Dengan bulu mata panjang yang sedikit terkulai, kedua pasang mata hitam Shen Fanxing menatap wanita di bawah kakinya dengan datar.
"Awalnya aku tidak ingin terlalu membuat perhitungan denganmu. Bukan karena kamu begitu tidak mudah disinggung, melainkan balas dendam dengan orang sepertimu yang tiba-tiba muncul dan menganggapmu sebuah masalah memperlihatkan kalau aku terlalu rendahan," tutur Shen Fanxing. Ia terdiam sejenak. Ia memicingkan matanya dan seluruh tubuhnya terlihat tegas serta berbahaya.
"Tetapi, kamu tahu kalau toleransiku bukanlah modal dari kesombonganmu. Dari mana asalnya kesombongan dan keangkuhan dalam dirimu itu?" lanjut Shen Fanxing. Ia mengangkat kepalanya, melihat sepasang ayah dan anak, Bai Linhao dan Bai Kaijie. Sudut mulutnya tiba-tiba tertarik dengan dingin.
"Kalian?" tanya Shen Fanxing. Raut wajah Bai Kaijie tampak tidak wajar. Sementara wajah paruh baya Bai Linhao sudah pucat pasi.