Audy sedang berada di dalam perpustakaan sekolah ketika Adrian menemuinya.
"Dy, Matthew cari-cari lo.." kata Adrian dengan suara sehalus mungkin.
Mata Audy menyipit saat mendengar hal tersebut.
"Kenapa?"
"Dia tanya kapan Jinx bisa kembali ke arena?"
"Kan gue lagi fokus lomba graffiti dulu, Dri. Hari ini juga gue ada ketemu Tony buat bahas konsep gambar untuk tingkat provinsi…"
Adrian menatap Audy dengan sinis. "Kalian sudah jadian kan?"
((Gue tahu kalo lo juga pasti ada rasa sama dia, Dy. Jangan bohong sama gue deh..))
"BRENGSEK LO, DRI!!! MAKSUD LO APA???" teriak Audy keras-keras. Ia lupa kalau ia sedang berada di dalam perpustakaan sekolah. Semua mata langsung menatap ke arahnya dengan pandangan sewot. Audy langsung salah tingkah.
"Bilangin si Matt. Pokoknya sebelum lomba graffiti ini selesai, gue ga bisa bantu dia. End of discussion!! Titik!!"
Audy menggeram keras dan langsung keluar dari perpustakaan sekolah. Sementara Adrian hanya bisa mendengus kesal. Di saat yang bersamaan, Anthony memasuki perpustakaan untuk cari Audy. Ia melihat Adrian dan bertanya," Dri, kamu lihat Audy?"
Tanpa menjawab, Adrian langsung membuang muka dan pergi keluar. Anthony bingung setengah mati. Tak lama setelahnya, Matthew langsung masuk ke dalam perpustakaan sambil mencari-cari Audy. Anthony yang melihat kehadiran Matthew langsung menepuk punggung pemuda tersebut dari belakang. "Hei, Matt.."
"Dri, jadi gimana? Jinx setuju??" tanya Matthew riang sambil membalikkan badan yang langsung disambut dengan kerutan dahi Anthony.
"Jinx?" tanya Anthony pelan.
"Eh, maaf. Kupikir kau temanku. Jangan diinget-inget ya? Gue salah ngomong. Maaf…"
Tapi sebelum Matthew bisa melangkah pergi, badan jangkung Anthony sudah menghadang jalannya. "Tunggu sebentar…"
Matthew langsung gelagapan. "Ma…Mau apa lo?"
"Tell me everything… NOW!!" (Beritahu aku semuanya…SEKARANG!!)
.....................��.
Audy galau.
Ia tengah menyamar sebagai Jinx dan tengah melukis sebuah dinding kosong di hadapannya dengan cat pilox yang biasa dibawanya. Dan untungnya, di dalam gedung ini tidak ada orang lain sehingga ia tidak usah mendengar suara-suara aneh seperti biasanya. Tapi sekeras apapun ia mencoba, tidak ada satu goresan yang dilakukannya dengan baik. Ujung-ujungnya, ia hanya sibuk mencorat-coret dinding di depannya dengan warna-warna aneh tanpa arti. Dengan kesal, dilemparkannya botol cat pilox tersebut dan ia lalu menggaruk-garuk kepalanya sendiri dengan dongkol. Ia belum pernah marah dan bertengkar dengan Adrian sebelumnya. Biasanya hubungan mereka berdua baik-baik saja tapi sekarang, ia benci sekali dengan sikap Adrian yang selalu menuduhnya macam-macam. Apalagi jika itu menyangkut Anthony. Anak baru tersebut.
Ia juga bingung pada perasaannya sendiri. Hatinya terasa hangat setiap kali ia mengingat pemuda tersebut. Tapi di satu sisi, ia juga memikirkan perasaan Kak Anas. Belum lagi, ia juga memiliki firasat kalau Adrian juga menyimpan perasaan terhadapnya. Aisshhhhh… bisa-bisa otaknya meledak gara-gara masalah ini!! Apa yang harus ia lakukan? Ia betul-betul bingung saat ini….
Audy belum pernah mengalami masalah serumit ini sebelumnya.
Ia duduk di atas lantai sambil melipat kedua kakinya di dada. Sebelum kemudian, telinganya menangkap suara langkah-langkah kaki mendekat ke arahnya.
...............................................
Sosok tinggi jangkung itu mendekat lagi ke arahnya. Tapi karena langit masih terang dan walaupun ia mengenakan topi bisbol yang sama, Audy sekarang bisa mengenalinya. Matanya terbelalak kaget saat mengetahui dengan jelas siapa orang itu. T12. Itu Anthony!!
