Jonathan melempar kunci mobilnya ke seorang satpam yang dengan sigap menangkapnya. Kemudian tangannya beralih untuk menggenggam tangan Oliv sepenuhnya. Jonathan benar benar tidak main main membawa Oliv berbelanja. Terbukti, mereka sudah berada di salah satu mall besar di New York.
Mall itu memiliki banyak kaca di setiap bagiannya, membuat Oliv mau tidak mau melihat bayangan mereka berdua dikaca. Oliv sempat terkejut karena bayangan mereka terlihat sempurna. Well, dengan penampilan Jonathan yang tampak casual dan muda (Oliv sendiri tidak tahu untuk siapa Jonathan berdandan sedemikian tampan) setidaknya orang orang tidak akan pernah menyangka bahwa umur Jonathan lebih dari dua kali umur Oliv.
Di dalam mall, banyak sekali spesies wanita dari yang remaja hingga tante tante girang. Dan anehnya, mereka semua memperhatikan Oliv dan Jonathan. Dalam artian, memandang Jonathan layaknya model papan atas dan memandang Oliv layaknya buronan kelas kakap, sialan.
Oliv merasa risih. Tentu saja. Pandangan membunuh gadis gadis itu benar benar mengulitinya, Oh well, memangnya apa sih salah Oliv hingga mereka harus menajamkan pandangan bak elang yang siap menerkam mangsanya?
"Ku pikir, kau tidak perlu ...." Oliv berusaha melepas genggaman Jonathan," .... seperti ini" Jonathan menatap Oliv bingung, namun tidak mau ambil pusing,"Terserah kau saja."
Jonathan berjalan di depan Oliv. Kakinya yang panjang membuat pria itu melangkah lebar lebar, membuat Oliv kewalahan untuk menyamai langkah kakinya. Melihat itu, Jonathan justru mempercepat langkahnya untuk menggoda Oliv. Lama kelamaan Oliv jadi berlari untuk mengejar keberadaan Jonathan.
"Jonathan! Tunggu aku!" teriak Oliv. Mendengar teriakan itu, Jonathan tersenyum dan menghentikan langkahnya tiba tiba. Membuat Oliv dengan spontan berhenti karena kepalanya membentur tubuh Jonathan yang kekar.
"Kau!!" Oliv berteriak seraya mengelus-elus kepalanya yang terasa sakit kemudian melanjutkan teriakannya,"Bagaimana bisa punggungmu seperti besi?!"
Jonathan tertawa dan ikut mengusap dahi Oliv yang memerah. Melihat Oliv berteriak dengan wajah serta dahinya yang memerah membuat Jonathan ingin memakan gadia itu hidup hidup.
"Dasar bocah cilik banyak mau," Jonathan tertawa,"Siapa yang tidak mau berjalan di sebelahku tadi?"
Oliv cemberut,"Bukan berarti kau harus berlari kan?"
"Berlari? Nona, salahkan kaki pendekmu"
Oliv mendelik kesal,"Jonathan! Ini tempat umum! Jangan membuatku marah!"
Melihatnya, Jonathan tertawa. Pria itu mengacak rambut Oliv seraya menggenggam kembali tangan itu,"Jangan protes. Berjalan aaja denganku. Aku takut kau hilang,anak kecil"
Oliv cemberut, gadis itu mengikuti perkataan Jonathan, namun harus menerima kenyataan bahwa tatapan tajam lagi lagi menghujamnya. Membuat Oliv bergidik ngeri.
"Kenapa mereka menatapku seperti ini, sih?" dengus Oliv. Jonathan mengikuti arah pandangan Oliv dan berkata,"Mungkin mereka jealous? Wajah tampanku membuatku terlihat seperti kekasihmu"
Mendengar itu, Oliv menatap Jonathan ngeri. Demi Tuhan, betapa narsisnya pria ini!!
"Atau mereka mengira bahwa aku ini simpanan Om Om narsis yang suka bergaya anak muda untuk menarik perhatian tante tante girang di luaran sana?"
Jonathan menatap Oliv sepenuhnya,"Oliv, sebenarnya dari tadi pagi kau itu bicara apa? Memangnya aku berdandan untuk siapa? Kau ini benar benar sok tau"
Oliv mengangkat bahunya,"Siapa tahu kau akan bertemu pacarmu."
