kertas .
Detik demi detik,
Menit demi menit,
Alana dan Viona mencari kertas ,
"Ah ini dia!"
Teriak Alana cukup keras,dan itu membuat seluruh siswa/siswi yang berada di dalam kelas X-1 reflek menengok kearah Alana .
"Maap,"
Ucap Alana dengan wajah puppy eyesnya dan kedua tangan yang dia angkat sambil membentuk huruf v kepada siswa/siswi X-1 yang melihatnya.
"Yaudah cepet baca," suruh Viona pada Alana,
"Ya ya, sabar kenapa," respon Alana,
Alana mulai membuka kertas,
Sedikit
Demi
Sedikit
Kertas mulai terbuka,
Namun belum selesai Alana membuaka kertas,
Ttteeeeddddd,,,,,
Bel tanda pelajaran terakhir sudah berbunyi. Akhirnya Nana atau Alana meremat kertas kembali seperti semula.
"Kamu sih kelamaan." ucap Viona yang terlihat kecewa karena tidak jadi membaca .
"Ya udah lah Vi, kan bisa aku baca di rumah," ucap Viona.
"Ya udah kalau gitu pas pulang sekolah gimana?" usul Viona.
"Ya, liat aja nanti deh," jawab Alana.
Setelah beberapa saat guru mata pelajaran terakhir sudah datang dan memulai pelajaran pada jam terakhir.
# # #
Di tempat lain atau kelas sebelah, lebih tepatnya di kelas X-2. Di saat waktu yang sama yaitu pada istirahat kedua, keadaan Vano Firdiyan Pradipta tidak jauh berbeda dengan Alana Budi Wardaya yaitu sedang memikirkan sesuatu. Apa yang dipikirkan oleh Vano?
Yah, Vano memikirkan apakah Alana telah membaca kertas yang telah ia lemparkan. Vano sendiri tidak tahu kenapa dirinya tiba-tiba memikirkan hal itu.
"Woy, ngelamun aje lu." sambar Dino yang membuyarkan lamunan Vano.
"Eh elo, ganggu aje lu din din." balas Vano .
"Din din mang lu kira saya klakson," jawab Dino agak kesal karena Vano memanggilnya dengan sebutan 'din din' ,
"Iya, elu din din klakson om telolet om, hahahah,," sambar Yahya yang mendengar percakapan antara Vano dan Dino. Dan sambaran dari Yahya itu langsung membuat mereka bertiga malah tertawa.
"Eh iya, lu napa Van dari tadi kita liat melamun, nggak biasanya lu kayak gitu?" tanya Yahya yang juga ingin tau apa yang mengakibatkan temannya melamun.
"Nggak pa pa kok." jawab Vano berbohong, mana mungkin dia akan bilang jujur, bisa-bisa diketawain mereka berdua.
"Woy din din, jadi nggak ke kantin?" tiba-tiba saja datang Didit dan Heri yang mengajak kekantin.
"Jadi, yok." jawab Vano .
"Yah aku kan nanya Dino, napa lu yang jawab." ucap Didit pada Vano.
"Dari pada nggak aja yang jawab, ya kan din din," jawab Vano lagi sambil melirik Dino yang masih kesal padanya.
"Yaudah ayo, nanti keburu masuk" ajak Heri yang dari tadi diam.
Kemudian mereka berlima pergi ke kantin sebelum bel pelajaran terakhir berbunyi.
# # #
Teedddd,,,,,
Bel tanda berakhirnya pelajaran terakhir sudah berbunyi, seluruh siswa sudah berkemas-kemas. Termasuk Alana.
"Na, ayo cepet baca kertasnya," pinta Viona.
"Nggak bisa sekarang Vi, aku udah ditunggu abangku di gerbang." tolak Alana.
Sebenarnya Alana juga ingin membukanya sekarang, namun karena takut abangnya marah karena menuggunya terlalu lama.
"Yah, Alana mah nggak asik" ucap Viona yang kecewa.
