"Dia bersemangat sekali pagi ini," itulah yang terdengar dari bisik-bisik lirih para asisten rumah induk. Istri tuan Mahendra, yang lebih banyak mengurung diri di kamar –sebab kehamilannya yang kurang sehat— dan kemarahannya atas segala larangan yang harus dia tanggung.
Keluarga Konglomerat ini mencintainya. Memberinya segala hal secara berlebih kecuali kebebasan. Dia tertekan dan terbelenggu sebab itu.
Anehnya hari ini raut muram pergi dari wajahnya. Dia duduk di meja makan paling awal. Menginginkan sarapannya di sajikan bersama keluarga.
Melihatnya yang demikian, menjadikan siapa pun akan teringat masa awal perempuan ini datang ke rumah induk. Gadis yang ceria, bersemangat dan pantang menyerah pada hal-hal kecil maupun besar.