Bagaimanapun, sekarang Mo Yesi tidak mungkin bersikap seperti itu lagi. Selama ia teringat bahwa ada seseorang yang menunggunya di rumah, ia hanya ingin pulang kerja lebih awal dan kembali untuk menemani istri barunya.
Tidak peduli betapa pentingnya pekerjaan, tidak akan ada yang sepenting Qiao Mianmian. Mo Yesi masih dapat membedakan masalah ini dengan sangat jelas.
Nenek Mo meraih tangan Qiao Mianmian dengan ekspresi tidak rela dan menepuk punggung tangannya berulang kali dengan lembut, "Mianmian, A Si ini kalau sudah sangat sibuk dengan pekerjaan, dia bisa sampai lupa siang dan malam. Nantinya, kau harus lebih sering mengawasinya. Jangan biarkan dia bekerja terlalu keras."
"Dulu, dia masih belum memiliki keluarga, hatinya juga belum ada kekhawatiran, pekerjaan adalah segalanya baginya. Sudah ada dirimu di masa depan, nenek akhirnya bisa tidak perlu terlalu khawatir terhadapnya."