Jika hidup adalah sebuah perjalanan, mungkin ini adalah akhir dari segalanya. Akhir dari kehidupannya yang tak akan pernah menemui titik kebahagiaan. Apakah terlalu mustahil jika mantan seorang pria bayaran menemukan kebahagiaan. Mengapa takdir yang digariskan oleh Tuhan terasa sulit untuk dimengerti. Terlalu rancu diartikan. Terlalu dini untuk dijelaskan. Mengapa kehidupan ini seakan tidak adil. Mengapa kebahagiaan hanya bisa dirasakan oleh mereka yang bergelimang harta. Bisakah seorang seperti dirinya menemukan kebahagiaan sejati atau memang hidup untuk terus diratapi.
….
Setelah Dimas tahu tentang kejadian yang sebenarnya ia tinggal bersama Kak Jen dan juga mengajak Chris. Kini kehidupan mereka seperti menemukan kebahagiaan semu. Mengapa semu?Bukankah kebahagiaan dirinya sudah didapatkan. Kebahagiaan mereka terasa semu karena semua ini belum berakhir. Meski teka – teki ini seolah menemukan jawabannya, namun belum membentuk sebuah rangkaian akhir. Ada masih banyak bagian yang belum terisi. Termasuk cinta Vano kepada dirinya.
…
Kehidupan Vano Setelah Tidak Bersamanya…
Jika cinta adalah hal yang terindah yang pernah diberikan Tuhan kepada setiap hamba-Nya, lalu mengapa ada yang terluka karenanya. Bukankah cinta adalah sebuah keindahan. Mengapa cinta yang begitu indah seolah meninggalkan goresan yang penuh dengan kepedihan. Apakah masih pantas disebut jika cinta adalah sebuah keindahan.
….
Kehidupan Vano sangat berubah ketika cintanya ditolak oleh Dimas. Sepi. Sunyi dan hampa, layaknya sebuah ruangan kosong. Kehidupan yang dulu penuh dengan tawa dan canda, kini seolah berbalik arah. Meski belum sepenuhnya bisa menerima kenyataan yang ada. Namun Vano harus tetap tegar. Semakin ia meratapi tentang kisah cintanya, semakin kesedihan itu menyelimuti hari – harinya.
Walau tak mudah membuka hati untuk orang lain, namun Vano sekuat tenaga berusaha menemukan cinta yang baru. Cinta yang akan membawanya pada kebahagiaan hakiki. Walau sebenarnya berat melupakan cinta di masa lalu, tapi ia tak ingin terus terjebak dalam sebuah lembaran yang tak berujung.
Hidupnya bukan untuk diratapi tapi untuk dijalani. Lagipula buat apa menangisi seseorang yang tak memiliki perasaan yang sama. Bukankah itu sama saja kebodohan dan membuang – buang waktu. Ada banyak cinta yang di dunia ini. Lalu mengapa hanya fokus kepada satu orang yang jelas – jelas tidak akan pernah bisa membuka hatinya.
Ia bagaikan dinding tebal yang sedang dirobohkan hanya dengan sebuah palu. Sekuat apapun kau mendobraknya itu tidak akan pernah cukup. Butuh waktu lama sampai pada akhirnya dinding itu benar – benar hancur. Jikalau pun itu sampai terjadi, sudah ada banyak waktu yang kau habiskan hanya untuk berusaha membuka hatinya. Cinta memang indah, tapi cinta yang bertepuk sebelah tangan hanya akan menggoreskan hati dan membuatnya semakin terluka.
Waktu ini terlalu berharga jika hanya dihabiskan untuk memikirkan seseorang yang tak berguna. Tak bisa dimiliki bahkan merasa jijik. Seseorang dengan cinta yang lebih tulus pasti ia temui. Namun, semua itu hanya waktu yang akan bisa menjawabnya. Waktulah yang pada akhirnya akan mempertemukannya dengan sosok yang tepat. Sosok yang saling melengkapi dan mencintai.
….
Ada satu hal yang begitu membanggakan di diri seorang Vano. Meski percintaanya tak semanis cerita dongeng, namun karirnya melambung tinggi. Bahkan kini ia dipercaya sebagai seorang manajer di salah satu perusahaan sekuritas. Karena kemampuannya dalam menganalisa saham dan mampu menarik banyak nasabah, ia pun dipercaya untuk menduduki posisi tersebut.
