Di lain tempat, Firman masih berkutat dengan berkas-berkas dan tugas mahasiswa yang ada di depannya. Tanpa permisi, sahabatnya Alif memasuki ruangannya.
" Bro, masih lembur ?" Alif menghampiri ruangan sahabatnya itu, Firman memasih fokus pada berkas-berkasnya tanpa melihat kearah sahabatnya.
" Sayang sekali bro, istri dirumah dianggurin karena lembur. Kalau aku yang jadi kamu, aku tambahin hari cutinya". Alif terkekeh mendengar ucapannya sendiri. Sedangkan firman hanya menghembuskan nafas lalu mengalihkan pandangan dari pekerjaan di atas mejanya.
" Kami menikah mau ibadah bukan seperti isi otakmu itu". Firman menyahut sambil melangkah mendekati dispenser, menyeduh kopi untuk dirinya dan Alif.
" Memang apa yang di otakku bro, hehehehe". Alif cengengesan dengan sindiran yang diberikan Firman padanya. Firman tidak menjawab, pria itu hanya meletakkan kopi di meja dan ikut duduk disamping Alif.
" Jangan bilang istri kamu yang cantik aduhai itu belum kamu apa-apakan, rugi bro". Alif kemudian tersenyum nakal pada firman.
" Bukan urusanmu". Firman menarik tisu dan melemparkan tisu tersebut pada Alif, biar sadar pikir Firman karena yang ada dipikiran sahabatnya itu hanyalah hal yang iya-iya.
" Jangan-jangan kamu begini karena belom move on dari Shafira, hahahaha. Tujuh tahun berlalu bro". Firman hanya menatap datar pada Alif tidak mengiyakan tidak pula memberikan bantahan apapun.
" Entahlah, aku tidak tahu bagaimana hatiku sebenarnya, Naya membuatku bahagia akhir-akhir ini Lif. Tentang Shafira, itu sudah sangat lama bro". Alif manggut-manggut mendengar jawaban Firman. Pria itu lalu menyesap kopinya, dan memerhatikan lagi wajah Firman.
" Saranku buka saja hatimu untuk istrimu bro, sayang istri cantik disia-siakan" Firman hanya mendengus mendengar saran sahabatnya itu.
" Hatiku sudah dibuka oleh Naya, jadi tidak saran kamu lagi". Alif langsung tertawa dan menjabat tangan Firman.
"Selamat yah bro, berarti cintamu bertepuk sebelah tangan ya. Karena sepertinya aku belum ada tanda-tanda punya ponakan, hehehehe". Firman menarik tangan Alif dan mendorong pria tersebut keluar dari ruangannya.
"Bro, bro, kopiku belum habis". Alif berteriak dan akan kembali masuk keruangan Firman, tetapi dirinya kalah cepat ruangan itu sudah tertutup dengan rapat.
Alif menggaruk kepalanya, salah lagi. Padahal tujuannya tadi hanya menggoda Firman. Pria itu kemudian melangkah, pergi meninggalkan ruangan itu.
Dalam ruangan Firman merapikan gelas dan bersiap untuk pulang, sepertinya dia butuh melihat melihat wajah istrinya untuk mengembalikan mood nya. Sambil berjalan Firman menatap handphonenya tidak ada notifikasi dari istrinya, Firman tersenyum sepertinya istrinya itu masih kesal dengan dirinya.
Firman juga bingung dengan dirinya sendiri apakah itu cinta? Apakah kebersamaan mereka membuatnya mencintai Naya? Banyaknya hal-hal pahit yang diterimanya ketika mencintai seseorang, membuat Firman mempunyai ketakutan tersendiri untuk mengungkapkan perasaan cintanya.
Diperjalanan Firman singggah ke kedai bunga, membelikan bunga untuk istrinya dirumah. Dia tersenyum sendiri melihat tulisannya pada kartu ucapan itu, ia seperti ABG, Firman menulis kata-kata untuk mengajak istrinya berpacaran, biar dia bisa membuat Naya jatuh cinta padanya, dan mungkin hal ini akan membuat hubungannya tidak canggung.Firman berlalu dari toko itu dengan sebuket bunga ditangannya.
