"Kalau tidak ada urusan lain, pergilah." Mo Liancheng memberi isyarat pada Qu Tan'er untuk pergi, kemudian menundukkan kepala dan melanjutkan gambarnya yang belum selesai.
"Tapi aku belum selesai…"
"Aku sangat sibuk."
Qu Tan'er mengerutkan alisnya saat mendengar jawaban Mo Liancheng. Ternyata cara lembut juga tidak berhasil digunakan. Dia pun dengan dingin berkata, "Mo Liancheng, kamu sengaja, kan?"
"Kamu menyebut namaku?"
"Kenapa? Nama dibuat memang untuk disebut orang. Apa namamu bukan nama manusia?" Kalau
Mo Liancheng merasa dirinya adalah monster, maka Qu Tan'er sungguh tidak akan membantah. Dia bisa menahan diri saat masih tinggal selama 2 tahun di kediaman Qu, namun pria yang dianggapnya berengsek ini berhasil membuat dirinya tidak bisa berpura-pura lagi.
"Qu Tan'er..."
"Apa?" Mata bulat Qu Tan'er membelalak lebar. Dia lalu meneruskan perkataannya, "Aku tidak marah, orang yang marah kalau dipanggil namanya bukan manusia."