"Daddy?" teriak Alva, dan terdengar teriakan dari dalam,"Yes, wait, son!"
"Alva, aku," Oliv tidak sempat mengatakan apapun ketika Alva tiba tiba menarik tangannya menuju seorang pria paruh baya yang sedang berjalan menuju mereka.
Mata Oliv membulat tak percaya. Oh, dia benar benar mengenal siapa pria paruh baya di hadapannya. Pria yang sudah ia putuskan untuk terhapus dari hidupnya. Pria seksi yang sudah ia anggap sebagai ayahnya sendiri,namun kenyataan mengatakan bahwa Oliv bahkan sudah berani telanjang dan menggoda pria itu, meski hanya lewat videocall.
Ya, pria itu adalah Jonathan Marteen. Dan Oliv bersumpah, pria itu jauh lebih seksi dari apa yang ada di pikirannya. Lihat saja otot kekar di balik kaos pollo hitamnya. Lengannya yang halus penuh tato. Wajahnya yang sedikit kerutan serta rambut halus di dagunya. Jonathan benar benar tinggi. Oliv bahkan hanya sebatas dadanya.
"Daddy sudah pulang?" suara Alva membuyarkan lamunan Oliv, membuat wajah gadis itu seketika memerah. Sialan. Dari swkian ratus ribu orang di New York, kenapa Jonathan harus dipanggil 'daddy' oleh kekasihnya sendiri??
Apakah kiamat akan benar benar terjadi??
Jonathan, pria itu menarik nafas panjang. Dia memang kaget, benar benar kaget dengan pertemuannya yang tiba tiba dengan gadis itu. Olivia-nya yang kini berada di dalam rengkuhan anak semata wayangnya. Ya, dia adalah gadus yang berumur 2 tahun lebih muda dari Alva, yang entah mengapa membuat dadanya berdesir, membuat pertahanannya hancur. Seorang Jonathan Marteen, telah di lumpuhkan dengan telak oleh bocah 19 tahun bernama Olivia Natasha. Betapa memalukan??
"Dad? Hello?" panggil Alva,membuat mereka berdua tampak mengerjapkan mata masing masing. Jonathan berdehem dan mendekati Alva. Memasang wajah paling dingin adalah pertahanan paling baik yang seharusnya ia lakukan saat ini.
"Perkenalkan, ini Oliv, pacarku. Yang pernah kita bicarakan waktu itu. Dan dia butuh menginap beberapa hari disini karena dia kehilangan semua uang beasiswanya."
Ucapan Alva benar benar mengakibatkan ledakan keras di dasar hati Jonathan. Pacar, katanya??
Oh, shit, stop it, Jonathan. Oliv memang pantas menjadi kekasih Alva!
"Ah?" hanya itu kata yang bisa keluar dari mulut Jonathan. Pria itu tidak bisa melepaskan pandangannya dari gadis berkulit putih di hadapannya. Demi Tuhan, dia ingin sekali memeluk tubuh mungilnya dan menciuminya, namun tentu saja hal itu mustahil.
"Baby, perkenalkan, ini ayahku. Dia akan menjadi dosenmu, jadi bersikap baiklah kepadanya. Tampan tampan begini, dia profesor tua yang jenius loh," Alva terkekeh, menganggap semuanya lelucon. Namun bagaimana mungkin Oliv bisa tertawa ketika mengetahui sosok pria yang sudah hilang itu benar benar berada di depannya??
Jadi, inikah ayah yang selalu Alva sebutkan??
Seorang dosen besar di fakultas yang sama dengan Oliv .... Bodoh. Kenapa Oliv sama sekali tidak menyadarinya??
'Hey, stupid, look, his name us Alva Marteen'.
Oliv memukul kepalanya sendiri. Bodoh. Benar benar bodoh!!
Dosen besar mana lagi yang Alva maksud,jika nama belakang Alva adalah Marteen??
Jelas sekali seorang Jonathan Marteen!!
"Dad?? Oliv?? Hello??" Alva tampak menatap kedua sosok itu. Mereka hanya saling berpandangan tanpa memgucapkan apapun, dan itu benar benar canggung.
