下載應用程式
15.55% NCT - THE NIGHT UNFOLDS / Chapter 7: Cemburu

章節 7: Cemburu

Taeil memperhatikan sebuah susu kotak yang terjatuh di lantai lalu melihat Yunsoul yang berusaha membersihkan minuman cola dari seragam dengan tangannya. Ya, meskipun tidak akan bersih kalau tidak dicuci dengan air.

"Kau tidak apa-apa?"

Yunsoul menoleh pada Taeil. Dia mengangguk. "Aku baik-baik saja. Terima kasih."

"Kau bawa pakaian lain?"

"Tidak. Aku akan membersihkannya. Aku tidak apa-apa. Kau masuk kelas saja, aku bisa mengatasinya." Yunsoul mengakhiri ucapannya dengan senyuman. Ia baru tahu kalau Taeil begitu baik dan peduli.

Taeil memegang lengan Yunsoul yang hendak pergi. Yunsoul menatap Taeil.

"Ikut aku." Taeil menariknya meninggalkan koridor belakang sekolah.

Di depan deretan loker, Taeil membuka salah satu pintu loker. Ia mengambil sebuah kaus lengan panjang dan memberikannya pada Yunsoul. "Gantilah dengan ini."

"Terima kasih, Taeil" Yunsoul menerima kaus berwarna biru tua yang terlipat rapi. "Aku akan memakainya."

Taeil melihat Yunsoul yang sudah berjalan menjauh darinya. "Kim Yunsoul. Dia sangat manis." Taeil bergumam sendiri. Taeil teringat kalau bel istirahat sudah berakhir lama. Ia menepuk kepalanya pelan. "Ah, aku terlambat ke kelas."

Butuh belasan menit Yunsoul berjalan ke toilet, mengganti pakaiannya, dan masuk kembali ke kelasnya. Di pintu kelas Yunsoul ragu-ragu untuk masuk. Dia berharap guru yang ada di dalam kelas tidak akan memarahinya. Setelah membuka pintu dan berjalan masuk kelas, suara guru yang ada di depan kelas cukup mengagetkannya.

"Kim Yunsoul! Kenapa kau terlambat?"

Semua orang di kelasnya terarah padanya, kecuali Taeil yang mengamati isi halaman buku yang terbuka di atas mejanya.

Yunsoul membungkuk. "Maaf, Guru."

"Dan kenapa kau tidak memakai seragammu?"

"Kemeja seragamku basah jadi aku menggantinya, Guru."

"Ya sudah, cepat duduk di tempatmu."

Yunsoul pun segera berjalan dan duduk di bangkunya. Youngjoo yang duduk di sebelahnya, melihat dan menyentuh lengan Yunsoul dengan ujung pulpen. Yunsoul menoleh.

"Seragammu basah karena apa?" Youngjoo bertanya pelan.

"Ada yang menumpahkan cola padaku."

"Siapa?" Youngjoo sedikit terkejut.

Yunsoul tidak menjawab. Ia memberi tanda dengan satu jari di depan bibirnya. Menyuruhnya untuk diam.

Taeyong tidak melepas pandangannya sejak Yunsoul masuk kelas. Ia memperhatikan apa yang dipakai Yunsoul. "Bukankah baju yang dipakai Yunsoul sekarang itu punya Taeil? Kenapa bisa ada padanya?" pikir Taeyong.

Kemudian, dia beralih melihat Taeil. Ada senyum yang diam-diam tergambar pada wajah temannya itu. Sekarang Taeyong merasa sedikit cemburu karena Taeil.

***

Hari Minggu sekitar pukul tiga sore, Hansol menjemput Yunsoul di apartemen sederhananya. Menyempatkan untuk membuat rencana di tempat tujuan, Hansol mampir dan berdiskusi sebentar dengan Yunsoul dan Youngjoo. Tidak ada Mark karena pemuda itu sedang berada di luar.

Setelah menyusun apa saja yang harus mereka lakukan, Yunsoul dan Hansol pamit pada Youngjoo. Namun, rupanya Youngjoo tidak sependapat. Mereka bersepakat tidak akan membawanya. Kaki Youngjoo yang masih belum sembuh jadi penyebabnya. Hansol membuka pintu bersiap berangkat.

"Oppa, apa kau tidak akan mengajakku? Meskipun kakiku terkilir, aku bisa mengatasinya. Aku tidak akan jadi beban kalian." Youngjoo berjalan dengan sedikit kepayahan.

"Youngjoo benar kata Hansol Oppa tadi. Akan lebih baik kalau kau istirahat saja. Aku dan Hansol Oppa saja yang pergi. Percayakan pada kami."

