"Mba, untuk Kirana mending dibuat gaun aja deh yang pakai brokat tapi dilapis bahan yang jangan bikin gerah ya. Ini anak ngga bisa diam, kalau dibuatkan kebaya, aku ngga bisa bayangin apa jadinya nanti", ujar Xena menginstruksikan penjahit langganan yang sedang mengukur tubuh Kirana.
"Silakan modelnya nanti mba Xena pilih aja di buku itu, banyak pilihan model untuk anak-anak seumuran Kirana kok mba. Cantik amat si Kirana", puji Lisa si penjahit yang membuat Kirana tersipu-sipu.
"Kirana yang pilih sendiri nak?", tanya Xena dan Kirana mengangguk.
"Kalau untuk Raffa dan Mika mau dibuatkan Beskap aja ya mba tapi bawahnya tidak kain tapi celana panjang biasa ya. Samanya ini anak dua engga bisa diamnya", ujar Xena sambil menunjuk kedua anaknya yang sedang memperhatikan Kirana.
"Mba Xena kasih tau saya yang mana Raffa dan yang mana Mika ya, soalnya saya ngga bisa membedakan mereka", ujar Lisa melihat ke si kembar dengan tersenyum.
"Aku Raffa aunty", ujar Raffa.
"Aku Mika aunty", ujar Mika.
"Nah tuh, mereka uda sebutkan namanya. Ayo Kirana sini sama mama, kita pilih model biar Raffa sama Mika diukur dulu badannya", ujar Xena sambil menuntun Kirana duduk di sofa. Xena membuka buku model baju agar Kirana dapat melihatnya.
"Nih lucu Kirana, mau model ini ngga?", tanya Xena namun Kirana menggeleng. Pras yang duduk disamping Xena tampak sibuk dengan Tabnya namun tangannya juga sibuk membelai rambut Xena istrinya.
"Ayo deh, Kirana pilih sendiri mau yang model apa", ujar Xena lembut.
Kirana tampak membolak-balik halaman dengan serius. Xena hanya tersenyum melihat tingkah anak kecil itu lalu ia memperhatikan kedua putranya yang masih bergantian diukur tubuhnya.
"Kalau Raffa dan Mika diseragamin bajunya, yang ada orang makin susah bedakan mereka sayang", ujar Pras lembut.
"Biar aja, biar makin susah bedakan. Lucu tau kalau pada salah-salah panggil nama mereka. Udahannya Raffa kalau engga Mika ngambek marah-marah deh", ujar Xena tersenyum.
"Kamu tuh, anaknya marah-marah malah senang", tegur Pras.
"Anakmu kalau marah mirip kamu sayang, diam dipojokkan", ujar Xena sambil melihat ke arah Pras suaminya yang menatapnya tajam.
"Dasar kamu ya", ujar Pras sambil merapikan anak-anak rambut Xena yang menutupi wajahnya.
"Mama ... Mama ... ini", ujar Kirana sambil menunjuk sebuah model gaun anak-anak.
"Aih .. Ini bagus banget Kirana. Kirana pintar pilihnya. Mba Lisa, ini untuk model buat Kirana ya. Dia mau yang ini", ujar Xena sambil mendekati penjahit itu dan memberitahukan model yang dipilih Kirana.
"Ok. Pintarnya Kirana pilih model. Ini ngga rumit kok, nanti paling aku tambahkan sedikit aksesoris untuk pemanis ya", ujar Lisa.
Kirana tampak meminta pelukan Pras dan tak lama ia malah tertidur dalam pelukan Pras.
"Kirana mengantuk rupanya sayang", ujar Pras berbisik sambil menempelkan jari telunjuknya didepan bibirnya meminta kedua anak kembarnya untuk tidak bersuara.
Mereka berdua mengerti lalu duduk dengan tenang disamping Pras sambil membolak-balik buku model pakaian.
"Uda selesai kan ya mba Lisa? Kapan kira-kira bisa kami ambil?", tanya Xena kepada Lisa.
"Seminggu ya mba Xena. Aku usahakan secepatnya. Nanti aku kabarin kalau sudah siap. Mau dipakai nya 2 Minggu lagi kan ya?", ujar Lisa.
"Iya mba, Oke mba. Mba the best deh. Ukuranku semoga ngga berubah", ujar Xena tersenyum.
"Loh mba Xena hamil lagi takut berubah ukurannya?", tanya Lisa menggoda.
"Belum mba Lisa, lagi menunda dulu mau selesaikan skripsi dulu", ujar Xena riang.
"Mba Xena masih kuliah? Wah hebat ya, walaupun sudah punya anak masih semangat kuliah. Sukses selalu ya mba. Ok gitu aja ya mba. Kalau Uda selesai aku kabarin. Eh Kirana tidur. Pulas amat tidurnya dipeluk papanya", ujar Lisa melihat Kirana yang tertidur.
"Iya, cape mungkin main terus sama Raffa sama Mika. Ya Uda, makasih ya mba", ujar Xena lalu menuntun Raffa dan Mika keluar dari butik penjahit itu dan kemudian masuk ke dalam mobil.
Xena membuka pintu mobil untuk Pras dan Pras kemudian masuk dengan menggendong Kirana. Raffa dan Mika dengan tenang duduk di bagian belakang mobil sementara Xena dan Pras serta Kirana duduk dikursi tengah mobil.
"Langsung pulang aja pak, Kirana tidur", ujar Xena kepada pengawal sekaligus supirnya.
Tak lama mobil melaju menuju ke arah rumah Xena dan Pras. Tiba di rumah, Pras dan Xena keluar lebih dulu. Pras langsung masuk ke dalam rumah menuju ke kamar Kirana sementara Xena membantu kedua putranya turun dari mobil.
"Mama aku juga mengantuk, aku tidur ya", ujar Raffa langsung berlari menuju ke kamarnya.
"Aku ikutan tidur juga deh daripada sendiri", ujar Mika menyusul saudaranya masuk ke kamar mereka berdua yang terletak disamping kamar Kirana.
Pras telah merenovasi rumah sehingga kamar mereka semua terletak berdekatan dengan kamar Xena dan Pras.
"Sayang, anak-anak kemana?", tanya Pras yang baru keluar dari kamar Kirana.
"Pada ikutan tidur, mereka mengantuk katanya", ujar Xena lalu duduk disofa dan menyalakan Televisi menonton acara berita. Pras duduk disebelah Xena lalu melingkarkan tangannya di pinggang istrinya.
"Sayang, kamu kuliah tinggal satu semester lagi kan ya? Setelah kuliah selesai, kasih anak-anak adik boleh dong", bisik Pras.
"Kamu ya. Anak tiga aja uda bikin repot, mau nambah lagi", ujar Xena.
"Satu lagi sayang buat temani Kirana, kasian kan Kirana perempuan sendirian", ujar Pras manja.
"Kalau keluarnya satu, kalau dua lagi gimana? Kamu nanti bisa ngga tidur lagi deh", ujar Xena.
"Aku rela kok sayang", ujar Pras tersenyum.
"Ya uda nanti kita pikirkan lagi ya", ujar Xena lembut.
"Aku mencintaimu", ujar Pras mencium leher Xena yang membuat Xena kegelian.
Pras lalu menarik tangan Xena mengikuti langkahnya masuk ke kamar lalu menguncinya. Sengaja Pras merenovasi kamarnya menjadi sound proof sehingga aktivitas kamar tidur tidak terdengar keluar sehebat apapun mereka melakukan nya.