"Sayang! Istriku yang paling manis sedunia raya!" teriakku, setengah tergesa aku masuk ke dalam kamar. Membuat para abdi memandangku dengan tatapan bingung mereka.
Manis yang rupanya baru bangun tidur pun berjalan ke arahku sembari menyipitkan matanya, kemudian dia memandangku dengan pandangan yang sangat aneh.
Entah karena aku pulang sambil membawa banyak sayur-sayuran segar, atau karena wajah rupawanku ini memang sangat keterlaluan. Tapi, saat ini hal itu benar-benar ndhak penting. Aku harus memberitahu Manis untuk segera bersiap sebelum semuanya terlambat.
"Ayolah, lekas kamu mandi dan bersiap. Kemudian, siapkan beberapa hidangan yang nikmat. Ada tamu agung yang hendak bertandang ke rumah kita ini lho," kubilang.
Manis masih diam di tempatnya, membuatku harus mendorongnya agar dia mau berjalan. Masih memandang ke arahku dengan tatapan bingung, Manis kini berhenti. Berkacak pinggang kemudian dia memandangku lekat-lekat.