Hansol sudah keluar duluan. Sebelum menutup pintu apartemen, Yunsoul memberi amanat pada Youngjoo yang agak keras kepala. "Jangan memaksa dirimu, Youngjoo. Temani Mark dan kalau ia sudah pulang, buatkan dia makanan."

Di parkiran, Youngjoo mengikuti Hansol masuk ke dalam mobil jip milik laki-laki itu. Hansol menyalakan mobil dan melajukannya. Mereka berdua berencana datang ke desa yang disebutkan oleh Lee Jaeseok. Meskipun memahami peringatan dari pria tersebut, mereka berdua tetap harus pergi ke desa itu. Ini semua demi menyelesaikan kasus yang ditanggungjawabi mereka.

"Apa benar desa itu dikelilingi kegelapan? Aku tidak mengerti apa maksudnya."

"Kegelapan. Mungkin maksudnya desa itu tidak terpasang listrik di sana." Hansol mengira-ngira sederhana. "Kita akan tahu kalau sudah sampai sana."

Butuh waktu sekitar dua jam lamanya menuju desa itu. Yunsoul dan Hansol meninggalkan ramainya perkotaan. Di sepanjang perjalanan mendekati desa itu, berjajar pohon-pohon. Ya, jalanan aspal ini membelah sebuah hutan yang kalau dilewati malam hari, pastilah sangat menyeramkan.

Kini, mereka sudah sampai di sebuah gapura yang sudah sangat usang. Banyak lumut di sisi gapura itu. "Oppa, apa kau merasakannya? Tiba-tiba saja bulu kudukku merinding."

Hansol melirik Yunsoul yang tampak sedikit ketakutan. "Oh, aku juga merasakannya. Aku pikir desa ini tidak ada penghuninya. Mungkin mereka semua meninggal." Hansol berucap dengan wajah tenang. "Pukul 5 lebih Yunsoul, kita harus segera menemukan kunci itu" lanjutnya mengingatkan.

"Tapi, Oppa. Bahkan kita belum tahu maksud gambar ini," komentar Yunsoul sembari membuka kembali sebuah kertas yang sedang dipegangnya.

"Aku sudah tahu. Kita harus menemukan sebuah pohon dan batu di bawahnya."

"Lalu garis-garis hitam ini?"

"Sebuah pohon dengan garis-garis hitam, Yunsoul. Kita harus cari itu."

"Apa kau sedang bercanda, Oppa?" Yunsoul menatap tidak percaya pada Hansol. "Bagaimana bisa kau menyimpulkan begitu? Kalau semudah ini maksudnya, pasti orang-orang yang dekat dengan Choi Seunghyun sudah mencari dan menemukannya"

"Ah, sudahlah. Lebih baik kita turun dan mulai mencari pohon itu." Hansol pun memakirkan mobilnya lalu turun dari kendaraannya itu. Yunsoul juga ikut turun. Dia berjalan di samping Hansol. Mereka memulai pencarian.

"Kita harus cepat menemukannya, Yunsoul. Sebelum matahari terbenam. Semoga keberuntungan ada di pihak kita."

***

"Ke mana Yunsoul Noona?"

"Dia pergi menjalankan misi, Mark," jawab Youngjoo. "Ahh... kenapa mereka tidak mengajakku. Padahal aku ingin sekali ikut ke sana."

"Ke mana, Noona?"

"Yunsoul dan Hansol Oppa pergi ke sebuah desa di ujung barat. Aku dengar desa itu menyeramkan."

"Apa? Menyeramkan? Kalau begitu kenapa Yunsoul Noona tidak mengajakku saja?"

Youngjoo menyentuh bahu pemuda di sampingnya, "Mark, pekerjaan kami. Kau tahu kan itu. Pekerjaan kami berbahaya. Mana mungkin Yunsoul mengajakmu."

"Lalu kalau berbahaya, berarti Yunsoul Noona dalam keadaan bahaya sekarang?"

"Aku tidak yakin... Yunsoul bisa menjaga dirinya. Kita hanya bisa mendoakannya dari sini, Mark."

"Noona..."

"Kenapa, Mark?"

"Aku lapar..." Wajah Mark memelas.

Youngjoo tertawa dan mengacak-acak rambut depan Mark. "Baiklah, Noona akan buatkan, tapi kau tidak boleh menilai masakanku tidak enak lagi."

Mark memperhatikan Youngjoo yang bergegas ke dapur dan bersiap memasakan sesuatu untuknya. "Memang masakan Yunsoul Noona yang paling enak."

***


Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C7
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