Di saat yang sama, Anthony juga menatap "cowok keren" di hadapannya dengan tatapan bingung. Audy hari itu memakai jaket kulit yang dipakainya saat pergi bersama Anthony ke acara balapan liar Rendevouz. Mereka berdua sama-sama terlongo bingung ketika akhirnya Anthony menyapa dengan suara khasnya.
"Jinx?"
Sebelum Anthony berjalan mendekat, Audy langsung melompat turun ke pijakan terdekat dan dengan lincah kaki serta tangannya terus merayap turun sampai akhirnya ia tiba di lantai dasar serta melarikan motornya dengan kecepatan tinggi.
Anthony terdiam. "Cowok keren " itu lari terlalu cepat sebelum ia sempat mencegahnya. Tapi ia sudah tahu siapa itu.
Perlahan, ditekannya sebuah nama di ponselnya dan ia menunggu seseorang menjawab panggilan teleponnya dari seberang sana. "Halo, Matt? Kapan jadwal pertandingan berikutnya?"
"Ah..ok, masukkan namaku sebagai penantang Jinx berikutnya ya?"
Jinx…ah, bukan, Audy. Kali ini kau takkan bisa lari lagi dari tanganku!
.....................….
Hari pertandingan tiba….
Kali ini Audy dan Anthony sudah bersiap di balai walikota. Sebanyak 10 sekolah yang lolos sudah mengirimkan wakilnya dan siap untuk berlaga lagi di tingkat provinsi dan memperebutkan gelar 50 Terbaik untuk kemudian akan bertanding sekali lagi di Jakarta. Untuk tema gambar kali ini, Audy dan Anthony sepakat untuk memakai tema Unity in Diversity yang membahas isu kesetaraan gender serta intoleransi yang sedang marak di Indonesia. Audy berharap, karyanya ini sedikit banyak bisa berkontribusi untuk meredam perpecahan yang seringkali terjadi di dalam masyarakat.
Durasi waktu lomba tetap sama yaitu 3 jam. Seperti biasanya, Audy serta Anthony mampu menyelesaikan karya mereka sesuai tenggat waktu.
Setelah kejadian kemarin sore, Audy sedikit banyak menghindari Anthony dan tidak mau banyak mengobrol dengan pemuda tersebut. Seperti hari ini, seberes lomba, Audy langsung mengambil bekal makan siangnya dan mencari lokasi tersembunyi untuk menyantap makanannya dengan santai tanpa gangguan.
Sialnya, entah punya kekuatan darimana, Anthony selalu berhasil menemukannya. Sampai akhirnya, ketika Audy tengah berlari di koridor untuk cepat-cepat menuju parkiran, Anthony dengan lincah menggunakan dinding koridor sebagai pijakannya untuk berlari dan langsung berhenti di depan Audy. Menghadang langkah gadis itu dengan sukses.
"STOP!!!"
Nafas keduanya terengah-engah.
"What's the matter with you, Dy? Did I do something wrong to you??" tanya Anthony bingung.
(Ada apa denganmu, Dy? Apakah aku telah melakukan sesuatu yang salah padamu?)
Audy tidak menjawab dan hanya berusaha untuk menembus pertahanan Anthony. Sekarang, jantungnya selalu berdetak abnormal setiap kali ia melihat pemuda ini. Dan memikirkan Kak Anas, ia merasa harus menghentikan perasaan ini.
"AUDY!!!! ANSWER ME!!!!" ( AUDY!! JAWAB AKU!!!) teriak Anthony galak sambil memegang lengan gadis itu keras –keras.
Mata Audy sudah berkaca-kaca. Semenit lagi, pertahanannya pasti jebol.
Audy masih meronta dan berusaha melepaskan diri ketika pemuda tersebut tiba-tiba memeluknya dengan erat.
"Don't go, Dy. Please… Don't run away from me. I like you.. I really really do…"
(Jangan pergi, Dy. Tolong…Jangan lari lagi dariku. Aku benar-benar menyukaimu…)
Audy tak kuat lagi. Kedua matanya sudah banjir oleh air mata tanpa tertahan lagi.
Ah, T… I wish you knew my true feeling to you….
(Ah, T… kuharap kau tahu perasaanku yang sebenarnya kepadamu…)
"I have another question for you, Dy…"
(Aku punya pertanyaan lain untukmu, Dy…)
Anthony tidak melepaskan pelukannya sama sekali.
"You are Jinx, aren't you??" (Kau adalah Jinx, bukan??)
Mata Audy sekarang melotot selebar-lebarnya.
.
Aku tahu…
Dia adalah dirimu…
Dari pertama kita bertemu…
Kau dan dia adalah satu…..