Saat sampai di kediamannya, lampu rumahnya masih menyala menandakan istrinya itu belum tertidur, Firman membunyikan bel . Beberapa saat kemudian istrinya membuka pintu, dan Firman langsung menarik dan memeluk istrinya itu, pria itu langsung nyosor mencium bibir istrinya yang selalu terlihat menggoda di matanya. Berbeda dari biasanya, Firman merasakan istrinya itu mulai bergerak mengimbanginya walaupun masih terasa kaku. Senyum tercetak disudut bibirnya, dirinya langsung menyudahi ciumannya ketika kelihatan istrinya itu susah bernapas. Firman mengacak-acak rambut hitam istrinya, sedangkan Naya makin menenggelamkan wajahnya dalam pelukan suaminya, sangat malu mengingat tindakan refleksnya tadi.
Setelah suasana kembali normal, Naya menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Sedangkan, Firman kembali ke mobil untuk mengambil buket bunganya, yang tadi terlupakan. Naya duduk menunggu suaminya di meja makan, Firman menghampiri istrinya di meja makan bersama buket bunganya.
Naya sedikit terkejut kemudian menormalkan raut wajahnya, gadis itu mengambilkan makan untuk suaminya dan makan dengan diam.
Firman tidak menyadari perubahan Naya, pria itu masih menikmati makanannya dengan lahap. Sedangkan Naya, bertanya-tanya siapa yang memberikan buket bunga itu untuk Firman. Firman menunggui istrinya itu selesai makan, sedangkan Naya makan sambil termenung banyak yang menghantui pikirannya Kiano dan mungkin akan ada lagi Kiano-Kiano lain yang akan menghalangi pernikahanya. Gadis itu menyudahi makannya, dan membereskan piring-piring untuk dicucinya, sedangkan Firman hanya menatap istrinya yang terlihat lebih pendiam malam ini. Dengan menghembuskan napas dan berdoa sejenak, Firman meraih buket bunga dikursinya tadi dan berjalan mendekati istrinya yang masih asik dengan cucian piringnya. Firman memeluk istrinya itu dari belakang, Naya sempat terkejut sesaat, kemudian mencuci tangannya dan menoleh pada Firman, pria itu menyodorkan bunga pada istrinya itu.
"Mas, ih nyebelin" Naya teringat tadi dirinya sempat berpikir jika seseorang yang memberikan bunga tersebut terhadap Naya. Mata Naya berkaca-kaca, firman terkekeh dan mencium ubun-ubun istrinya. Naya mengambil kartu ucapan yang ada di bunga itu.
"Mas, kita sudah menikah. Tidak perlu pakai beginian". Ada-ada saja suaminya ini pikir Naya.
"Biar kamu tidak canggung lagi dengan mas, biar kita makin mengenal". Firman menjelaskan dengan lembut berharap istrinya ini paham.
" Kita kan udah makin mengenal mas, Naya pikir tidak perlu". Firman mendengus dengan jawaban istrinya, pria itu mengambil kartu ucapan tadi kemudian dirobeknya lalu berlalu dari hadapan Naya. Naya menggigit bibirnya, suaminya itu terlalu kekanakan pikirnya, tapi kalau dipikir-pikir niat suaminya baik juga agar mereka lebih dekat, tapi Naya rasa mereka sudah dekat sudah menikah malah.
Naya tidak mengerti dengan pikiran suaminya itu, toh mereka bisa melakukan banyak hal yang dilakukan oleh orang pacaran bahkan sampai hal yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang pacaran.Gadis itu mengambil handphone untuk mengirimkan pesan pada sahabatnya, Nabila.
Naya: Bila, Firman ngambek nih, gimana hadapinnya?
Nabila: Kok bisa Nay?
Naya: Aneh, masa dia ajak aku pacaran, kami kan sudah nikah🙁
Nabila: itu artinya doi mau lebih dekat dengan kamu😁
Naya: Terus gimana dong😢
Nabila: 🤦🤦 ngomong baik-baik saja atau goda seperti istri pada umumnya 😉
Naya: 🙄🙄Terimakasih Bila👊👊👊
Naya mematikan Handphonenya.
Menggoda Firman? Naya belum siap. Dulu saat pacaran Naya tidak pusing jika pacarnya ngambek padanya, gadis itu tidak akan merayu mereka atau mengambil hati mereka agar berbaikan. Sekarang sudah menikah, tidak mungkin dia mengabaikan suaminya yang sedang ngambk padanya. Naya tidak betah dengan situasi seperti ini, apalagi sekarang mereka hanya berdua di rumah ini.
Naya mengambil buket bunga yang diberikan Firman dan menuju kamarnya. Di depan pintu gadis itu mengucapkan basmalah, kemudian membuka pintu kamar mereka dengan pelan, dalam kamar suaminya terlihat sibuk dengan handphonenya. Naya menggigit bibirnya bingung mau mengatakan apa pada suaminya itu. Firman hanya melirik dengan ekor mata pada istrinya, pria itu menyesali tindakannya yang kekanakan untuk pendekatan dengan mengajak istrinya itu pacaran, tapi dia juga malu untuk minta maaf pada istrinya itu.
