"Mungkin saja." Count Louis mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Sudahlah, aku harus ke rumah sakit untuk mengunjungi kakek. Aku tidak bisa menemanimu lagi." Ye Yan meletakkan cangkir teh dan berdiri, "Kalau kamu merasa bosan, pergilah bermain golf atau jalan-jalan dengan teman. Jangan mengurung diri di rumah."
"Aku tahu. Aku kan bukan anak kecil. Pergilah."
"Sampai jumpa."
Ye Yan pergi dengan langkah cepat. Count Louis menatap punggungnya, sudut bibirnya sedikit terangkat membentuk senyuman tipis. Ye Yan memang seseorang yang layak dijadikan temannya. Dulu, Bakr selalu mentolerirnya tanpa syarat dan membimbingnya. Sedangkan Ye Yan malah akan menunjukkan kesalahan dan masalahnya agar dia mengerti apa yang salah dengan dirinya dan apa yang perlu diperbaiki…
Tidak peduli seberapa tinggi kedudukan seseorang, dia tetap membutuhkan teman.
Count Louis sangat bersyukur bisa mengenal seorang teman seperti Ye Yan ini.