"kau menunggu Zara datang??" tanya Aura datar meletakkan tabloid keatas meja kamar rawat Aldi. Nyonya Lia pulang lebih dulu karena masih harus menemani Tyas yang masih mendapatkan perawatan dirumah sakit. Gadis yang mengenakan midi dress itu mendekati Aldi yang tidak lagi berselang infus , hanya saja gif dilengannya masih terpasang. Aura menyunggingkan senyum sinis "tenang saja Al, mungkin dia masih sibuk sama Tristan...!!"
Raut wajah Aldi makin masam mendengar kata Tristan.. yah! tentu Zara dan CEO itu pasti bertemu, istri nya sejak siang pamit untuk hadir dalam meeting dengan team Sempurna Grup, sudah bisa ditebak CEO sialan itu akan mencuri kesempatan mendekati istri manisnya. Huu.. seandainya saja dia bisa sedikit egois tidak mengijinkan Zara pergi, tetapi dia tidak bisa begitu,,, dia tau persis seperti apa inginnya sang istri bisa mengepakkan sayap agar bisnisnya lebih melesat dan punya identitas.
"Al.." lirih Aura mengelus dahi pria yang masih ia cintai meski mamanya memaksakan kehendak agar dia membuka hati dengan pria lain,, seperti Tristan! Aura menatap pria dihadapannya tanpa berkedip seakan dia menenggelamkan diri dalam pelupuk mata pria yang kini membeku "kau tahu.. terkadang tidak semua cinta mendapatkan balasan,, kadang juga rasa iba kita artikan sebagai perasaan cinta..." tutur Aura dengan suara bergetar.
"apa maksudmu??"
Gadis berwajah oriental itu makin lekat menatap mata sang pria yang tengah resah saat ini "kau bisa pastikan,, kau sungguh mencintai Zara? atau sebaliknya Zara juga mencintai mu??"
Sejenak Aldi tertegun,, yah! hal itu juga yang kadang muncul dibenak nya,, apa Zara juga mencintai dirinya?? jika iya kenapa Zara selalu menghindar dan tidak menyerahkan diri seutuhnya sebagai seorang istri??
Mereka hanya melakukan satu kali dan itupun tidak disengaja,, lalu berikutnya sang gadis seakan memberi jarak diantara mereka dengan alasan dia masih ingin fokus kuliah!
Saat insiden pelarian Zara tempo hari juga Tristan lah pahlawan terbaik ketika itu,, si CEO si muka tembok versi dirinya selalu berada disisi istrinya.
Apa mungkin sebenarnya Tristan lah yang diinginkan si putri bungsu nyonya Almira??!
"apa yang kau pikirkan Al?? apa kau mulai menyadari sesuatu??" selidik Aura memecah kan tanda tanya yang memenuhi otak Aldi saat ini. " begini,, aku hanya ingin mengingatkan, sepertinya istrimu cukup dekat dengan Tristan.. kau tahu itu kan?? maaf kalau aku harus mengatakan ini,, tapi aku bisa melihat jelas kalau Tristan cukup memperhatikan Zara, aku juga bisa ngerasain ada sesuatu diantara mereka.."
"mereka hanya teman...," bela Aldi segera tidak ingin Aura menyudutkan Zara tanpa bukti yang jelas.
"semoga saja ya Al... hubungan mereka seperti yang kau ucapkan tadi,, hubungan mereka tidak sama seperti kita..."
"seperti kita...???" selidik Aldi ambigu.
"ya seperti kita.. semoga kau tidak pernah lupa,, siapa yang paling kau cintai?? sebelum semua berubah..."
Jleebbbb!!! Aldi terhenyak,, ucapan Aura cukup menyentil,, Seolah hendak mengajaknya kembali mengais masa lalu yang perlahan coba ia kubur dalam-dalam.
"dengar.. jika kau terluka,, ingatlah.. ada aku yang masih menunggu mu..." kali ini Aura meletakkan tangan Aldi di dada,, meyakinkan bahwa ada dirinya yang masih menunggu untuk Aldi kembali menyusun kepingan puzzle cinta yang dulu pernah ia susun dengan sabar, keping tiap keping terpasang rapi agar menjadi sesuatu yang utuh,, paling tidak sebelum kehadiran Zara memporak porandakan semuanya... rasa sayang dan impian merajut masa depan bersama orang yang ia cintai.
"terimakasih Aura.. aku bisa menjaga hatiku agar tidak terluka..."
"yah.. aku yakin itu..."
.
-kau harus yakin padaku,,, karena jatuh bangun mengejarmu,, mengajariku sesuatu bahwa sekuat apapun mengejar sesuatu yang tidak akan menjadi milik mu ,, kau hanya akan mendapatkan kekecewaan, tetapi dari sana juga kau akan belajar menjadi kuat dan mampu mengobati luka hati mu sendiri...- batin Aldi mengulas senyum simpul pada seseorang yang dulu memenuhi banyak impian yang ingin ia raih bersama dengan penuh suka cita,, meski impian tidak harus sejalan dengan kenyataan.
-maaf Aura.. jika aku terlalu dalam memahat luka di hatimu....-