Naya meletakkan buket bunga tersebut di depan meja riasnya, kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan wajah nya dan menggosok gigi. Ketika kembali ke ranjang, firman sudah berbaring memunggunginya. Naya sangat tidak nyaman dengan suasana yang canggung ini. Gadis itu mendekati suaminya, mengatur napasnya perlahan-lahan dan mengangkat tangannya untuk menyentuh suaminya itu.
"Mas,,,,," gadis itu memberanikan tangannya menepuk pundak suaminya itu. Tidak bergeming, tapi tidak mungkin secepat itu suaminya tertidur.
"Mas, Naya minta maaf yah mas, mas sudah capek-capek usaha, Naya malah ketawain mas, Naya dimaafin yah mas". Firman masih sedikit kesal, pria itu tidak menggubris istrinya tersebut.
Naya menggigit bibirnya, gadis itu kemudian memberanikan diri memeluk suaminya itu dari belakang kemudian memberikan kecupan pada belakang suaminya. Firman mengernyit bahaya kalau dibiarkan lama tindakan istrinya itu. Apalagi tangan mungil nan lentik itu bergerak di atas dada bidang nya. Melepaskan tangan istrinya itu, kemudian berbalik menindih istrinya itu, Naya terbelalak kaget.
" Jadi, mau mas maafin?" Firman mencium tangan mungil istrinya itu. Naya hanya menganggukkan kepalanya.
" Cium bibir mas sekarang" Firman mengedipkan mata pada istrinya itu. Naya cemberut seketika.
" Ih, mas kok jadi ganjen. Naya kan cuma mau minta maaf". Tak peduli protes istrinya Firman hanya menatap datar wajah istrinya.
"Mau dimaafin, tidak? Mas sih tidak masalah" Firman kemudian kembali berbaring disamping Naya.
" Mau, tapi jangan cium". Naya menundukkan kepalanya, menghindari kontak mata dengan suaminya itu.
" Tapi mas mau maafin kalau dicium". Firman berbisik pada istrinya itu, Naya merasa geli.
Naya kemudian secepat kilat memberikan kecupan pada pipi suaminya itu, Firman terkejut dan saat tersadar istrinya itu sudah bersembunyi dalam selimut. Firman tidak kehilangan akal, dirinya masuk ke dalam selimut dan menarik istrinya tersebut sehingga berada dalam pelukannya, selimut yang melorot memperlihatkan wajah Naya yang memerah. Firman meletakkan istrinya diatas lengannya, pria itu kemudian menyapukan rambut istrinya ke belakang kepala.
" Sayang maafin mas juga tadi sudah kekanakan". Firman dengan gemas memberikan ciuman-ciuman kecil pada wajah istrinya.
"Iya, Naya maafkan. Naya juga minta maaf, tadi tidak menghargai usaha mas. Tetapi kita tak perlu pacaran lagi mas, kita sudah menikah kita bisa melakukan hal yang bisa dilakukan orang pacaran atau pun yang tidak boleh dilakukan oleh orang pacaran". Naya menatap suaminya itu dan tersenyum, Firman mendengar ucapan istrinya dengan senang.
" Jadi sekarang boleh melakukan hal-hal yang tidak dibolehkan orang pacaran?" Mata Firman berkilat nakal, Naya mendengus melihat suaminya itu.
"Naya belum siap, Naya juga malu mas" Naya melirik suaminya itu malu-malu.
" Jangan lama-lama yah sayang, mas juga kan sudah tambah dewasa sudah cocok jadi Ayah, mas akan menunggu kamu siap kok, tapi jangan kelamaan". Naya menganggukkan kepalanya kemudian gadis itu tertawa keras mengingat Firman menyebut dirinya dewasa.
"Mas itu sudah mau tua bukan tambah dewasa" Tawa Naya makin menggelegar di kamar itu. Firman yang tidak terima, langsung menghentikan tawa istrinya dengan ciumannya. Mereka bergelut bibir sampai oksigen terasa menipis. Firman melepaskan bibir istrinya dan mengeratkan pelukannya pada istrinya itu.
Malam yang semakin larut dua anak manusia itu saling berpelukan, setelah menyelesaikan permasalahan mereka. Kadang memaafkan akan membuat keadaan lebih mudah