'Maafkan aku, Xion... aku tidak tahan lagi... Aku sangat merindukan ibuku. Maafkan aku....'
Pertahanan Emma runtuh, saat ia bergerak menghambur memeluk ibunya, Putri Arreya dengan air mata berderai. Ia sangat merindukan ibunya seumur hidupnya.
Wajah Arreya tampak sangat terkejut ketika melihat gadis asing itu menangis dengan begitu pedihnya dan berjalan menghampirinya. Sepasang matanya membulat ketika ia melihat betapa wajah gadis itu tampak begitu mirip dengannya.
Tiba-tiba saja, dari sudut matanya ia melihat kelebat seorang laki-laki melayang masuk. Belum sempat ia bereaksi, tiba-tiba semua membeku.
Langkah Emma seketika terhenti ketika ia merasakan sekelilingnya seolah berubah menjadi lukisan diam. Tidak ada yang bergerak dan tak ada suara sama sekali.