Jonathan menarik nafas panjang. Matanya benar benar memperhatikan tiap jengkal dari tubuh Oliv. Gadis itu terlihat lebih baik dari yang terakhir dia lihat.
"Hallo, Mr. Marteen, senang berkenalan denganmu." ucap Oliv, oh suara gadis itu bahkan masih sama seperti dulu. Gadis itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman,membuat Jonathan terdiam melihati tangan mungil itu. Sedetik kemudian, tangan Jonathan terurur untuk meraih tangan Oliv. Tangan Oliv begitu mungil dan hangat. Saat itu pula, Jonathan memejamkan matanya. Oh, beginikah rasanya memegang bagian tubuh yang sudah sejak lama ia impikan??
Jonathan Marteen, ayah dari Alva Marteen." ucap Jonathan tegas. Matanya menajam hingga mampu ngenguliti Olivia, terbukti dengan gadis itu yang tampak menggigit bibir bawahnya takut takut.
"Dad, kau menakutinya. Tenanglah, dia anak yang baik. Dia ini peraih beasiswa yang sering kita bicarakan" Jonathan terdiam seraya tetap menatap ke arah Oliv yang tengah menundukkan kepalanya. Oh, shit, Oliv seperti tertangkap basah mencuri.
"Ya, aku tahu, Indonesian girl, uh? Olivia Natasha." Jonathan tersenyum,membuat Oliv mendongak seraya menggigit bibir bawahnya keras keras, memberikan kode kepada Jonathan untuk tidak pernah mengatakan hubungan apa yang sebenarnya mereka berdua pernah lalui. Be a bit reality, apakah kau akan rela jika kekasihmu mengetahui fakta dimana kau pernah bertelanjang di depan ayah kekasihmu sendiri?
Dad, kau mengenalnyan Maksudku, bagaimana kau tahu bahwa dia dari Indonesia?" balas Alva, membuat Oliv semakin menundukkan kepalanya dan mengeratkan remasannya pada tangan Jonathan yang masih bersalaman dengannya.
"Ah, no. Aku hanya tahu satu nama mahasiswi program beasiswa dari data universitas. Am I right?" ucap Jonathan seraya melepaskan pegangannya pada Oliv.
"Tenang saja,Oliv. Aku mengizinkanmu dengan Alva. Tapi bukan berarti kau akan mudah mendapat nilai A di mata pelajaranku." ucap Jonathan membuat Alva tertawa. Jonathan mungkin bercanda, namun demi Tuhan, Oliv bahkan sangat sulit untuk sekedar tersenyum saat ini.
Jonathan Marteen, her hot daddy, is her boyfriend's father.
Oliv masih menegang di tempatnya, ketika tiba tiba seekor anjing berlari dan menerjangnya. Membuat gadis itu jatuh terduduk. Anjinh itu menjilati dan memeluknya, membuat Oliv tiba tiba tertawa kegelian."Oh jack,hentikan!! Kau membuatku geli!!" ucap Oliv masih dengan tertawa. Gadis itu menepuk nepuk punggung anjing coklat tersebut seraya menciuminya,"Nice to meet you too, jack, oh, anjing pintar."
Jonathan tersenyum lebar melihat Oliv dan jack. Senyum yang sudah sangat ia rindukan. Teriakan yang sudah sangat ia inginkan. Ekspresi wajah yang selalu ia dambakan. Lihat, betapa dekatnya mereka??
Lihat, bagaimana jack bisa mengenali Oliv bahkan di hari pertama mereka bertemu.
"Babe?" Alva memanggilnya,membuat gadis itu mendongak masih dengan tertawa karena Jack yang terus menerus menjilatinya.
"Bagaimana kau bisa tahu kalau namanya Jack?" Tawa Oliv perlahan menghilang.Gadis itu menelan ludahnya. Sialan. Dia kelepasan.
"Ah,Alva, lebih baik kita makan duku,dad sudah memasakkan makanan kesukaanmu" ajak Jonathan yang seketika membyat Alva mengangguk.Pria itu berlari menuju meja makan,meninggalkan Oliv dan Jonathan.
