下載應用程式
82.16% My Teacher My Husband / Chapter 152: Ch. 152

章節 152: Ch. 152

Baekhyun hampir saja menjerit kesal karena Jinyoung yang dengan segala rasa penasarannya yang tinggi hampir menjatuhkan biola miliknya.

"Sabar Baekhyun, sabaar. Kau harus sabaaar." Ujar Baekhyun dengan dada yang naik-turun mengatur amarah.

"Sebenarnya apa yang membawamu kemari hah?" Kesal Baekhyun. Untung saja kelasnya mulai satu jam lagi.

"Aku bosan. Jesper hyung dan dua kurcacinya itu menyebalkan!" Sungut Jinyoung. Niat Jinyoung itu, hari ini ia akan belajar untuk ujian masuk Universitas. Bersama Jesper tentu saja, hingga... si bongsor dan si kurcaci datang lalu menyandera kakak tercintanya yang luar biasa cerdas.

"Nah, jika mereka berdua ada bukannya lebih bagus?"

"Iya, bagus! Untuk menghancurkan rumahku!"

Jangankan belajar, menyinggung masalah ujian saja dua manusia itu enggan. Kakaknya sudah berniat malah mereka berdua yang seenak hati membatalkan. Kesal, Jinyoung! Kesal!

Menghela nafas prihatin, Baekhyun mulai duduk di depan grand piano miliknya. "Jadi tujuanmu kemari apa?" Tanya Baekhyun.

"Hanya akan menghilangkan stres sebelum ujian." Ujar Jinyoung santai. Menekan-nekan sembarangan garis-garis putih panjang piano hingga menghasilkan suaranya yang benar-benar mengganggu telinga suci Baekhyun.

"Enyah kau! Lihat bagaimana cara hyung bermain." Ujar Baekhyun setelah menggeser sedikit pantat Jinyoung.

**

"KRIIIIIIIS!" Jiyeon memekik dari arah ruang tamu.

Bruk.

Ceklek.

Blam.

"Hm? Ada apa?" Tanya Kris setelah ia mati-matian untuk berlari meniruni tangga.

"Duduk!" Suruh Jiyeon seraya menepuk-nepuk sisi sofa di sebelahnya. Meminta Kris untuk duduk di sana.

Ingin rasanya Kris berteriak marah pada wanita di sebelahnya ini. Hanya saja karena mengingat bagaimana wanita ini telah berjuang mengungkap kebusukan mantan calon istrinya, Kris jadi berpikir ulang. Belum lagi dengan bayi yang saat ini tengah ia kandung.

"Kris, duduk." Pinta Jiyeon lagi. Kali ini bukan lagi dengan suaranya yang keras cetar membahana badai.

Sret.

"Ada apa, hmm?" Tanya Kris. Mengusap puncak kepala Jiyeon yang hanya berbaring nyaman di pangkuannya.

"Aku merindukan Suzy." Ujar Jiyeon dengan mata berkaca-kaca.

Kris diam. Tidak tau harus menjawab apa. Jauh di dalam lubuk hatinya, Kris akui jika ia memang merindukan Suzy.

"Yak! Naga tonggos bau! Dimana kau sembunyikan si sialan Oh Sehun?!" Suzy menjerit saat ia baru saja memasuki apartemen Kris. Masa bodoh dengan tetangga, toh apartemennya juga kedap suara.

"Memang dia kemana?" Tanya Kris yang duduk santai di atas sofa.

"Aku bertanya padamu! Jangan bertanya lagi padaku!" Sungut Suzy. Sejak kapan pertanyaan di jawab dengan pertanyaan? Wah, bodoh! Tidak lulus taman kanak-kanak ini!

"Maaf-maaf saja. Aku ini sudah mendapat sertifikat tanda kelulusan!" Sungut Kris seraya menendang tulang kering Suzy.

Duk.

"Akh." Meringis. Suzy mendelik kesal seraya menampar bibir Kris yang sudah seenak giginya saja berbicara. "Kau hanya membeli sertifikat jangan sok-sok!" Cerca Suzy.

"Macam kubangan tai mulutmu ya. Aku ini lulus dengan predikat Cum Loude."

"BWAHAHAHAHAHAHAHAHA CUM LOUDE?! IYAHAHAHAHAHAHAHAHA!" Pecah sudah tertawa Suzy melihat Kris yang dengan bangganya mengatakan bahwa ia adalah lulusan cum loude.

Sudah jungkir balik Suzy karena tertawa, lucunya ucapan Kris belum hilang-hilang juga dari kepalanya. Cum Loude? Tolong benturkan otak yang berisi angin milik Kris ini. Sertifikat di beli pakai acara sok-sok Cum Loude. Dasar tai.

Kris ya yang hanya di hina seperti itu hanya bisa pasrah saja. Suzy itu perempuan, tidak mungkin Kris ajak gulat bukan? Bisa habis di tangan Sehun dia nanti.

"Lebih baik kau enyah dari Apartemen suci milikku." Usir Kris sehalus yang ia bisa. Kerjaannya banyak dan kenapa manusia berjenis kelamin perempuan ini malah mengacau di tempatnya?

"Mana Sehun? Aku akan pergi jika Sehun sudah keluar dari dalam tempat terkutukmu ini." Sinis Suzy dengan bola mata memutar malas. Pergi bagaimana? Tujuannya saja belum tercapai.

"Tidak ada Sehun di sini bodoh!" Sungut Kris mulai merasa lelah. Tidak adik, tidak adik ipar. Sama saja. Kepala batu!

