Tara tidak heran dengan perilaku dingin mantan calon tunangannya itu" Yohan...Aku minta maaf soal sifatku yang kekanak-kanakan waktu jamuan makan malam waktu itu, aku sangat menyesal melakukannya. Semua itu salah Tiara, dia selalu mengambil apa saja yang aku punya. Jadi aku melakukan itu hanya untuk memberi pelajaran saja kepada Tiara, tidak ada maksud untuk mempermalukanmu" ucap Tara dengan lembut kepada Yohan.
Yohan memutar kursinya dan menarik wajah cantik Tara, sehingga begitu dekat dengan bibirnya" Oh...benarkah! Kau tidak punya niat seperti itu? Apa kau yakin aku tidak suka terhadap saudaramu. Setelah kau menolakku mentah-mentah dan melemparkan aku kepada saudaramu. Sayangnya kau lupa, bahwa orang aku adalah seorang laki-laki normal. Hmm... Dan Tiara lumayan cantik dan polos, bahkan kami telah beberapa kali berciuman. Bukankah kau meminta seseorang untuk memata-matai kami?. " bisiknya pelan di telinga Tara. Yohan melepaskan wajah Tara kemudian berdiri dari kursinya. Tubuh Tara gemetar, ia tidak menyangka bahwa Yohan akan berbicara sepeti itu.
" Hmm... Jika itu benar terjadi! Aku juga akan bisa memakluminya, karena itu adalah kesalahanku. Aku akan tetap menerima perjodohan ini dan menikah denganmu" Ucap Tara sembari memeluk tubuh Yohan dari belakang.
Tubuh laki-laki ini sangat kekar dan kuat bahkan jauh lebih ideal dari pada Jonatan, tetapi mengapa rumor diluar sana mengatakan bahwa dia sakit-sakitan. Ini sungguh mustahil dilihat dari sisi manapun Yohan terlihat sehat, pikiran Tara.
" Ha...ha...ha...Menikah denganku?" tawa sang presdir pecah memenuhi ruangan.
" He'em..." jawabnya, menganggukkan kepalanya, wanita ini benar-benar percaya diri. Jika sang presdir akan menerima perjodohan itu lagi.
" Cih! Apa kau lupa, kau sudah menolakku secara mentah-mentah didepan seluruh keluargamu. Bahkan mengatakan saudarimu saja tidak tertarik kepadaku, apalagi kau?. Nona Tara, kau benar-benar licik. apa kau pikir aku ini laki-laki yang tidak laku sehingga mengharapkan belas kasihanmu untuk menikahiku?" ucap Yohan melepaskan tangan Tara yang melingkar di tubuhnya.
"Tidak...tidak... maksudku tidak seperti itu, bagaimana jika kita mulai dari awal lagi" Ucapnya, Tara tidak ingin melepaskan Yohan begitu saja. Setelah tahu laki-laki didepannya ini adalah seorang miliader.
" Cukup nona Tara, sebaiknya kau jaga sikapmu! Sebagai seorang wanita kau tak pantas melakukan hal seperti ini. Aku masih banyak urusan, untuk kerjasama ini sebaik-baiknya kau bicarakanlah dengan sekertarisku" ucap Yohan dengan tegas. ia kemudian mengambil ponselnya.
" Sekertaris Jiang aku membutuhkanmu sekarang, cepat keruanganku" Yohan menutup telepon.
Tara akhirnya kembali duduk di sofa. Tok tok tok...suara pintu diketuk. Ceklak....Tiara membuka pintu ruangan sang presdir kemudian masuk.
"Ka...ka... kamu! Mengapa kamu bisa ada disini" bicara Tara yang menjadi sedikit gagap karena kaget melihat Tiara yang tengah masuk diruang kerja Yohan. Tara tidak menyangka sekertaris Jiang yang Yohan panggil baru saja adalah Tiara.
" Kenapa kau begitu kaget melihatku? Tentu saja aku akan berada disini, jika my boss memanggilku" Tiara tersenyum puas.
Yohan memilih untuk pergi, meninggalkan dua bersaudara itu. Dia yakin Tiara pasti bisa dan punya cara tersendiri untuk menghadapi Tara" Maaf nona Tara, saya harus segera menghadiri rapat penting. Selebihnya nona bisa membicarakan itu dengan sekertarisku. Dia yang akan bertanggungjawab untuk proyek pembangunan hotel di kota J, yang sedang kau tangani" ucap Yohan, kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangannya.
" Tapi Yohan..." teriak Tara yang melihat Yohan berlalu pergi.
" Nona Tara...saya rasa untuk masalah ini, nona tidak perlu sampai merepotkan Presdir Kim" bisik Tiara ditelinga Tara.
Tara mengangkat tangannya untuk menampar Tiara tetapi ditangkis oleh Tiara.
" Kau! Wanita jalang, lepaskan tanganku" bentak Tara.
"Oke" ucap Tiara melepaskan tangan Tara yang berlari mengejar Yohan.
" Ha...ha..." Tiara tertawa puas melihat wajah bodoh saudara kembarnya itu.
semangat!