Namun apa pernah, satu kali saja. Monica ditanya. Apa yang dia inginkan? Dan apa yang dia rasakan saat ini? Apakah bahagia? Apakah menginginkan sebuah pernikahan yang seolah menjadi kenangan yang sangat buruk baginya. Karena berulang kali telah berusaha menggagalkannya.
Namun tidak pernah berhasil karena ketidak beruntungan. Dan juga kelemahannya yang akhirnya pecah karena terlalu lelah menahan semua perih ini.
Monica akhirnya memohon dengan sangat serius juga tanpa kuasa. Menatap Bryan dengan sangat serius ketika keberanian sudah bisa dia munculkan kembali. Tanpa mempedulikan segala kekacauan pada wajahnya yang dia buat hari ini.
Bryan justru melihat mata yang berkaca-kaca itu dengan ekspresi takjub.
Tahu bahwa bukan saatnya bagi dia terkesima hingga tidak bisa berpaling melihat kecantikan yang selalu ada meski sesedih dan sejelek apapun wajah yang ditunjukkan oleh Monica.