Saat Devano keluar dari toilet, dia terkesiap ketika Wisnu sudah menunggunya di luar. Dia sedang bersandar pada dinding dengan kepala tertunduk lesu.
"Kau sudah menyesalinya?" tanya Wisnu menerka.
Devano mengabaikan ucapan Wisnu seraya berjalan melewatinya begitu saja. Namun Wisnu sudah tidak bisa lagi menahan kekesalannya yang sejak tadi dia pendam karena sang kakak selalu saja mengabaikannya.
"Kakak…" panggil Wisnu seraya menarik lengan tangan Devano. Namun dengan cepat Devano menepisnya.
"Kak, pikirkan sekali lagi. Jika kau memang tidak bisa menerima bayi itu juga kesalahan Khanza, sudahi saja. Biarkan Khanza hidup sendiri dengan bayinya itu, jangan menyiksanya lagi. Apa di dalam hatimu itu, sungguh tidak ada sedikitpun perasaan cintamu padanya?"
"Apa penting jika aku berbicara padamu saat ini, Wisnu? Kau selalu saja ikut campur."