Alva memang gila.
Oliv semakin menelan ludahnya,menyadari jantungnya yang tiba tiba berdetak kencang.Jonathan masih menatapnya dengan intens,kemudian berjalan semakin dekat ke arahnya.Jonathan membungkukkan tubuhnya,menyetarakan tubuh kekarnya dengan posisi Oliv.Membuat gadis itu menahan nafas.Jonathan tersenyum,mendekatkan wajahnya,ke wajah Oliv. Sialan. Oliv semakin tidak merasakan keberadaan oksigen di sekitarnya.
Kini, yang Oliv rasakan justru deru nafas Jonathan yang membelai halus pipinya. Jonathan sangat wangi, wangi maskulin. Wangi yang Oliv yakin mampu melumpuhkan setiap gadis yang ada di dekatnya,termasuk Oliv.
"Hey, dude, pergilah bermain ,go ... go..." Jonathan menepuk paha Jack yang masih ada di pangkuan Oliv,membuat anjing itu menggonggong sekali, kemudian berlari meninggalkan Oliv yang masih mematung di tempatnya.
Setelah melakukan itu,Jonathan kembali berdiri,"Come on. You need a dinner" ucapnya sebelum meninggalkan Oliv dan menyusul Alva.
"Woah daddy! sup siripikan kesukaanku!" Alva berteriak histeris seraya mengambil piringnya dan mengisinya dengan nasi. Menatap itu,Jonathan tersenyum. Terkadang,anaknya bisa bertingkah kekanak kanakan hanya karena makanan favoritnya tersaji di atas meja.
"Lihat ini, bagaimana bisa Oliv menerima anak kecil sepertimu," Jonathan tertawa,membuat Oliv yang baru memasuki ruangan pun ikut tertawa, terlebih ketika melihat tingkah kekasihnya.
"Biarkan saja, dia harus tahu kejelekanku juga,bukan hanya ketampananku" ucap Alva seraya memakan supnya dengan lahap. Jonathan memerintahkan Oliv untuk duduk dengan gerakan mata, membuat gadis itu menurutinya dengan canggung.
"Makanlah Oliv. Ini makanan kesukaan anak lelakiku" ucap Jonathan seraya menatap dalam mata gadis tersebut. Oliv tahu bahwa Alva menyukai sup sirip ikan, selain itu, Alva lebih suka makan pancake dibanding roti selai di pagi hari. Well, Jonathan sudah pernah menceritakannya, meskipun pria itu tidak pernah menyebut nama Alva ataupun menunjukkan wajahnya. Serius, Oliv sudah puas hanya dengan melihat wajah tampan Jonathan kala itu.
"Dad,kau pulang lebih awal tanpa memberitahuku?" ucap Alva seraya memakan makanannya, membuat Jonathan mengangkat satu alisnya,"Asal kau tahu saja. Aku menelponmu dan kau tidak mengangkatnya. Dasar anak nakal"
Alva terkekeh,"Lagipula,kenapa kau cepat sekali sih, bukannya kau sangat menyukai California dan segala wanita bahenolnya?"
"Alva,shut up" Jonathan mendengus. Well, kalian ingin tahu mengapa Jonathan pulang cepat cepat? Jawabannya hanya satu,karena Jonathan ingin berbicara dengan gadis yang kini duduk termenung di hadapannya. Jonathan tidak ikut acara penutupan yang dilanjutkan dengan pesta sehari semalam itu hanya untuk menemui Olivia Natasha.
"Dad, setelah ini aku akan pergi kerumah Kath,ada tugas yang harus aku kerjakan. Kau tidak kemana mana kan?" tanya Alva membuat Jonathan mengangkat bahunya,"Entahlah, sebenarnya, salah satu temanku mengundangku ke acara pembukaan butik barunya."
"Jangan dad,kau dirumah saja,aku titip gadis kecil ini ya" Alva mengacak ngacak rambut Oliv, membuat gadis itu mendelik ke arah Alva,"Apa maksudmu?"
