Mo Yesi menunduk. Bibir tipisnya yang seksi dan hangat hanya berjarak satu sentimeter dari bibir Qiao Mianmian. Saat pria itu berbicara, hembusan napas panasnya menerpa bibir Qiao Mianmian.
Jari-jari Mo Yesi mengusap dagu Qiao Mianmian dengan lembut. Matanya yang menawan dan dingin sedikit menyipit. Lalu, ia bertanya dengan penuh waspada, "Mengapa Su Ze bisa ada di Yan Ting? Kalian kebetulan berada di tempat yang sama?"
Mo Yesi sepertinya bertanya dengan santai, tetapi Qiao Mianmian yang begitu peka pun dapat segera menangkap arti lain dari perkataan Mo Yesi. Ia sontak tercengang dan matanya berkedip. Rasa kesal yang tidak dapat dijelaskan melesat ke benaknya dalam sekejap dan alisnya juga berkerut. "Kau curiga aku punya janji dengan Su Ze?"
Mo Yesi mengusap dagu Qiao Mianmian dan meningkatan kekuatan di jari-jarinya. Matanya tampak dalam dan tak terduga. "Kenapa? Kau marah? Aku hanya menganggap itu sebuah kebetulan."