"Maaf ya Vi, nanti aku kasih tau deh isi kertasnya." balas Alana .
"Yaudah deh," jawab Viona .
"Aku duluan ya Vi, udah ditungguin soalnya." Ucap Alana sambil berlari meniggalkan Viona yang sedang memasukkan buku.
"Ya."jawab Viona lagi.
# # #
Di Gerbang,
"Lama amat dek?" tanya Arya pada Alana sambil memberikan helem .
"Iya maap bang," jawab Alana pada abangnya.
Di tempat lain, yaitu di kelas lantai atas Vano Firdiyan Pradipta alias Vano, dia melihat Alana yang di jemput oleh abangnya.
Sesampainya di rumah, Alana dan abangnya Arya di sambut oleh ibunya.
"Wah anak-anak bunda udah pada pulang," ucap Bunda.
"Ya udah ayok makan dulu." ajak Bunda kemudian.
Kemudian mereka langsung masuk dan makan bersama. Disela-sela makan Bunda bertanya pada Alana,
"Gimana hari pertama sekolah Na?"
"Ya gitu deh Bun." jawab Alana.
"Cerita dong Nana, Bunda pengen tau nih." pinta Bunda kemudian.
"Ya, nanti aja ya Bun kan ini lagi makan terus ,,," Ucap Alana namun seperti masih menggantung,
"Terus apa!" sambar Arya .
"Ada abang!" ucap Alana cukup keras.
"Udah-udah nggak usah berantem," ucap Bunda melerai Alana dan Arya.
Setelah makan Bunda menghampiri Alana di kamarnya untuk menagih hutang. Hutang apa? yang jelas bukan hutang uang ya.
Tok tok tok, Bunyi ketukan pintu kamar Alana .
"Bunda masuk ya Nana." izin Bunda pada Alana.
"Iya Bun," jawab Alana.
"Ngapain Bun," tanya Alana pada Bundanya.
"Bunda mau nagih hutang." jawab Bunda.
"Hutang apa Bunda," tanya Alana lagi pada Bundanya dengan wajah bingung.
"Hutang uang seratus juta," jawab Bunda sambil menahan tawa.
"Bunda aku belum punya uang , jangan ditagih sekarang," jawab Alana asal dan di ikuti dengan wajah cemberut.
"Nana nggak usah pura-pura lupa deh," ucap Bunda lagi sambil tertawa.
"Hutang apa Bunda?" tanya Alana untuk memastikan.
"Hutang cerita Alana," ucap Bunda mengingatkan Alana.
"Oh , bilang dong Bun dari tadi," jawab Alana kemudian.
"Jadi gini Bun, aku tadi di sekolah dapat teman sebangku, aku masuk kelas X-1, terus aku mengikuti pelajaran dari jam pertama sampai akhir." jawab Alana dengan asal.
"Bukan itu Alana, cerita yang lain, seperti," ucap Bunda menggantung.
"Seperti apa Bun," tanya Alana.
"Seperti ketemu cowok yang ganteng gitu," jawab Bunda dengan berterus terang.
"Nggak Bunda, adanya ketemu cowok yang nyebelin ya iya." jawab Alana.
"Nyebelin apa nyebelin," goda Bunda pada Alana.
"Nyebelin Bunda, coba Bunda bayangin, kalau dia nimpuk aku pake kertas, apa itu nggak nyebelin," jawab Alana berterus terang.
"Suka kamu kalik." jawab Bunda asal.
"Iihh,,Bunda apaan sih, kenal aja nggak masak suka," Ucap Alana sambil menimpuk Bunda dengan batal.
"Ya kan cinta pada pandang pertama." ucap Bunda lagi sambil berlari meniggalkan Alana yang hendak memukulinya lagi dengan bantal.
"Iihhh Bunda apaan sih!" teriak Alana sambil melempar bantal yang tadi dia gunakan untuk memukuli Bundanya.
Tiba-tiba Alana teringat sesuatu yaitu teringat tentang dia yang belum membaca kertas yang di lempar oleh Vano.