"Memangnya aku pernah bercerita kalau aku punya pacar?" Jonathan berdecak,"Kalau aku ingin bertemu pacarku,kenapa pula aku harus mengajak anak kecil sepertimu?"
Oliv mendelik, ingin membalaa perkataan Jonathan ketika seorang wanita berumur yang masih sangat-sangat-sangat seksi itu menyambut mereka, maksudnya, menyambut Jonathan.
"Ahhh,this busy Mr.Marteen!" ucap wanita itu seraya menarik Jonathan, hingga genggaman tangan Jonathan pada tangan Oliv terlepas.
"Apa yang membuat orang sibuk sepertimu datang ke butikku? Apakah kau merasa bersalah karena semalam kau tidak bisa datang, tuan Jonathan Marteen?" wanita itu tersenyum dan secara sempurna memeluk lengan Jonathan. Dan bagus! Oliv seketika terlupakan.
Gadis itu mendengus kesal dan mengikuti langkah kedua orang dewasa di depannya. Matanya tidak bisa lepas dari punggung Jonathan yang sebenarnya merasa tidak nyaman dengan perlakuan wanita itu. 'What?? Tidak nyaman pantatmu!! Dia pasti berdandan seperti itu demi tante tante centil ini!!!'
"Ah, sebenarnya,Jane. Aku kesini untuk mrngantarkannya membeli pakaian." ucap Jonathan seraya menunjuk Oliv, membuat wanita blonde bernama Jane itu tampak menatap Oliv sinis. Melihat tatapan itu, Oliv membalasnya dengan tatapan yang lebih sinis. Serius, Oliv muak dengan tingkah Jane yang benar benar seperti pelacur kesepian.
"Siapa bocah cilik ini?" tanya Jane, tatapannya berubah sehalus sutra ketika berbicara dengan Jonathan.
"Ah, dia kenalanku. Maksudku, dia anak dari salah satu temanku yang sedang dititipkan padaku." ucap Jonatha membuat mata Oliv membulat. Gadis itu menatap tajam sosok Jonathan yang hanya meringis minta maaf.
"Oh, hanya anak kenalan?" ucap Jane meremehkan kemudian mengajak Jonathan untuk duduk di sofa khusus di dalam butik mewah itu.
"Liv, pilihlah pakaian sesukamu. Aku akan .... " ucapan Jonathan terpotong ketika Jane sudah mengambil alih seluruh perhatian Jonathan agar hanya terpusat padanya.
Melihat itu, mendadak Oliv menjadi geram. Gadis itu menggerutu dan menyumpahi Jonathan karena melupakannya seketika demi berbicara dengan wanita persetan bernama Jane itu.
Dengan kesal, Oliv mengambil pakaian pakaian yang ada di depannya. Pandangannya masih tertuju ke arah dua orang yang sedang tertawa di sofa tersebut. Dan semakin Oliv melihatnya,semakin Okiv kesal kepada Jonathan. Gadis itu menggerutu," Aku akan membuatmu bangkrut!! Lihat saja!!"
Oliv beralih ke tempat underwear dan segera mengambil berpasang pasang underwear keluaran Victoria's Secret. Selain itu, Oliv juga mengambil gaun tidur dan lingerie yang cukup seksi. Well, serius, Oliv tahu betapa mahalnya harga barang barang yang diambilnya. Tapi, entahlah, Oliv hanya ingin benar benar membuat Jonathan bangkrut!! Dia tidak peduli jika akhirnya Jonathan meminta ganti rugi padanya, yang jelas, Oliv benar benar kesal kepada Jonathan.
Setelah selesai, Oliv berjalan ke arah mereka berdua, tak lupa menatap tajam Jane yang tampak terganggu dengan kedatangannya," I am done!!"
Jonathan mengangguk dan bangkit dari duduknya. Mereka bertiga berjalan menuju kasir untuk membayar belanjaan Oliv.
"Totalnya $1750,Sir" ucap petugas kasir mampu membuat mata Oliv,Jonathan,dan Jane membulat bersamaan.
"What?!" teriak mereka bertiga, dan yang paling keras adalah teriakan Oliv.
