"Dia belum punya nama?" Kace terkejut karena dia juga lupa menanyakan nama bayi itu.
"Aku ingin menamainya Serefina junior, tapi menurutku kamu tidak akan menyukainya." Serefina melirik bayi itu, dia tidak tahu nama apa yang cocok untuknya, jadi lebih baik kalau dirinya menyerahkan masalah sepele ini kepada Kace untuk dipikirkan.
Hidung Kace mengernyit karena jijik atas nama yang Serefina ajukan. Dia benar- benar akan menentangnya. Nama macam apa itu?
Kace melihat bayi yang sedang tidur tersebut, bibirnya sedikit terbuka dan hidung kecilnya yang mancung begitu kecil. Bayi ini begitu rapuh, tapi dia adalah entitas paling substansial dalam hidup Kace.
Kace tidak menginginkan apa pun untuknya kecuali kebahagiaan bayi mungil ini, seperti bagaimana dia membawa cahaya di lorong penyesalannya.
Dan kemudian Kace teringat sebuah puisi, puisi yang dia dengar sejak lama sekali…
[Do you believe, in what you see
Do you believe in reality
Do you believe in the sun that's bright
Do you believe in the stars in the night
Do you believe in the birds that fly
Do you believe in clouds and the sky
Do you believe in wind that flows
Do you believe in moon that glows
Do you believe in light
Do you believe the spoken word
Do you believe the things you have heard
Do you believe in the final answer
Do you believe in the swirling dancer
Do you believe in sound and sight
Do you believe in moments bright
Do you believe in taste and touch
Do you believe that much
Do you believe in the soul inside
Do you believe in ecstasy and delight
Do you believe in glory and God
Do you believe in that thought
Do you believe in the sky above
Do you believe in love
Do you believe in the heaven and the earth
Do you believe in death and birth
Do you believe in life
Open your eyes with hope within
Open the door, let light reach in
If you believe, then you will win.]
[A poem from Siddhart Annand.]
Ketika Kace memperhatikan bayi itu, puisi itu bergema di kepalanya. Satu- satunya puisi yang dia ingat karena mempertanyakan banyak hal yang ingin dia tanyakan.
"Hope." Kace membelai pipi lembut bayi itu dan meletakkan jari telunjuknya di telapak tangannya yang kecil, saat bayi itu melingkarkan jari- jarinya di sekitarnya, seketika itu juga kehangatan menyebar di hati Kace. "Namanya Hope."
Harapannya…
==============
Awalnya Serefina tidak setuju dengan nama yang dipilih Kace untuk bayi itu karena kedengarannya aneh, tapi yang pasti Kace bahkan tidak mau mengalah dengan keputusan yang telah dia buat.
Yah, dia punya filosofi sendiri untuk ini, karena nama itu memiliki arti baginya.
Serefina tidak pernah tahu bahwa Donovan termuda ini memiliki spot yang begitu sensitif dan menggunakan nama yang murahan seperti ini. Setidaknya, penyihir itu berpikiran seperti itu karena ketika Kace memberi tahu Ariana dan Alec, mereka menyukai nama tersebut.
Selera mereka benar- benar harus dipertanyakan.
Masalah kedua adalah; Calleb tidak setuju dengan keputusan Serefina untuk mengambil pasangannya dan membesarkannya sendirian.
Bukannya Kace tidak memercayainya untuk menjaga Hope, tetapi dengan kepribadian Serefina, dia tidak berpikir bahwa pasangannya akan berada di tangan yang baik ...
Tapi penyihir itu membantahnya.
Maksudnya jelas. Dengan Kace dan Serefina tidak bersama, akan sulit bagi mereka untuk ditemukan. Apalagi saat Kace harus pindah dari satu tempat ke tempat lain, untuk menghindari orang- orang Jedrek yang masih mencari keberadaannya, bahkan setelah puluhan tahun berlalu.
Adapun Serefina, dia adalah master dalam hal bersembunyi. Dia bisa melafalkan mantra sebanyak yang dia inginkan untuk melindungi sekelilingnya atau memanipulasi baunya, jadi hampir mustahil untuk melacaknya.
Tapi, dengan Kace di dekatnya, kehadirannya saja sudah mengganggu mantranya.
Akhirnya, Kace setuju dengan gagasan Serefina untuk membesarkan Hope dengan satu syarat; Serefina akan membawa pasangannya untuk menemuinya setahun sekali di hari ulang tahunnya sampai dia mencapai usia delapan belas tahun dan dia sudah cukup dewasa.
Meskipun Kace harus berpisah dengan Hope, tapi ini dilakukan untuk menjaga keselamatan bayi tersebut dari kebengisan Jedrek.
Kace tidak habis pikir, bagaimana nanti kalau suatu saat Jedrek mendapatkan pasangannya sendiri. Apakah dia akan tetap membunuh pasangannya itu? Apakah semudah itu memutuskan ikatan batin yang terjalin?
Kace sendiri tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi padanya kalau sampai dia kehilangan Hope.
Pada malam sebelum Serefina akan membawa pasangannya, Kace membiarkan bayi itu tidur di pelukannya, menghabiskan sepanjang malam untuk menjaganya tetap aman di dalam dekapannya.
"Kenapa kau tidak tidur?" Ariana duduk di samping Kace saat dia tersenyum pada bayi itu.
"Aku hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya." Kace mengatakan, tidak ada bekas rasa lelah di wajahnya saat dia menggendong Hope, bahkan bayi tersebut terlihat begitu nyaman dalam dekapannya dan tertidur pulas.
"Dia sangat manis. Aku yakin dia akan menjadi gadis yang cantik saat dia besar nanti. " Ariana membelai rambut hitam bayi itu. "Aku pikir kau pasti ingin dia tumbuh dengan cepat." Dia membuat kesimpulan.
Namun, Kace menggelengkan kepalanya. "Tidak. Aku hanya ingin dia hidup bahagia, menghargai setiap saat dan menjadi gadis yang sehat."
Suara Kace terdengar begitu tulus ketika dia mengatakan hal tersebut.
Seperti nama yang telah Kace berikan padanya. Melihat Hope tumbuh dan Kace akan menjadi segalanya untuknya; Kakaknya, walinya, pelindungnya dan semua yang dia butuhkan.
Dia akan memberikan segala cinta untuknya.
"Hm, Aku setuju dengan itu…" Ariana mengangguk. "Tapi, aku masih tidak percaya kau mempunyai pasangan. Aku tidak tahu apakah dewi bulan telah mengangkat kutukan dari kalian bertiga."
Jika Ariana tidak memperhatikan cara Kace bereaksi di sekitar Hope, dia tidak akan mempercayainya, tetapi sikap protektif Kace yang berlebihan dan cara dia memandangnya menegaskan segalanya.
"Tidak banyak orang yang tahu tentang ini." tapi sekarang, Alec dan Ariana juga tahu tentang itu.
"Terlepas dari itu semua, aku bahagia untukmu." Ariana berkata dengan tulus.
"Terima kasih…" tetapi, bahkan sebelum Kace dapat memberikan Ariana tanggapan yang tepat, Serefina telah menyerbu ke dalam ruangan dan dengan nada menuntut, dia berkata;
"Kita harus pergi dari sini, segera." Serefina berjalan ke arah Kace dan mengulurkan tangannya, meminta Hope. "Maximus akan tiba dalam waktu kurang dari lima menit."
Kace menggeram dalam ketika dia mendengarnya.
Kalau sampai Maximus menangkap mereka di tempat ini, dia akan tersenyum lebar mendapati mereka bertiga.