"Jangan keras kepala!" Arganta mulai kesal dan menggendong Bianca memasuki hotel.
"Lepaskan aku, Arganta!" pekiknya meski dia sudah dalam keadaan mabuk.
"Betapa nomor kamarmu?!" Arganta bertanya dan menghiraukan apa yang dikatakan oleh Bianca.
"Nomor 201," jawabnya, dia sudah tidak kuat lagi untuk melawan.
Arganta memasuki sebuah lift dan menekan lantai yang akan ditujunya. Ada beberapa orang yang memperhatikan dia selagi di dalam lift.
Namun, dia tidak peduli dengan tanggapan orang yang melihatnya. Lift berhenti dan pintu lift terbuka dia berjalan keluar dari dalam lift.
Berjalan perlahan sembari menggendong Bianca, matanya menyapu setiap nomor yang menempel di dinding pintu.
"201, ini dia kamarnya. Berikan kartumu agar kita bisa masuk!" kata Arganta pada Bianca.
"Ada di dalam tasku," jawabnya sembari memperlihatkan tasnya pada Arganta.