Jane menatap gadis itu tajam," Kaubeli apa saja hingga sebanyak itu?! Oh ya ampun, kau benar benar menyusahkan Jonathan"
Oliv benci melihat wanita blonde itu, namun dalam hati,gadis itu membenarkan apa yang diucapkan Jane. Demi Tuhan, $1750 bukan uang yang sedikit! Bagaimana bisa Oliv menghabiskan sebanyak itu hanya untuk berbelanja baju?
Oliv merutuki dirinya sendiri. Dia terlalu kesal hingga tidak berfikir apapun selain membuat Jonathan bangkrut. Dan ya, Jonathan memang benar benar akan bangkrut jika harus mengurus Oliv untuk sebulan ke depan.
"It's okay" Jonathan mengeluarkan kartu kreditnya. Setelah menyelesaikan pembayaran, pria itu mengajak Oliv keluar dengan kedua tangannya yang penuh barang belanjaan Oliv.
"Jonathan ...." Okiv berbisik lirih,tidak berani menatap wajah Jonathan yang saat ini berdiri si sebelahnya.
"Ya kenapa? Kau lapar?" nada suara Jonathan terdengar biasa saja,sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia sedang marah.
"Kau kesal denganku, kan?" ucap Oliv lagi, membuat Jonathan menatapnya penuh,"Iya."
Oliv merutuki dirinya sendiri dan menarik nafas panjang."Maafkan aku. Aku hanya ...."
'Aku hanya tidak suka melihatmu bersama wanita bodoh itu dan mengabaikan keberadaanku! Aku benci itu'
"..... hanya, maafkan aku. Aku benar benar minta maaf. Aku berjanji akan mengganti semuanya!"
Jonathan menatap wajah Oliv," Kalau kau tidak suka dengan apa yang ku lakukan.Katakan itu. Kalau kau benci melihat Jane, katakan juga. ku tidak suka melihatmu marah marah hanya karena menahan rasa kesalmu. Well, baiklah, kau terlihat semakin lucu ketika kau cemberut. Tetapi aku lebih suka kalau kau jujur. Jika saja kau mengatakan bahwa kau tidak suka, aku akan segera mengajakmu pergike butik lain."
Oliv menganga mendengar penuturan Jonathan, wajahnya memerah, lalu gadis itu berkata,"Itu bukan masalahnya!"
Jonathan memandangnya,"Lalu? Apa?"
Oliv menghembuska nafasnya,"aku menghabiskan uangmu!"
"Hah?!" Jonathan memandang Oliv tidak mengerti,"Oh iya. Aku hampir lupa untuk membelikanmu ponsel!"
Mata Oliv membulat tak percaya,"Jonathan! Kau ini bagaimana sih? Aku menghabiskan uangmu di butik, dan kau masih mau membelikanku ponsel? Serius! Aku tidak akan sanggup membayarnya walaupun harus menggantikan patricia seumur hidupku!"
Pria itu tertawa dalam hati melihat Oliv yang berbicara dengan panik. Bahkan, jika Oliv menghabiskan 10.000 dollar tadi, dia tidak akan keberatan. Selain karena 10.000 dollar bukanlah apa apa untuk Jonathan, menghabiskan uangnya untuk melihat gadis itu bahagia adalah kebahagiaan yang tidak.ternilai untuk Jonathan.
"Oliv. Aku kan memang ingin mengajakmu berbelanja" ucap Jonathan, seolah tidak merasa terbebani sedikitpun. Hal itu membuat Oliv harus menekan pelipisnya karena mendadak merasa pusing oleh tingkah Jonathan.
Jonathan tersenyum tipis melihat wajah Oliv yang tampak khawatir. Gadis itu benar benar langka. Harusnya di senang ketika ada yang membayar belanjaannya. Ini? Jangankan senang, gadis itu justru sakit kepala.
"Mau milkshake? Strawberry milkshake?" Jonathan tersenyum ketika menyebutkan nama minuman favorit pembangkit mood ala Olivia, begitulah yang selalu Oliv katakan pada Jonathan. Dan benar saja, wajah gadis itu langsung sumringah. Jonathan berani bertaruh bahwa Oliv akan memilih 10 gelas strawberry milkshake dibanding 10 kilogram emas batangan.
