Padahal Gu Xi sudah mengatakan bahwa dia akan 'kembali' besok lusa. Bagaimana dia menjelaskannya dan meminta Pei Qian untuk menghadiri pesta pernikahan Tang Xinru dengannya besok malam?
Begitu ia menutup telepon, Lin Yunzhi berjalan memasuki ruangannya.
Gu Xi berkata dengan pelan, "Tang Xinru baru saja telepon. Dia akan bertunangan dengan Qin Mo besok malam."
Lin Yunzhi mendengus, "Dia masih berani meneleponmu?"
Gu Xi tertawa dan berkata, "Nyonya Qin itu sudah berlagak. Yunzhi, menurutmu apa yang harus kulakukan?"
Lin Yunzhi duduk di depan Gu Xi dan mengetuk dokumen dengan jarinya, "Kalau dia merasa bahwa statusnya sebagai Nyonya Qin lebih tinggi daripada Nona Gu, biarkanlah dia hidup dalam ilusinya sendiri."
Lalu, ia melanjutkan, "Gu Xi, waktu akan membuktikan bagaimana suaminya akan memperlakukannya sebagai istri yang tak dicintai."
Tiba-tiba, Lin Yunzhi tersenyum. "Mungkin sebuah ciuman saja bisa membuat Tang Xinru kesal."
Gu Xi melemparkan penanya dan menatapnya dengan kesal, "Lin Yunzhi, aku tidak akan... menjual diri!"
Jari Lin Yunzhi mengetuk meja, "Ini, dokumennya kutaruh di sini."
Setelah meletakkannya, Lin Yunzhi pun berjalan keluar.
Sebenarnya, dia tidak suka Tang Xinru. Dia selalu merasa bahwa gadis itu sangat licik dan sedang merencanakan sesuatu.
Bahkan tunangan Gu Xi pun telah direbut olehnya…
Gu Xi jauh lebih kuat dari Tang Xinru dalam semua hal. Lin Yunzhi sangat kecewa pada Qin Mo dalam menangani masalah ini.
Di malam pertunangan itu, jika memang Qin Mo mencintai Gu Xi, seharusnya dia menjaga jarak dengan Tang Xinru…
Gu Xi duduk di kantornya dengan linglung...
Dia memainkan ponselnya dan memikirkan bagaimana cara mengatakan hal ini pada Pei Qian.
Akhirnya, dia menelepon Pei Qian.
Teleponnya berdering beberapa kali sebelum akhirnya dijawab...
Kemudian, terdengar suara seorang wanita, "Iya, halo?"
Gu Xi agak panik. Dia tidak menyangka bahwa telepon Pei Qian akan dijawab oleh seorang wanita.
"Ya, bisakah saya bicara dengan Presiden Pei?" tanya Gu Xi dengan sopan.
Wanita itu terdiam sejenak, "Oh, dia sedang di kamar mandi."
Gu Xi tidak tahu harus berkata apa. Wanita itu bertanya dengan sopan, "Apakah Anda mau menunggunya?"
"Tidak perlu, katakan saja pada Presiden Pei bahwa saya baru saja mencarinya." Gu Xi menutup teleponnya.
'Suara wanita tadi terdengar merdu. Sepertinya dia berusia antara 25 sampai 30 tahun. Apa hubungannya dengan Pei Qian?' pikir Gu Xi.
Pei Qian baru saja keluar dari kamar mandi restoran mewah. Mo Yan pun mengembalikan ponselnya. "Tadi ada yang meneleponmu, dan aku mengangkatnya. Dia seorang wanita. Kau tidak keberatan, kan?"
Pei Qian tersenyum, lalu mengambil ponselnya dan melihat nomor Gu Xi.
Dia meletakkan ponselnya dengan tenang. Mo Yan hanya tersenyum dan berkata, "Pacarmu, ya?"
"Bukan." Pei Qian mengambil secangkir minuman dan meminumnya, "Tapi... kami memiliki hubungan fisik."
Mo Yan tersenyum lembut. Rambutnya panjang dan sedikit bergelombang. Matanya yang cerah dan giginya yang putih membuatnya terlihat cantik.
Mo Yan adalah model internasional. Ia sering berkunjung ke Milan dan Paris Fashion Week. Kali ini, dia kembali karena diundang oleh teman lamanya, Pei Qian. Ia akan syuting iklan produk-produk musim terbaru di Perusahaan Kaisar.
Mo Yan menggoyang anggur merah di gelasnya dengan lembut. "Ini tidak seperti gayamu."
"Jangan berpikir macam-macam. Lagi pula, dia bukanlah wanita sembarangan." Pei Qian tersenyum.
Mo Yan tersenyum. "Dia pasti wanita yang istimewa. Kalau tidak, kau juga tidak akan memperlakukannya dengan istimewa."
Pei Qian mengerutkan keningnya. 'Apakah dia istimewa?'
Pei Qian tidak berpikir demikian.
Jika bukan karena Qin Mo, dia mungkin tidak akan memiliki hubungan dengan Gu Xi.
Pei Qian tidak tertarik pada wanita. Bahkan saat bertemu dengan wanita cantik di sebuah acara perjamuan bisnis, dia mungkin hanya akan menganggukkan kepalanya. Mereka memang memiliki kerja sama, tapi dia tidak pernah berpikir untuk menikahinya.
Namun, Gu Xi berbeda. Mereka langsung melakukan hubungan intim.
"Pei Qian, apa yang kau pikirkan?" Suara Mo Yan terdengar sangat lembut.
Pei Qian tersenyum dan tidak membicarakan tentang Gu Xi lagi.
Dia tidak ingin orang lain tahu urusan mereka berdua.
"Aku sedang berpikir, haruskah aku menaikkan gajimu?" Pei Qian menyesap anggur merahnya.
Mo Yan tersenyum. "Seharusnya kau menaikkan gajiku dari kemarin."
Pei Qian tertawa kecil.
Mo Yan menatapnya, lalu tiba-tiba menghela napas. "Pei Qian, aku senang bisa melihatmu seperti ini."
Senyuman Pei Qian tiba-tiba menghilang. Saat melihat perubahan raut wajahnya, Mo Yan berkata, "Sudah, jangan terlalu banyak berpikir."
Jelas, Mo Yan bisa merasakan bahwa suasana hati Pei Qian sedang baik.
'Apakah ia gembira karena wanita yang meneleponnya tadi?' pikir Mo Yan.