Adel terbangun dari tidurnya, setelah dia memakai pakaiannya kembali Adel berjalan menuju kamar Armaga. Sejak tadi pikirannya melayang kemana-mana tentang anaknya ini.
Adel masih belum bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupnya sampai saat ini. Dia juga tidak bisa memahami apa yang terjadi dalam hidupnya akhir-akhir ini.
Adel membuka pintu kamar Armaga dengan pelan. Melihat keadaan Armaga yang tidur dengan begitu tenang membuat Adel merasa sedih.
Bibir Armaga yang berwarna merah dan terbelah membuat wajah mungil Armaga semakin tampan. Armaga memiliki hidung mancung yang dia warisi dari ayahnya yang luar biasa tampan.
"Sayang, Armaga... maafin bubu yang sudah membuat Arma takut. Bubu tidak sengaja Sayang," Ucap Adel dengan lirih.
Ada rasa bersalah yang sangat besar di hati Adel saat melihat wajah tidak berdosa dari ananknya itu. Bulu mata yang lentik milik Arma semakin manambah ketampanan yang Arma miliki.