"Kenapa? Kau sudah tak memerlukan aku? Apa kamu ingin agar aku menarik sahamku dari sini agar kau tak perlu melihat wajah menyebalkan aku lagi?" Tanya Daniel sambil mengernyit. Lelaki itu dengan santai kembali menyeruput teh lemon hangatnya.
Sementara Daniel mengernyit, Marino menatap wajah Daniel yang ekspresi wajahnya sama sekali tidak dapat ia baca jika temannya ini sedang serius ataukah sedang bercanda. Atau mungkin, ia sedang kesurupan. Kalau tidak, mana mungkin ia tiba-tiba bertingkah aneh begini dan datang kesini untuk mencari masalah dengannya?
"Ah… sedap sekali…" Daniel berpura-pura sangat menikmati minuman hangat itu untuk menggoda Marino yang suasana hatinya sedang kacau.
"Astaga, apakah kamu sedang mengancamku sekarang?" Marino membuka kedua matanya lebar-lebar ketika ia mendengar pertanyaan Daniel yang terdengar lebih seperti sebuah ancaman yang tak jelas.