Teriakanku hanya bertahan selama lima detik karena tiba-tiba kekuatan yang sama dengan yang di danau tadi pagi menghimpitku lagi. Tubuhku terjatuh ke lantai kamar mandi yang dingin hingga pipiku menempel pada ubin yang dingin. Sama seperti sebelumnya, aku berusaha melawannya walaupun aku tahu aku akan kalah. Dan rasa frustrasiku perlahan berubah menjadi amarah.
"BALTHAZAR!" Aku melupakan masalahku barusan, karena amarah yang berwarna merah menyala di mataku saat ini. Aku ingin menghancurkan sesuatu... aku ingin menghancurkan Baltahzar karena Ia berani mengekangku. Aku tahu amarahku tidak masuk akal, tapi aku tidak bisa menahan perasaan meledak-ledak itu.
Telingaku menangkap suara pintu yang terbuka lalu beberapa saat kemudian sepasang kaki besar yang tertutup sandal velvet berwarna hitam berhenti sekitar satu meter dari kepalaku. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena seluruh tubuhku masih terhimpit di lantai, begitu juga kepalaku.