"Ya santai! Tidak usah marah-marah!" Kesal Suzy. Dia hanya bertanya dan kenapa manusia bergigi selalu di depan ini marah-marah padanya?

"Sabar! Sabar! Dia hanya bocah kecil. Sabar!" Gumam Kris seraya menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya begitu saja. Sudah cukup sabar Kris ini.

"Kriiiiiiis! Mana Sehun?!" Pekik Suzy kesal. Pasti Sehun bersembunyi di sini. Perasaannya yang setipis kaca berdebu ini mengatakan jika Sehun ada di sini. Di Apartemen manusia tonggos tak tau diri ini.

"Kau benar-benar tak tau Sehun dimana?" Tanya Kris memastikan. Miris sekali jadi istri.

Menggeleng. Suzy benar-benar tidak tau. Setelah tadi malam mereka perang dingin, pagi ini Sehun tiba-tiba saja menghilang dari peredarannya.

"Hhh." Menghela nafas lelah, Kris menatap Suzy prihatin. "Sehun pergi ke Tokyo." Ujar Kris.

Hening.

Suzy masih mencerna ucapan Kris. Tokyo? Padahal mereka masih perang dingin dan manusia batu es itu malah ke Tokyo?

Brak!

Menendang keras meja ruang tamu Kris lalu berjalan begitu saja tanpa pamit. Kepalanya tengah mendidih sekarang.

Ceklek.

Blam.

Brak.

Membanting pintu sekuat yang ia bisa lalu menendangnya sekeras mungkin. Suzy benar-benar kesal sekarang. Sangat.

"Lihat saja kau ya! Aku akan mencincang kebanggaanmu hingga tak bersisa!" Sungut Suzy murka.

Dan Kris benar-benar masih melongo tak mengerti. "Apa aku mengatakan hal yang tak seharusnya aku katakan?" Ujar Kris dalam diam.

Dan berkat info dari Putra Mahkota Wu Yifan yang terhormat. Adik dan adik iparnya benar-benar bertengkar hebat karenanya.

Tapi, jujur saja Kris tidak merasa bersalah akan hal itu.

"Hks." Dan lamunan Kris akan masa lalunya buyar saat tiba-tiba saja suara tangisan Jiyeon menerpa masuk dalam gendang telinganya.

Kris kaget tentu saja.

"Ada apa hmm? Sakit?" Tanya Kris khawatir. Jarang-jarang wanita yang sudah menjadi belahan jiwanya ini menangis. Sakit pun dia akan tertawa terbahak-bahak.

"Tidak." Jiyeon menggeleng pelan masih dengan kepala yang berbaring nyaman di pangkuan Kris. "Hanya merindukan Suzy." Ujar Jiyeon lirih. "Lagi." Tambahnya tak kalah pelan.

Jika Jiyeon berteriak seperti biasa, ia takut yang akan hanya keluar isakannya saja.

"Suzy juga pasti merindukan kita." Ujar Kris dengan tangan yang mengusap lembut surai Jiyeon.

Semenjak membawa nyawa lain dalam perutnya, Jiyeon makin dan semakin sensitif setiap harinya. Bukannya berniat mengeluh, hanya saja, jujur... terkadang Kris juga kerepotan. Tapi, lepas dari itu semua Kris selalu menikmati semua waktunya bersama Jiyeon.

Dan untuk calon anaknya nanti, Kris benar-benar sangat bersyukur.

**

"Apa kau tidak akan belajar, roti tawar?" Tanya Baekhyun seraya mendudukan dirinya di samping Jinyoung. Kesalnya akan mulai lima belas menit lagi ngomong-ngomong.

"Ya. Nanti." Ujar Jinyoung dengan tangan yang masih fokus dengan permainan di ponselnya.

Ujian tinggal beberapa hari lagi dan manusia ini malah sibuk push rank? Anak Oh Sehun memang legend semua.

"Kapan kau akan pulang?" Tentu saja itu usiran, bukannya pertanyaan. Tergantung tingkat kepekaan Jinyoung saja sebenarnya.

"Jika ucapanmu itu bermakna usiran, ak-"

"Memang usiran." Belum selesai Jinyoung bicara, Baekhyun sudah menyela dengan wajah polos minta di banting miliknya. Kesal Jinyoung, kesal!

"-u akan pulang sebentar lagi." Kembali masa bodoh saja Jinyoung jika sudah seperti itu. Tunggu Baek mengamuk lagi juga tak masalah. Biar kelasnya batal saja sekalian.

"Ya sudah, cepat pergi." Desak Baekhyun. Bosan juga dia jika melihat muka Jinyoung terus-menerus.

Memuakan.

"Sabar! Aku sedang menunggu Chanyeol hyung untuk menjemputku." Ini juga kenapa si Caplang lama sekali? Apa pria itu kembali melanjutkan tidurnya yang Jinyoung usik tadi? Jangan sampai!

"Siapa? Chanyeol?" Ulang Baekhyun. Apa dia tidak salah dengar? Sepupu terbrengsek, tersialan, ter-ter segala ter-nya rela menjemput si kepala roti tawar ini?

Waaah, sungguh pengkhianatan besar!

"Tidak usah berlebihan, hyung. Akui saja jika memang kau kalah dari Bae Jinyoung yang terhormat." Cibir Jinyoung dengan wajah datar andalannya.

Jika di saat-saat seperti ini, dia harus dan memang harus menggunakan marga ibu angkatnya. Sesama keluarga visual ya memang harus seperti itu.

"Cepat angkat kakIMUUU DARI SINIIII, BAEOH JINYOOOOOOOOUUUNG!"

TBC.

SEE U NEXT CHAP.

THANK U.

DNDYP.


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C152
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