Itu adalah sebuah bangunan terbengkalai di kawasan industi bekas yang sudah lama ditinggalkan sehingga jalanannya terlihat mati dan sangat banyak bangunan kosong.
Emma menatap nomor pada dinding pagar bangunan yang cukup besar di depannya. Itu adalah nomor yang sesuai dengan lokasi yang Kei kirimkan. Setelah itu, Emma melajukan motornya masuk ke dalam gerbangnya yang terbuka.
Ia berhenti di tanah lapang bangunan yang nampak seperti gudang itu. Kemudian ia turun dari motornya dan melihat ke sekeliling. Awalnya, segalanya nampak gelap, hingga sebuah cahaya senter menyorotnya dari kejauhan.
Beberapa pria melangkah dari dalam kegelapan, mendekati Emma. Gadis itu hanya berdiri dengan kedua tangan mengepal dan kedua mata menatap tajam pada kumpulan pria yang masih belum dapat ia lihat wajahnya itu.
"Keluarkan semua senjatamu!" Seru salah satu pria itu.
Emma tertawa kecil. "Siapa yang akan membawa senjata saat menyerahkan dirinya, bodoh?!"