Mereka pergi menuju sebuah cafe, dan lagi lagi Oliv harus menghela nafas ketika pasang pasang mata menatapnya sangat tajam. Terlebih ketika mereka menatap Jonathan yang membawakan banyak sekali kantong belanjaan Oliv. Jangan salah, Oliv sudah memaksa untuk membawa sebagian kantong belanjaannya dan Jonathan benar benar tidak mau memberikannya pada Oliv.
"Apakah semua wanita yang pergi dengannmu akan mendapatkan tatapan seperti ini?" tanya Oliv, membuat Jonathan tertawa,"Apakah akau perlu bertindak?"
"Sound good" Oliv tertawa. Namun, dengan tiba tiba,Jonathan berdiri. Membuat semua orang tampak menatap ke arahnya, tak terkecuali Oliv yang lamgsung membuka mulut tak percaya.
"You better take your eyes off from my girl!" ucapan Jonathan begitu tegas dan tajam, disertai tatapan mematikan yang ia tunjukkan pada mata mata yang sedari tadi membuat Oliv tidak nyaman.
Setelah itu,Jonathan kembali duduk dan tersenyum memandang Oliv yang masih membuka mulutnya tak percaya."Kau gila!!" Oliv berteriak tertahan, membuat Jonathan mengangguk setuju,"Aku gila"
"Jonathan!" Oliv kembali menyahut.Dia memandang sekitarnya yang tidak lagi menatapnya sinis,"Kau benar benar gila!"
Oliv tertawa ketika seorang pelayan meletakkan pesanan mereka di meja. Gadis itu menyesap milkshakenya dan melanjutkan omongannya," .... Dan aku suka itu"
Mereka menikmati hidangan yang dipesan dalam keheningan, hingga akhirnya, Okiv menyelesaikan sedotan terakhirnya, dan berkata,"Jonathan, aku tahu ini kurang ajar. Tapi, bolehkah jika aku meminta beberapa boneka dan mainan? Aku tidak tahu kapan aku bisa membayar hutangku tentang baju, make up, dan ponsel baru. Tapi untuk yang satu ini, aku benar benar akan membayarnya dengan segera" ucap Oliv panjang lebar, membuat Jonathan tersenyum,"Kau tidak perlu membayarnya, tahu?"
Oliv menutup telinganya,"Aku sama sekali tidak mendengarmu!"
Gadis itu berlari menuju toko mainan,mengambil beberapa boneka dan mainan anak. Gadis itu juga mengambil buku mewarna beserta pensil warna dan krayon dengan bersemangat. Cukup membuat Jonathan mengangkat alisnya bingung dengan tingkah gadis yang satu ini.
"Kau mau apakan mainan sebanyak ini?" tanya Jonathan ketika mereka sudah membayarnya dan berjalan menuju lobi dimana mobil mereka sudah siap disana.
Jonathan memberi beberapa lembar dollar ke satpam tersebut dan mulai menaiki mobilnya.
"Nanti, turunkan aku di halte, ya!" Okiv tidak menjawab pertanyaan Jonathan yang sebelumnya, membuat pria itu semakin penasaran,"Kenapa? Aku bisa mengantarmu. Kau mau kemana?"
"Kau harus menyiapkan bahan ajar untuk besok! Aku bisa pergi sendiri, aku hanya ingin sedikit berterima kasih" Oliv tersenyum lebar seraya memeluk kantong kantong mainan dan boneka yang ada di dekapannya.
"Jangan khawatir soal itu. Aku free hari ini,so,aku akan mengantar kemanapun kau pergi" jawab Jonathan.
Oliv menatap pria itu tak percaya, namun akhirnya menjawab,"Baiklah. Kita ke panti asuhan luar biasa yang tidak pernah kau ceritakan kepadaku sebelumnya."
Jonathan mengernyit. Dia memang tidak pernah menceritakan panti asuhan itu kepada Oliv. Hanya saja, Jonathan berfikir bahwa Oliv tidak perlu tahu, kan?
"Jadi, darimana kau tahu panti asuhan itu?" tanya Jonathan. Membuat senyum di wajah Oliv terlihat begitu lebar. Oliv semakin memeluk mainan dan boneka yang tadi ia beli,"Pokoknya, mereka menyelamatkan hidupku, lewat Alva"
Jonathan tidak mau menjawab. Hanya saja, ia sadar bahwa Alva memang selangkah di depannya.