Berry mengangguk menuruti apa yang dikatakan oleh Arka kepada dirinya. Arka bahkan harus memastikan lelaki itu benar-benar masuk ke dalam kamarnya baru dia benar-benar akan pergi dari tempat itu. Jangan sampai karena merasa mengkhawatirkan seseorang, maka tak mempedulikan kesehatannya. Berry menatap ke samping dimana kamar Cherry berada, kemudian beralih pada Arka yang masih berdiri di depan kamar tersebut dan barulah dia masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Berjalan lambat dengan pandangan yang kosong seolah beban di dalam hidupnya benar-benar banyak.
"Kamu dari mana, Ber?" ibunya buru-buru mendekat dan menggandeng lengan putranya untuk dituntunnya sampai ke atas ranjang. Disana ayah dan Papa Wisnu juga ada. Pamit untuk pergi keluar beberapa saat lalu, dan baru balik, tapi ekspresi di wajahnya benar-benar seperti ada tekanan yang begitu keras. Setelah dia naik ke atas ranjang, tatapannya mengarah kepada ibunya.