Keberhasilannya itu tentu bukanlah hal yang mudah. Ia harus berjuang dari nol hingga pada akhirnya bisa merasakan posisi yang sangat ini. Bahkan pernah suatu ketika ia harus berjuang siang dan malam agar Investasi perusahaannya dalam pasar modal tidak mengalami kerugiaan yang terus mendalam.
Vano memang dikenal pandai menganalisa. Maka tak heran jika ia berhasil menduduki posisi srategis saat ini. Namun analisanya dalam pergerakan sebuah saham tidaklah sama dengan analisanya dalam sebuah percintaan. Ia selalu saja salah dan kalah, bahkan hanya dimanfaatkan.
Beberapa bulan yang lalu Vano sempat dekat dengan salah seorang pria ia kenal melalui aplikasi kencan online. Perkenalan mereka berlangsung cukup singkat. Pria tersebut juga merupakan kriteria Vano. Hanya saja masalah muncul ketika ia tahu bahwa Vano adalah pria yang mudah dimanfaatkan.
Sang pria yang mengaku cinta dengannya itu, nyatanya tidak benar – benar tulus. Ia hanya menginginkan harta yang dimiliki oleh Vano. Bahkan saat mereka memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan. Pria itu dengan cerdiknya memanfaatkan kelemahan Vano.
Ia acap kali meminta uang kepada Vano, dan parahnya lagi uang yang diberikan kepada dirinya tersebut digunakan untuk berfoya – foya dengan wanita lain. Hal itu tentu sangat mengiris – iris hati dan cintanya. Namun, Vano baru mengetahui semua itu setelah hubungan mereka berjalan kurang lebih satu bulan. Salah satu rekan kerja Vano memberitahunya bahwa orang yang sedang menjalin hubungan dengannya bukanlah pria yang baik.
Awalnya Vano tak percaya bahkan cenderung mengacuhkannya. Namun rekan kerjanya itu terus membujuk Vano untuk membuktikan ucapannya. Hingga pada akhirnya bangkai busuk itu pun terciuam. Pria yang bersamanya dengan mudahnya menghancurkan cinta dan kepercayaannya.
Cerita Vano memang tak ubahnya seperti sebuah film atau sinetron. Perih dan menyakitkan. Tapi itulah kehidupan cintanya. Asmaranya selalu berujung dengan kepedihan. Ia seolah menyerah dan tak ingin mencari cinta yang lain, selain kepada seseorang yang masih ia nantikan. Seseorang yang entah dimana keberadaannya saat ini. Seseorang yang mungkin saja juga merindukan dirinya. Atau mungkin ia telah melupakannya.
Di dalam hati kecilnya, Vano masih berharap bahwa suatu saat nanti sang waktu akan mempertemukannya kembali. Mempertemukannya dengan pangeran hatinya, yang tak lain dan tak bukan adalah Dimas. Tapi meskipun pada akhirnya sang waktu mempertemukan mereka apakah benar cinta itu masih ada. Apakah benar cinta yang selama ini ditunggu oleh dirinya akan berubah.
Entahlah, semua teka – teki asmaranya seolah tidak bisa ditebak begitu saja. Bahkan jika saat ini Vano bertemu dengan dirinya, ia pun mungkin akan bingung harus memulai dari mana.
….
Vano…Vano, mengapa ia masih menunggu seseorang yang tak akan pernah membalas cintanya. Apakah cintanya begitu tulus kepada Dimas. Sampai – sampai ia terus menunggu kehadirannya. Sosoknya. Dan cintanya untuk dirinya.
….
Langit malam boleh saja dingin dan penuh dengan bintang – bintang yang memancarkan cahayanya. Namun tidak dengan hatinya. Selagi ia masih menunggu, hatinya akan tetap beku dan bisu.
Wahai cinta yang telah lama pergi sebuah pertanyaan selalu melintas dipikiran ini. Apakah kau akan kembali dengan diri dan cinta yang baru atau justru melupakannya. Untuk selamanya dan mengubur cinta itu dalam – dalam. Tanda tanya ini akan terus menanti. Menanti sebuah jawaban dibawah langit nan gelap dan penuh bintang – bintang.
…
Bersambung…