"Duh, aku tidak mungkin mengajakmu mengerjakan tugas,kan? kau akan bosan. Lagi, aku akan sampai malam." ucap Alva membuat Oliv menghela nafas dan berbisik,"Aku sudah besar. Jika ayahmu ada urusan, aku bisa menjaga diriku sendiri. Ayahmu itu orang yang sibuk,mengertilah!"
"Sesibuk pria bodoh yang melupakanmu itu?" ucap Alva seraya terkekeh, membuat wajah Oliv merah padam. Sialan. Dia seharusnya tidak mengatakan hal apapun kepada Alva. Tapi, siapa sangka kalau Alva adalah anak dari Jonathan?
"Apa maksud pria bodoh yang melupakannya?" Jonathan angkat bicara, dia masih fokus dengan makanannya, hingga sama sekali tidak melihat wajah Oliv yang semakin memerah.
"Dad kau tahu, dia punya kenalan,orang New York. Katanya, orang itu selalu menunjukkan berbagai objek menarik di New York," ucap Alva membuat Oliv lagi lagi mendelik,"Alva, stop, sumpah, kau berbicara hal yang tidak penting."
Namun berbeda dengan Oliv, Jonathan justru menghentikan acara makannya dan menatap Alva sepenuhnya,"Oh ya? bagus sekali. Sudah bertemu dengannyan" Jonathan tersenyum.penuh arti ke arah Oliv, dan kini, pria itu hampir saja tertawa melihat wajah Oliv yang semakin memerah.
"Tdak, katanya, pria itu terlalu sibuk untuk mengingat Oliv. Yang benar saja, pria bodoh mana yang akan melupakan gadis secantik ini" Alva merangkul bahu Oliv dan mendekatkan tubuh mungil itu ke tubuhnya. Terkutuklah Alva,bagaimana bisa dia berbicara hal seperti itu di depan Jonathan?
"Ah, dia terlalu sibuk? atau kau yang mencoba untuk tidak menemuinya?" Jonathan mengatakan itu seraya menatap lekat lekat wajah Oliv, namun kemudian ia tertawa,"Ya, kau benar Alva. Hanya pria bodoh yang akan melupakannya"
"Tuh, lihatlah. Ayahku sangat baik, kan? jadi kau tak perlu sungkan kepadanya. Anggap saja dia sebagai ayahmu,okey?" ucap Alva. Oliv tidak bisa menjawab apapun,karena saat ini,matanya sedang terkunci oleh mata seorang Jonathan Marteen.
❤❤❤❤❤
Setelah membereskan meja makan, Oliv membawa piring piring kotor kedapur. Menurut informasi Jonathan, pembantu rumah tangga mereka akan datang jam setengah 6 pagi dan pulang jam setengah 6 sore. Well, sialan, bukan? Mengapa Oliv masih mengingat semua hal yang Jonathan ucapkan?
Oliv menyalakan kran air cucian dan mulai mencuci satu persatu piringnya. Alva sudah pergi ke rumah temannya sekitar 15 menit yang lalu. Dan Jonathan, dia bilang, dia akan bekerja di ruang kerjanya.
"Dad, apakah kau selalu menghabiskan waktumu diruang kerja?" Oliv menopang dagunya.Dia tengah memperhatikan sosok Jonathan yang sibuk setengah mati dengan berkas berkasnya. Tapi Oliv melarang pria itu untuk memutus sambungan mereka.
Tidak dijawab, Oliv bukannya kesal. Gadis itu justru tertawa kecil,"You look hotter when you are about being so busy just like now"
Mendengarnya,Jonathan tersenyum tipis,"Don't flirt on me sweetheart"
"Gotcha daddy. Aku tidak bisa meragukan pesonamu" Oliv tertawa, membuat Jonathan.mengangguk-angguk seraya memainkan bulpoin di atas berkas berkasnya,"You better not."
Melihat Jonathan yang sama sekali tidak memperhatikannya, Oliv mendadak kesal. Gadis itu merubah posisinya menjadi duduk dan berteriak,"What the hell, if I was there, I would seriously climb on your lap and kiss you hardly and rudely until you cant even reach any oxygen so you just pay your attention to me!!"
