Menikah merupakan sesuatu yang diinginkan setiap perempuan pada pasangannya. Namun Xu Weilai sadar bahwa situasi dirinya dengan calon tunangannya itu tidak mungkin seindah ini, bahkan bila Kakek Gu sendiri yang mewakili Gu Yu untuk melamarnya. Menangkap reaksi Xu Weilai yang janggal, Kakek Gu tentu ingin mengetahui isi hati calon menantunya. Memintanya berbicara empat mata, tentu harus dilakukan oleh Kakek Gu.
Sayangnya suasana hati Ayah Xu yang senang seketika kehilangan euforia saat mendengar Kakek Gu meminta berbicara empat mata dengan Xu Weilai. Tapi ia tidak bisa membantah permintaan Kakek Gu. Ayah Xu pun hanya memandang Xu Weilai dan berkata, "Weilai, temani kakek jalan-jalan. Bicaralah baik-baik dengannya, mengerti?"
Xu Weilai mengangguk pelan, lalu menggandeng Kakek Gu pergi dari ruangan ini.
Dua orang itu berjalan perlahan melewati koridor. Di taman rumah sakit ini tampak matahari bersinar cerah dan angin berhembus sepoy-sepoy. Meski demikian Xu Weilai tidak bisa menikmati suasana indah ini lantaran ada yang memberatkan hatinya.
Melihat Xu Weilai seperti ini, Kakek Gu jadi ikut merasa sedih. Kakek Gu sudah mengerti jelas sikap kedua orangtua Xu Weilai. Dulu, ia tidak begitu memandang kedua orang tua Xu Weilai, namun mereka berdua beruntung punya anak sebaik Xu Weilai.
Kakek Gu merasa Xu Weilai telah tumbuh menjadi gadis yang cantik, pintar, cerdas, baik hati dan penuh perhatian. Andai saja ia adalah cucunya sendiri, ia akan terus menggandeng tangan Xu Weilai agar tidak jatuh dan takkan membiarkan apapun menyakitinya.
"Xu Weilai, aku belum bilang padamu sebelumnya kalau aku datang menemui orang tuamu untuk melamarmu. Jangan marah pada Kakek, ya."
Xu Weilai menggeleng dan memperlihatkan sedikit senyuman, "Kakek, aku tidak marah pada Kakek, hanya saja…"
Seketika Xu Weilai menghentikan kelanjutan kalimatnya. Namun, ia mengatakan hal yang ingin dikatakannya, "Kakek tahu kalau Gu Yu tidak suka padaku, jadi pernikahan ini..."
"Kalau begitu kau yang menyukainya?" Ucapan Kakek Gu yang tiba-tiba itu menghentikan kelanjutan perkataan Xu Weilai. Xu Weilai langsung terdiam, entah karena ia tidak ingin menjawab atau mungkin, tidak berani menjawab.
Mendapati Xu Weilai tidak bisa menjawab pertanyaannya, ia memutuskan untuk tidak bertanya-tanya lagi. Mereka berdua berjalan menuju paviliun untuk duduk di sana.
Kemudian Kakek Gu memberi isyarat pada Lao Lin. Kemudian Lao Lin pun mengangguk dan menyerahkan tas kepada Kakek Gu. Ia mengeluarkan sebuah dokumen lalu meletakkannya di atas meja.
Xu Weilai bingung melihat dokumen itu.
Kakek Gu tidak meminta Xu Weilai untuk menebak isi dokumen itu, "Kamu pasti tahu ini, Lembaran ini adalah kertas kontrak bernilai satu miliar. Kontrak ini adalah hadiah pernikahan dari Keluarga Gu."
Kakek Gu memang layak dikenal sebagai pebisnis yang kuat. Ia tahu hal yang paling dibutuhkan oleh Keluarga Xu. Tentu tidak ada seorang pun yang mampu menolak pemberian ini.
Namun dalam kondisi seperti ini, tanpa sadar kedua tangan Xu Weilai perlahan-lahan mengepal.
Kakek Gu dengan entengnya menandatangani kontrak itu, "Perusahaan Keluargamu sedang mengalami masalah. Bukankah kau sekarang sedang mencari cara agar bisa bekerja sama dengan perusahaan lain? Masalah perusahaan keluargamu bisa diatasi dengan menambah keuangan perusahaan. Penyelamatan perusahaan keluargamu ini ada pada dirimu."
Meskipun Kakek Gu sudah lama pensiun, tapi kehebatan bicara dan cara bernegoisasinya tidak berkurang. Kata-katanya keras dan menusuk batin Xu Weilai.
Xu Weilai hanya bisa memejamkan mata, ia tidak bisa membantah.
"Weilai, aku benar-benar tulus memberikan ini. Aku tidak peduli kau dari keluarga siapa, aku hanya peduli pada dirimu. Kuharap kau pikirkan baik-baik lamaran ini."
Xu Weilai melirik ke Kakek Gu lalu melihat lembaran kontrak yang disodorkan padanya. Sekejap kemudian ia menundukkan matanya lagi. Bibirnya bergetar, ia bergumam "Lalu masalah Gu Yu yang tidak setuju dengan..."
Bila diingat, Gu Yu lah yang tidak menginginkannya pada tiga tahun yang lalu. Apalagi sekarang, jelas tidak akan menginginkan Xu Weilai.
"Nak, lamaran ini cukup dengan persetujuanmu. Pikirkan baik-baik, Kakek tunggu jawabanmu."
*****
Sesuai dengan pertemuan ini, kini Kakek Gu dan Lao Lin dalam perjalanan pulang. Dalam perjalanan ini Lao Lin tidak bisa menahan rasa penasarannya dan bertanya, "Tuan, mengapa Anda berusaha keras menikahkan Tuan Muda Gu dengan Nona Xu?"