Erissa mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, ingin dirinya menyadarkan kembali si Zedva namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah dirinya sanggup melukai Zedva.
Erissa menatap lekat-lekat mata Zedva yang berubah menjadi merah dan hawa haus darahnya keluar.
"Jika tak bisa ku lakukan maka akan banyak korban lagi dan Zedva tak akan kembali." Ujar Erissa menguatkan dirinya sendiri.
Apa yang diucapkan Erissa ini terdengar sampai di telinga Azazel, Erissa berulang kali menghembuskan nafas panjangnya.
Zedva yang kini dirasuki oleh arwah jahat melaju dengan cepat ke arah Erissa. Berulang kali Erissa menghindar dari serangan Zedva yang tak beraturan namun kuat.
Memang mudah mengindari tiap serangan yang dilancarkan oleh Zedva, hanya cara menyadarkan nya yang masih belum di ketahui.
Disaat Erissa masih sibuk memikirkan bagaimana cara yang tepat untuk menyadarkan kembali Zedva, Azazel mengambil alih tubuh Erissa.
"Sialan kau, kembali ke tempatmu. Aku harus menyadarkan Zedva dengan cara sehalus mungkin." Geram Erissa didalam tubuhnya sendiri.
Azazel tak menghiraukan perkataan Erissa yang semakin memaki Azazel. Tinjuan kuat diterima Zedva oleh tangan Azazel.
"AZAZEL STOP!! DIA KESAKITAN!" Teriak Erissa dengan keras, Erissa sangat marah pada Azazel.
Dengan tekad yang sangat kuat untuk merebut dirinya kembali, Erissa akhirnya berhasil mengendalikan tubuhnya sendiri. Azazel tak kalah kuatnya, mereka berdua berkelahi merebut tubuh Erissa.
Zedva kembali berdiri, disaat itulah Azazel kembali menyerang Zedva yang akhirnya Zedva kembali tersungkur. Dan saat itu juga Erissa kembali teriak lalu kembali merebut tubuhnya sendiri.
"Vazed!" Teriak Erissa, posisinya saat ini berada di setengah badannya sedangkan badannya yang lain masih dikendalikan oleh Azazel.
"Ha Vazed?" Azazel bertanya dengan sedikit menahan tawa.
Zedva menoleh pada Erissa tapi kali ini hasrat membunuhnya tak lagi seperti semula. Namun hal itu tak berlangsung lama, hasrat membunuh Zedva kali ini terasa jauh lebih kuat.
Zedva kembali pada dirinya yang liar, taring di giginya pun masih sangat panjang serta mata merahnya masih sama merahnya.
"Vazed....." Lirih Erissa yang masih bingung bagaimana cara menyadarkan Zedva tanpa harus melukainya.
Zedva melangkahkan kakinya menuju Erissa dengan perlahan namun tangannya ke arah depan seperti ingin mencekik leher Erissa.
"Err...Iiiii..Ssaaaa." Lirih Zedva memanggil nama Erissa.
"Kau..."