Jonathan menghentikan aktivitasnya. Pria itu tidak bisa tahan,jika yang mengganggunya adalah Olivia Natasha. Ditutupnya semua berkas itu, kemudian menarik laptopnya hingga ia bisa melihat dengan jelas wajah Oliv yang tampak cemberut. Jonathan terkekeh,"Imajinasimu liar juga ya?"
Mendengarnya,wajah Oliv tiba tiba memerah, membuat Jonathan semakin tertawa,"Well, aku akan menagihnya". Pria itu mengerling jahil.
"WHAT??!! What kind of memory is that!!!" wajah Oliv memerah seketika,ketika ingatan itu merasuki pikirannya. Spontan, dia menutup wajahnya dengan tangan yang penuh dengan busa.
"Oh shit!! Stupid Oliv!!" Oliv merasakan matanya yang perih. Gadis itu meringis seraya mencari cari putaran kran.
Namun, gadis itu merasakan seseorang sedang memutar kran tersebut, srhingga terdengar aliran air.Ia juga merasakan tangan besar seseorang tampak meraup wajahnya, kemudian matanya,dengan begitu lembut.
"Apakah kau bodoh?" ucap suara itu khawatir. Suara yang entah mengapa begitu Oluv rindukan. Oliv berhenti mengaduh dan membuka kedua matanya yang sudah tidak terasa perih. Di tatapnya sosok pria tampan berbadan bak atlit itu tengah menatapnya intens. Wajah Oliv semakin memerah. Shit. Kenapa semua hal tentang pria itu membuatnya memerah?
Canggung. Itulah kata yang dapat menggambarkan keadaan mereka berdua.Oliv menundukkan kepalanya,sama sekali tidak berani menatap wajah pria yang ia putuskan untuk dihapus dari kehidupannya.
"Come on, kau akan terus bersikap seperti ini?" ucap pria itu,kemudian mengulurkan tangannya untuk mengangkat wajah Oliv. Membuat mata itu terkunci seluruhnya oleh mata coklatnya.
Oliv merasakan dadanya yang berdetak ribuan kali lebih kencang, dan dengan hati hati,gadis itu melepaskan tangan Jonathan dari wajahnya,"I am soryy,Mr.Marteen" ucap Oliv sopan. Dadanya terus bergemuruh. Tak ada pilihan lain selain segera meninggalkan tempat itu.
"You remember Jack,but you dont remember US?" Jonathan sengaja menekankan kata us, membuat Oliv dengan berani tersenyum sopan ke arahny,."Excuse me,Sir. I think I am a bit tired so ...."
Ucapan Oliv terpotong ketika Jonathan mulai mempersempit jarak di antara mereka,membuat Oliv berjalan mundur. Gadis itu hampir saja berlari ketika Jonathan meletakkan kedua tangannya di kanan kiri tubuh Oliv,membuat gadia itu terkunci seketika.
"Olivia Natasha" Jonathan berbisik di leher Oliv,yang justru terdengar seperti desahan. Hal itu membuat Oliv menggigit bibir bawahnya. Sungguh, ia tidak akan pernah menatap Jonathan,karena ia bisa saja menerjanh bibir pria seksi itu saat ini juga.
"Senang bertemu denganmu" ucap Jonathan lagi. Pria itu tersenyum kemudian memundurkan tubuhnya membuat Oliv bernafas lwga saat itu juga.
"Berhenti bersikap seperti itu jika kau tidak mau Alva curiga kepada kita"Jonathan tersenyum seraya menepuk kepala Oliv yang hanya sebatas dada bidangnya.
"Benarkah?" Oliv memberanikan diri untuk mendongak,membuat Jonathan menghela nafas panjang. Wajah gadis itu benar benar sempurna untuk dicium.
"Ya,lupakan saja apa yang pernah terjadi.Aku tidak mungkin tertarik kepadamu" ucap Jonathan, pria itu menyentil dahi Oliv sebelum akhirnya meninggalkan Oliv yang entah kenapa merasa kesal atas kata kata Jonathan.
APA DIA BILANG???
TIDAK MUNGKIN TERTARIK PADAKU???